Home / Urban / Hasrat sang Konsultan Idaman / Bab 2. Kotak Warisan Leluhur

Share

Bab 2. Kotak Warisan Leluhur

Author: BayS
last update Last Updated: 2024-11-01 09:51:33

Bimo pun menghampiri kotak jati warisan itu dan langsung menjamahnya.

“Ahks..!” Bimo berseru terkejut, saat merasakan tangannya bagai terkena setrum dan di jalari oleh ribuan semut.

Namun sekuat tenaga Bimo bertahan tetap memegang erat kotak jati ukir itu. Hingga akhirnya hawa hangat bercampur dengan hawa sejuk yang menenangkan, terasa menggantikan rasa mengejutkan itu.

‘Aku hampir saja lupa dengan kotak warisan leluhur warisan Kakek! Tak ada jalan lain lagi! Aku akan memakai warisan ilmu leluhurku ini! Tak peduli apapun resikonya..!’ batin Bimo bertekad.

Klagh! Clapsh..!

Bimo langsung membuka kotak jati ukir seukuran kotak sepatu itu, dan seberkas cahaya merah terang pun langsung memancar dari dalam kotak itu.

Aroma kayu akar wangi dan cendana pun seketika menguar semerbak, di dalam kamar Bimo. Sungguh menebarkan hawa mistis yang kental, namun damai dan menenangkan bagi Bimo.

Nampak sebuah benda bulat sebesar kelereng yang berpijar merah terang, berada di tengah sampul kitab tebal yang cekung di bagian tengahnya.

Srrrhh..!

“Ehh..!” seru terkejut Bimo. Dirasakannya hawa sejuk dan hangat bersamaan mengalir disertai rasa kesemutan di tangannya, saat dia memegang Mustika Merah Delima itu.

Pluk!

Namun dengan nekat Bimo langsung saja menelan Mustika itu, karena hatinya sudah bulat ingin mengubah nasib hidupnya.

“Arkh..!” seru gemetar Bimo, dia merasakan seperti ada ratusan semut yang tengah merayap dan mengalir di dalam rongga mulutnya.

Pyaarrh..!

Dan dirasakan Bimo ada sesuatu yang ambyar pecah di dadanya, saat mustika itu telah melalui tenggorokkannya.

“Ahhkssh..!” kembali Bimo berseru kaget, saat gejolak energi hangat bercampur dingin bagai berpusaran dahsyat dan mengalir di seluruh tubuhnya.

Ya, Bimo merasa tubuhnya bagai mengembang dan hendak meledak saja layaknya. Bimo merasa seluruh jaringan di dalam tubuhnya berdenyut dan bergejolak hebat. Keringat dingin pun seketika membanjiri tubuhnya. Sakit sekali!

“Huarghhks..!”

Akhirnya Bimo pun bergulingan di ranjangnya dengan menutup wajahnya dengan bantal. Agar suara teriakkan kesakitannya tak terdengar oleh orang di luar kamarnya.

Pandangan Bimo pun perlahan menjadi samar dan menggelap. Dan di ambang daya batas rasa sakit yang tak mampu di tahan lagi oleh Bimo, akhirnya dia pun pingsan di atas ranjangnya!

***

Pagi pun menjelang.

Jam dinding kamar Bimo sudah menunjukkan pukul 5 pagi, saat..

“Ahh..!” Bimo mulai terbangun dari tidurnya, sepasang matanya nampak perlahan membuka. Reflek dilihatnya jam dinding kamarnya.

“Wah! sudah jam 5..!” seru terkejut Bimo, seraya langsung beranjak duduk di tepi ranjangnya.

“Ehh..!” sentak Bimo, karena dia merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhnya.

Ya, Bimo merasa gerakkan tubuhnya lebih ringan dari biasanya, dan pandangan matanya pun kini terasa lebih terang dan jelas.

‘Aneh! apakah ini pengaruh dari Mustika Merah Delima yang kutelan semalam..?’ batin Bimo menduga.

