Share

Bab 174.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-04-24 17:25:08

"Aku datang Tuanku Bimo..!" suara berat bergema terdengar di belakang Bimo.

"Siapa kau..?!" seru Bimo terkejut. Namun dia tetap fokus kerahkan daya bathinnya yang kini semakin kuat, untuk menahan desakkan daya magis Andrew cs.

"Aku Brajangkala dan empat panglimaku, datang untuk membantu Tuan Bimo," sahut suara berat itu lagi.

"Ahh..!" hanya seruan terkejut bingung saja yang keluar dari mulut Bimo. Dia sama sekali tak menduga, jika Brajangkala yang datang dengan membawa bala bantuan untuknya.

Tadinya Bimo menyangka yang datang membantunya adalah Ki Sabdo, penasehat spiritual Hendra itu. Namun ternyata dia salah.

'Aneh..?! Atas dasar pertimbangan apa Brajangkala membantuku..?!' sentak bathin Bimo heran. Namun dia tak mau terlalu larut dlam kebingungannya itu. Karena Andrew cs kini terasa meningkatkan daya serang terhadapnya.

"Ayo..! Maksimalkan penyaluran power kalian..! Rupanya si sialan itu juga memiliki pasukkan di belakangnya..!" seru murka Andrew, saat melihat sosok-sosok hal
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Joy Drag
gas lagi min
goodnovel comment avatar
Agustina Purba
lanjut min, cerita nya bagus
goodnovel comment avatar
HDR07
mn kelanjutannya pak admin
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 234.

    "Diamlah Jay..! Tak mungkin aku meninggalkanmu sendirian menghadapi mereka berempat..!" seru Hendri, menolak untuk pergi. Sementara nampak wajah sang pelayan dan pemilik cafe langsung pucat dan panik seketika. Mereka seperti sudah mencium aroma kericuhan akan terjadi di cafe mereka. Bahkan ada sepasang kekasih yang langsung keluar dari cafe itu, karena mereka mencium gelagat tak nyaman atas situasi di cafe itu. Otomatis kini pengunjung di cafe itu hanya tinggal Ojay, Hendri, serta Darko cs berempat. "Hmm. Kalian sepertinya mau cari urusan denganku. Mari kita selesaikan diluar saja..!" seru Ojay, seraya berdiri dari kursinya dan melangkah keluar cafe. Hendri pun mengiringi dibelakangnya. "Bedebah..! Sok jago kau bedebah..!" seru murka Darko bukan kepalang. Karena dia merasa ditantang langsung oleh Ojay. Mengikuti rasa emosinya, ingin rasanya Darko langsung mencabut pistol di balik pinggangnya. Lalu menghabisi Ojay dan rekannya saat itu juga. Namun tentu saja Darko masih berpikir

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 233.

    "Hhh, baiklah..! Kalau begitu, Yoga dan anak buahnya akan kuberi sedikit tugas pada acara pesta itu nanti..! Tenanglah Dek..!" seru sebal Prayoga seraya menyeringai. "Setuju Mas. Lakukan saja dengan halus dan rapih. Biar pesta mereka berantakkan sekalian..! Huhh..!" seru Niken sepakat, seraya mendengus kesal. Ya, itulah rata-rata penyakit orang-orang yang terbiasa mau dipuji, diakui, dan dihormati oleh orang lain. Prayoga dan istrinya merasa sangat marah dan terhina, jika ada pihak atau orang yang tak menghargai, tak menganggap, dan tak hormat pada mereka. "Tenanglah Dek. Acara mereka masih 3 hari lagi, dan kebetulan dilangsungkan di kediaman mereka. Masih sangat cukup waktu untuk Yoga dan teman-temannya mengatur rencana..!" ujar tegas penuh amarah Prayoga. *** Hendri dan Ojay tengah duduk santai di sebuah cafe sore itu.Keduanya adalah anggota Pijar Taruna yang baru saja selesai latihan rutin di markas mereka. Mereka memutuskan mampir di cafe cukup asri di tepi jalan itu sebelu

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 232.