Tak mau larut dalam kebingungannya, Bimo pun langsung masuk ke kamar mandinya.

‘Semoga saja Devi sudah tak marah lagi padaku’, batin Bimo berharap, sambil kenakan pakaiannya dan membayangkan sosok cantik Devi.

‘Ting!’

Seketika nampak jelas di benak Bimo, kilasan sosok Devi yang hendak mengenakan bra warna hitam renda di sebuah kamar mewah.

Sungguh buah dada yang kencang mencuat ke atas, dengan bulatan merah muda sebesar kelereng. Hal yang menandakan buah itu masih tersegel, dan belum terjamah oleh tangan lelaki manapun.

“Hahh..!” seruan terkejut terlepas tanpa disadari sendiri oleh Bimo.

Ya, karena sosok Devi yang terlintas di benaknya teramat nyata. Bimo bagai sedang berada dalam kamar Devi dan menatap langsung pemandangan itu!

Bahkan kini Bimo bisa melihat segitiga pengaman krem yang dikenakan Devi, serta betapa kenyal dan kencangnya belahan belakang gadis itu. Gila..!

“Hhh..! Aku bisa gila..!” sentak Bimo, seraya menggelengkan kepalanya mengusir bayangannya tentang Devi.

Dan kilasan itu pun lenyap, setelah Bimo tak lagi membayangkan sosok Devi. Bimo pun bergegas merapihkan diri dan bersiap untuk berangkat ke kantornya.

Namun matanya tak sengaja menatap ke arah pojok ranjang, di mana kotak kayu jati ukir warisan leluhurnya masih tergeletak di sana.

Cepat Bimo meraih kotak itu sambil sekilas menatap Kitab Pusaka di dalamnya. Nampak tulisan aksara kuno di sampul kitab itu.

‘Kitab ini hanya berjodoh bagi pemilik Mustika Merah Delima!’

‘Hahh..! Kenapa aku kini bisa membacanya..?!’ seru heran batin Bimo. Karena sebelumnya dia memang tak bisa membaca, apalagi memahami tulisan aksara kuno itu.

Bimo cepat meletakkan kembali kotak jati itu di sudut lemari pakaiannya, dia berniat nanti saja mempelajari isi dari kitab pusaka warisan leluhurnya itu.

“Berangkat ya Bimo,” sapa Tante Rindy, sang pemilik kost. Janda muda yang masih nampak cantik di usianya yang 35 tahun itu.

“Iya Tante Rindy. Maaf buru-buru Tante,” sahut Bimo tersenyum, seraya melintas di depan teras kediaman ibu kostnya itu.

“Silahkan Bimo,” ucap Rindy memaklumi.

‘Aneh! Kenapa Bimo nampak lebih gagah dan berwibawa hari ini..?’ bathin Rindy kagum dan heran, seraya menatap punggung Bimo hingga lenyap di balik pagar rumahnya.

***

“Tumben si Bimo belum datang..! Kalau sudah datang, suruh dia segera menemuiku ya,” ucap Pak Budi, sang kepala personalia kantor.

Ya, Budi terpaksa masuk lebih pagi hari itu, karena adanya laporan dari Devi tentang prilaku ceroboh Bimo kemarin.

“Baik Pak Budi. Nanti akan saya sampaikan begitu Bimo datang,” sahut Luki.

Tak lama kemudian Bimo pun tiba di kantornya. Belum terlambat memang, tapi para OB memang harus sudah masuk sebelum jam kantor dimulai.

“Bimo..! Cepat kemari..!” panggil Luki, saat dia melihat Bimo melintas.

“Ya Kak Luki,” sahut Bimo seraya menghampiri seniornya itu.

“Kau langsung saja ke ruangan Pak Budi. Dia sudah menunggumu di sana! Dan ingat Bimo! Aku juga akan melaporkan kejadian piring pecah kemarin ke bagian logistik hari ini. Bersiaplah kau dipotong gaji!” seru Luki, tanpa rasa kasihan sedikitpun pada Bimo, sebagai sesama OB.

“Baik Kak,” sahut Bimo seraya bergegas menuju ke ruang personalia. Sungguh dia sangat sebal dengan seniornya itu.

Tok, tok, tok!

“Masuk..!”...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
BayS
lanjut ka..
goodnovel comment avatar
Desnita Nita
enak juga dibaca kisahnya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 3. Sanksi Dan Kejutan

    “Masuk..!” seru Budi dari dalam ruang kerjanya, setelah Bimo mengetuk pintu ruangan itu.“Selamat Pagi Pak Budi. Bapak memanggil saya?” ucap Bimo sopan.“Duduklah Bimo! Ada peringatan yang harus kaudengar dan perhatikan baik-baik!” ucap tegas Budi, dengan tatapan tajam ke arah Bimo.“Bimo! Aku mendapat laporan dari Bu Devi, tentang perilakumu yang ceroboh dan tak senonoh dalam bekerja! Karenanya aku langsung memberikan peringatan kedua padamu!”“Ahh! Langsung peringatan kedua Pak Budi..?” desah tegang Bimo bertanya.“Ya! Dan kau tahu artinya peringatan kedua itu Bimo..?! Sekali lagi kau membuat kesalahan, maka tak ada pilihan lain selain kau dipecat dan keluar dari kantor ini! Paham Bimo..?!”“Paham Pak Budi,” sahut Bimo, seraya memberanikan diri balas menatap wajah kepala personalia itu. Dan sebuah lintasan tentang Budi pun langsung tergambar jelas di benak Bimo.“Ahh..!” seru Bimo tanpa sadar. Hal yang tentu saja mengejutkan bagi Budi, pria berumur 39 tahun itu.“Kenapa kau terkejut

    Last Updated : 2024-11-01
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 4. Tulah Dan Perkenalan

    Pertanyaan bernada sindiran dan juga senyum mengejek, nampak jelas di wajah para rekan OBnya itu.“Aman..!” seru Bimo seraya tersenyum, untuk membuat keki para rekan OB yang pastinya berharap dia celaka bahkan dipecat itu.“Kalau begitu, sekarang cepat kau bersihkan ruang toilet lalu pel lorong lantai 2 sekalian..!” seru Luki dengan nada kesal dan wajah tak senang.“Lho? Bukankah tugas mengepel lantai 2 adalah tugas Paul, Kak Luki..?” ujar Bimo heran dan bernada protes.“Ya, hari ini kau yang mengerjakannya Bimo! Karena aku dan Paul akan keluar untuk membeli perlengkapan logistik! Kerjakan saja, jangan banyak tanya!” seru Luki bertambah kesal.“Banyak omong kau Bimo! Hihh..!” Blaakh! Paul ikut memaki marah, seraya menyepak betis Bimo. Karena dia merasa cemas tak jadi di ajak Luki keluar kantor, dan urung mendapatkan uang lebihan belanja.“Aihh..!” seru kaget semua rekan OB di ruangan itu, saat mendengar kerasnya suara sepakkan kaki Paul membentur betis kaki Bimo.Namun Bimo sendiri tak

    Last Updated : 2024-11-02
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 5. Lelah Dan Mimpi

    “Hei..! K-kenapa Bimo..?!” seru heran dan terkejut Lidya.“Ada apa Bimo..?!” seru Rindy yang ikut merasa kaget dan heran melihat sikap Bimo.“Mbak Lidya. Apakah ada rekan pria sekantor Mbak Lidya yang mengendarai Rubicon hitam dan mengenakan jam Rolex..?” tanya Bimo dengan wajah serius.“Heii..! Bagaimana kau bisa mengenali Rudy manajer pemasaran di perusahaanku Bimo..?! Apakah kau pernah bertemu dengannya..?” sentak terkejut Lidya, mendengar ciri-ciri Rudy disebutkan dengan tepat oleh Bimo.“Sama sekali aku tak pernah bertemu dengannya Mbak Lidya. Hanya saja sebaiknya Mbak Lidya berhati-hati dengan orang itu. Apakah dia tadi memberikan sesuatu pada Mbak Lidya..?” ujar Bimo tenang, seraya bertanya.“Hahh..! Rudy memang memberikan parfum untukku tadi siang Bimo. Katanya itu hadiah dari temannya yang baru kembali dari Paris. Memangnya ada apa dengan parfum itu Bimo..?” seru heran Lidya lagi, merasa takjub dengan ketepatan terawangan Bimo.“Bisa kulihat parfum yang diberikan si Rudy itu