    "Mengapa Mas terus melihat ke arah jendela itu..? Jendela kamar ini memang sengaja tak diberi teralis. Karena Mamah lebih menyukai terpaan udara segar langsung dari luar Mas," tanya Lidya heran.Sejak tadi dia duduk di tepi ranjang kamar itu, seraya memperhatikan prilaku suaminya yang nampak agak aneh menurutnya saat itu. "Tak apa Lidya. Aku hanya ingin memastikan sebab Mamah bisa terjatuh dari lantai ini kok," ujar Bimo seraya tersenyum menoleh ke arah istrinya. "Hahh..?! L-lalu menurut Mas Bimo, apakah jatuhnya Mamah adalah hal yang murni kelalalian Mamah, atau ada sebab lain..?!" sentak terkejut Lidya, mendengar kemungkinan ada orang jahat yang mencelakai mamahnya. Ya, tentu saja begitu..!Karena pihak aparat yang meninjau dan memeriksa kamar itu, tak lama setelah kejadian tadi siang. Mereka menyimpulkan jatuhnya Helda, adalah murni karena kelalaian dan ketak sengajaan Helda. Hal yang disimpulkan setelah mereka tak melihat tanda-tanda atau barang bukti apapun yang mengarah pada

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 231.

    "Halah..! Aku tahu kau juga senang mendengar kabar itu Niken..! Karena kini kau berpeluang menjadi Ketua yayasan istri para pengusaha, menggantikan Helda yang telah mati itu," ucap ketus Prayoga. "Lho..?! Kok kesana sih Mas pikiranmu itu..!" seru kesal Niken, dengan wajah merengut.Namun diam-diam, sebenarnya hati Niken memang membenarkan prasangka suaminya itu. Ada debar senang tersembunyi di hatinya, saat dia mendengar kabar kematian saingannya itu. Ya, sungguh sepasang suami istri yang 'senada dan seirama' Prayoga dan Niken ini. *** Sementara malam itu di sebuah posko cukup luas, yang menyerupai kantor satu lantai nampak agak ramai. Bangunan posko itu berada di samping kiri kediaman Evan, berbatasan dengan pagar keliling rumah Evan. Evan dan orang-orangnya menyebut posko itu sebagai MarShal (Markas Security Halim). Ya, di posko MarShal itulah berkumpul para security dan orang-orang dunia bawah dari Halim Group. Nampak tengah berbincang sekitar 5 orang di teras itu, mereka ad

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 230.

    'Ahh..! Lily..! Ya, Lily harus segera tahu kabar ini..!' sentak bathin Hendra, teringat pada putri semata wayangnya itu. Namun belum juga sempat Hendra menghubungi Lidya via ponselnya, saat... Tutt..! Tuutt..! 'Lily memanggil', tertera di layar ponsel Hendra. Segera saja Hendra menerima panggilan itu. Klikh..! "Pahh..! Lidya sedang menuju ke rumah bersama Mas Bimo..! Mas Bimo tiba-tiba mengajak Lidya ke rumah. Ada apa ya Pah..?! Mas Bimo cuma bilang nanti Lidya akan tahu di sana..!" Terdengar seruan cemas Lidya di sana. Matanya nampak melirik kesal pada Bimo, yang belum memberitahunya perihal apa yang terjadi sebenarnya. Namun Lidya sendiri melihat ketegangan dan kesedihan di wajah suaminya itu. Karenanya dia pun langsung menghubungi ayahnya. "Heii..! Ahh..! B-baru saja papah mau menghubungimu Lily..! M-mamahmu ... Lily.. Mamah t-telah tiada..! Tsk, tsk..! Papah juga akan pulang sekarang dengan helikopter..!" Hendra cukup terkejut, mendengar Lidya dan Bimo telah otw menuju ke

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 229.

    "Ahh..! B-baik Abah. Kami akan penuhi pesan Abah. Kami tak akan berhubungan dan memperpanjang urusan dengan keluarga Baskara dan si Devi itu," ujar terbata Kevin, dengan wajah pucat pasi. "Benar Abah. Asalkan putra kami Radit bisa pulih seperti semula. Kami lebih baik putus hubungan, dan tak memperpanjang urusan dengan keluarga Rini itu," Widya menimpali ucapan suaminya. Ya, tentu saja begitu..! Lagi pula apa yang bisa mereka andalkan kini, untuk mencari masalah dengan Devi dan keluarganya..?Karena bahkan paranormal andalan mereka Abah Kasim saja, sudah menyatakan 'angkat tangan' terhadap makhluk ghaib yang menjaga Devi..! *** "Ahh, Mas Bimo.." desah lirih Devi, yang menggigil di pembaringan kamarnya. Ya, Devi merasa sangat tersiksa dengan lintasan sosok Bimo di benak dan hatinya, yang terus datang dan tergambar semakin jelas di pelupuk matanya. Di dalam setiap kesendiriannya, bathin Devi selalu merasakan tarikkan untuk pergi menemui Bimo. Tak peduli dia sedang berada di manapu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status