    Last Updated : 2024-11-07
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 6. Ungkapan Rindy

    'Heii..! Siapa Devi itu..?!' sentak penasaran batin sang penyelinap itu. Perlahan dia menghampiri ranjang tempat Bimo terbaring pulas. Perlahan dengan dada berdebar sosok penyelinap itu menatapi sosok Bimo, yang diam-diam telah lama mencuri hati dan menjadi obyek fantasinya. Ya, sosok itu adalah Rindy, sang pemilik kost! Malam itu usai Lidya pulang ke rumahnya, tiba-tiba saja Rindy merasa harus menuntaskan keinginan yang telah lama direncanakannya. Memiliki anak dari benih Bimo! Bahkan Rindy sudah mempersiapkan sebuah rumah di desa. Yang disiapkan untuk ditinggalinya, jika dia hamil dari benih Bimo nantinya. Dan dia akan kembali ke Kajarta setelah anaknya dilahirkan. Sementara dalam tidurnya, Bimo tiba-tiba saja bermimpi berada dalam ruangan Devi. Dalam mimpinya itu, Devi menyatakan rasa cintanya pada Bimo, dan tentu saja Bimo menerimanya. Bimo heran dengan keagresifan Devi dalam mimpinya itu, karena Devi dengan lincahnya membuka bajunya, sleetingnya, dan juga memelorotkan celan

    Last Updated : 2024-12-04
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 7. KESEPAKATAN RAHASIA

    "Bimo..! Kemarilah cepat..!" seru Luki memanggil dari arah pintu utara gedung kantor. Bimo pun bergegas menghampiri seniornya itu. "Ada apa Kak Luki..?" "Bimo, kau harus menjenguk Paul di klinik sebelah kantor secepatnya. Paul terus memanggil-manggil namamu sejak semalam. Sepertinya dia ingin bertemu denganmu!" seru Luki kesal. Karena sebenarnya dia enggan dan malas mengabarkan hal itu pada Bimo. 'Entah apa hubungannya Bimo dengan penyakitmu Paul', batin Luki bingung. "Baik Kak Luki. Aku akan menemuinya di klinik sebelah setelah berganti pakaian," sahut Bimo, seraya beranjak hendak masuk ke gedung kantor. "Baik! Cepatlah Bimo!" seru Luki lagi. Akhirnya usai berganti dengan pakaian kerjanya, Bimo pun langsung keluar kantor dan menuju ke klinik 24 jam yang berada di sebelah kantornya itu. Nampak Wanti, Tia, Dino, serta rekan OB lainnya yang tengah menunggui Paul, karena memang saat itu belum masuk jam kerja. "Ahh! Akhirnya kau datang Bimo! Lekaslah kau temui Paul, sejak semalam

    Last Updated : 2024-12-05
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 8. Kesombongan Memuakkan

    "Hai cantik..! Kok pagi-pagi sudah melamun di lobi..?" Seruan seorang pria mengejutkan Devi dari lamunannya, dia pun sontak menoleh ke arah suara itu. "Ahh! Tony mengejutkan saja. Hehe," sahut Devi terkejut seraya terkekeh. Setelah melihat sosok yang datang adalah Tony, putra sang Direktur Umum kantor itu. "Kenapa dengan OB tadi itu Devi..?" tanya Tony, yang rupanya ikut melihat ke arah pandangan Devi tadi. Jujur saja ada rasa kurang senang dan cemburu di hati Tony. Saat dia melihat cara Devi menatap hangat, pada sosok Bimo yang tengah berjalan tadi. Dan walau sekilas saja. Hal itu sudah cukup bagi Tony, untuk mengenali dan mengingat sosok Bimo. OB yang baru saja diperhatikan Devi. "Ahh! Tak ada apa-apa Tony. Hanya kebetulan saja aku sedang melihat ke arah sana," desah Devi menyahut. Dia agak terkejut, karena Tony mengetahui siapa yang tengah diperhatikannya barusan. "Oh begitu. Baik Devi, mari kita bicara di ruanganmu. Kebetulan ada hal yang ingin kubicarakan denganmu," ajak To

    Last Updated : 2024-12-05
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 9. PENGHINAAN DAN HADIAH

    "Tidak Bimo! Kau duduklah di lantai saja. Toh lantai ruangan ini dilapisi karpet, tak akan membuat celanamu kotor!" seru Tony lagi. "Baik Pak Tony." "Hhh..!" dan Devi pun hanya bisa menghela nafas sebalnya, terhadap prilaku semena-mena Tony di hadapannya. Namun dia sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi untuk membela Bimo. 'Inilah yang menyebabkan aku tak sudi menerima cintamu Tony! Kau seperti anak kecil..!' sungut geram batin Devi. Dan memang sesungguhnya tak ada yang kotor atu pun salah dengan sepatu Tony. Dia hanya ingin menunjukkan kekuasaan dan kelebihannya saja atas diri Bimo, di hadapan Devi. Dengan berbuat begitu, maka Tony seperti ingin memperlihatkan pada Devi. Bahwa Bimo bukanlah apa-apa dan siapa-siapa dibanding dirinya! Sungguh Picik..! *** Akhirnya jam kerja pun usai. Bimo bergegas berganti pakaian dan beranjak hendak keluar dari gedung kantornya. "Bimo. Bisakah kita bicara sebentar di ruangku sebelum pulang?" ucap berbisik seseorang, yang bergegas menjajajri lang

    Last Updated : 2024-12-06
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 10. Aji Impen Roso Dan Fitnah

    'Awas kau Bimo..! Jika aku sampai dipecat, akan kuhadang dan kuhabisi kau bersama grupku!' bathin Luki mengancam, sambil terus berjalan keluar dari kantor. *** "Ini benar kau sudah ada uangnya Bimo..?" tanya Rindy agak heran, saat Bimo datang dan membayar sewa kost untuk dua bulan di muka. Ya, tentu saja begitu. Karena baru kemarin Bimo bicara padanya, soal kemungkinan akan telat membayar sewa kostnya. "Kebetulan Bimo ada rejeki tak terduga Tante," sahut Bimo tersenyum tenang. Hal yang membuat Rindy gemas, dan ingin mencium wajah Bimo saat itu juga. Namun dia masih sadar, jika mereka berada di teras terbuka kediamannya. Bimo memang telah menghitung isi amplop pemberian pak Budi. Amplop itu ternyata berisi uang senilai 15 juta. Uang yang cukup besar bagi Bimo, yang berpenghasilan di bawah UMR itu. "Baiklah, aku terima uangnya ya Bimo. Kalau kau butuh sesuatu, kau jangan sungkan bilang padaku ya," ucap Rindy akhirnya. "Baik Tante, terimakasih." "O ya Bimo. Jangan lupa dengan pe

    Last Updated : 2024-12-06

Latest chapter

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 176.

    'Aneh..! Kenapa aku ini..?!' bathin Bimo bingung sendiri. Ya, Bimo memang secara tak sengaja telah menatap aura kehijauan cemerlang Lidya. Aura yang dipancarkan oleh kalung Batu Mustika Naga Hijau di leher Lidya. Bimo pun seketika merasa sangat dekat, dan merindu pada sosok Lidya saat itu. Bagai kekasih atau pasangan yang telah lama terpisah. Dan Bimo merasa, dia tak bisa lagi menahan gejolak itu. Lidya baru saja hendak kenakan celana tidurnya, saat... Slaph..! Taph..! "Aihh..! M-mas Bimo..! A-apa.. Mmfhh..!" Lidya pun tersentak kaget, lalu tubuhnya mendadak lemas. Saat dengan tiba-tiba Bimo memeluk dan melumat bibirnya, dengan rasa penuh kerinduan yang membara. Ya, kalung Mustika Naga Hijau yang melekat di tubuh Lidya, bagaikan sebuah magnit yang sangat kuat bagi Bimo. "Hmmh. Lidya sayang, aku rindu kamu sayang," bisik lembut Bimo, setelah melepas lumatan panas bibirnya pada Lidya. Ya, sesuatu dalam diri Bimo seolah menemukan kembali wanita dalam hidupnya. Sesuatu itu adalah

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 175.

    "Kyaarghhkss..!!" pekik menggetarkan bergema lantang di angkasa, saat sosok Naga bersisik emas melesat berputaran mengelilingi Bimo. Di atas kepala Naga itu nampak sebuah mahkota gemerlapan.Ya, itulah penampakkan wujud dari Ki Naga Kencana yang sesungguhnya..! Sementara pusaran awan keemasan seketika bergulung muncul, kemunculannya bagai menenggelamkan dan membuyarkan pusaran awan pekat kegelapan yang menaungi Andrew. Scraatzzhk..! Jlegarrsh..!! Sambaran halilintar keemasan seketika menerpa sosok sang Naga Kencana, hingga di sekitar mulutnya yang mengangga lebar muncul keredepan lidah-lidah petir keemasan. Ngeri..! 'Gila..! Kekuatan legenda Naga Emas rupanya benar ada..!' seru bathin Andrew gentar. Namun dia sudah tak bisa mundur lagi dari pertarungan dahsyat itu. "Brengsek kau Bimo..! Aku akan bertarung habis-habisan denganmu..!" seru murka Andrew. Cambuk Shadownya ditangannya meledak seketika dan berputar cepat, dengan kobaran api hitam yang semakin menggila. Cletaarrsshk..!

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 174.

    "Aku datang Tuanku Bimo..!" suara berat bergema terdengar di belakang Bimo. "Siapa kau..?!" seru Bimo terkejut. Namun dia tetap fokus kerahkan daya bathinnya yang kini semakin kuat, untuk menahan desakkan daya magis Andrew cs. "Aku Brajangkala dan empat panglimaku, datang untuk membantu Tuan Bimo," sahut suara berat itu lagi. "Ahh..!" hanya seruan terkejut bingung saja yang keluar dari mulut Bimo. Dia sama sekali tak menduga, jika Brajangkala yang datang dengan membawa bala bantuan untuknya. Tadinya Bimo menyangka yang datang membantunya adalah Ki Sabdo, penasehat spiritual Hendra itu. Namun ternyata dia salah. 'Aneh..?! Atas dasar pertimbangan apa Brajangkala membantuku..?!' sentak bathin Bimo heran. Namun dia tak mau terlalu larut dlam kebingungannya itu. Karena Andrew cs kini terasa meningkatkan daya serang terhadapnya. "Ayo..! Maksimalkan penyaluran power kalian..! Rupanya si sialan itu juga memiliki pasukkan di belakangnya..!" seru murka Andrew, saat melihat sosok-sosok hal

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 173.

    Blaph..! Blaph..! ... Blashp..!!! Dan mewujudlah puluhan sosok tak lumrah manusia, yang melayang di sisi kiri dan kanan Andrew. Kesemua sosok yang muncul itu memiliki tubuh layaknya manusia, namun memiliki sayap bak sayap kelelawar di punggungnya.Sementara hampir semua sosok itu, memiliki dua tanduk kecil di kepalanya. Hanya satu sosok saja yang memiliki satu tanduk di kepalanya, namun sosoknya nampak memiliki aura hitam yang paling pekat dibanding sosok-sosok lainnya. "Hahahaa..!!" "Hihihii..!!" Terdengar tawa bergema riuh rendah seperti dari kejauhan. Suara tawa riuh rendah bergema itu, seolah bukan datang dari alam nyata. "Akhirnya kau butuh juga dengan bantuan kami Tuan Andrew..!" seru bergema sosok bertanduk satu itu. "Terpaksa Gallant..! Karena yang kuhadapi nanti bukanlah musuh biasa..! Bersiaplah Gallant, dan juga kalian semua..!" seru Andrew menyahuti, sekaligus mengingatkan para sekutunya. Wrrrnngg...! Sebuah helikopter nampak mendekat ke arah lokasi Andrew cs dan K

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 172.

    Sementara Andrew dan Lidya telah tiba di Hotel Mauli Sanayen. Andrew langsung mengarahkan dan membawa Lidya, menuju ke kamarnya yang terletak di lantai paling atas hotel itu. Setibanya di dalam kamarnya, Andrew langsung memberi garis darah ghaibnya. Dan dia langsung menerapkan ilmu'Tabir Wujud'nya pada sekeliling ruang tidur kamarnya. Ya, Andrew tak menyadari bahwa dia telah terlambat untuk itu. Karena Bimo telah melihat hotel tempatnya berada dalam lintasannya, tepat saat Andrew bergesekkan dengan Lidya di dalam mobil tadi. "Masuklah Ratuku sayang. Kita akan menjadikan malam ini penuh, bagi kita berdua," ucap lembut Andrew, mempersilahkan Lidya yang terpaku di sisinya. "Baik." Lidya berkata datar, seraya masuk ke dalam ruang tidur yang telah dipagari dengan ilmu 'Tabir Wujud' oleh Andrew itu. 'Hmm. Akan kusadarkan kau dari pengaruh hipnotisku, di tengah pemainan asmara kita nanti Lidya. Disaat kau sudah hanyut, dan tak bisa menolak lagi hunjaman asmaraku..! Hahahaa..!' bathin

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 171.

    "Baik." Ya, Lidya bagai kerbau dicucuk hidungnya terhadap Andrew. Dengan hanya mengenakan baju tidurnya, Lidya melangkah keluar dari kamarnya. Andrew pun mengikuti di belakangnya. Sungguh keadaan rumah Lidya sangat mendukung aksi Andrew, karena Bi Inah sudah tenggelam dalam mimpi di kamarnya. Lidya langsung meraih kunci mobilnya yang tergeletak di meja ruang tengah. Lalu dia pun menuju ke garasi, dengan Andrew menjajari langkahnya. Klekh..! Lidya pun masuk ke dalam mobil bersama Andrew yang duduk di sebelahnya. "Kita ke Hotel Mauli Sanayen Lidya sayang," ujar lembut Andrew, dengan menahan gejolak hasratnya yang meledak-ledak terhadap gadis jelita itu. Ya, Lidya memang memiliki kecantikkan yang natural. Bahkan tanpa make up seperto saat itu pun, dia tetaplah segar menantang di mata pria sehat dan normal mana pun juga. Termasuk Andrew..! "Baik," sahut datar Lidya, dingin tanpa ekspresi. Brrmm..! Tin..! Tinn..! Security yang berjaga di posko samping gerbang pun bergegas membuka

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 170.

    "Tanya Bos..! Berapa lama kami harus latihan dan siap kerja nantinya..?!" tanya seorang anggota lagi. "Itu sangat tergantung pada keseriusan, dan kemampuan kalian dalam menyerap ilmu yang kuberikan. Sepertinya waktu 2-4 bulan saja cukup untuk persiapan kalian bekerja. Asalkan kalian menjalani latihan dengan serius.Tinggalkan kebiasaan mabuk-mabukkan..! Karena itu hanya akan melemahkan kondisi dan stamina tubuh kalian..! Kalian mengerti..?!" kembali Bimo berkata lantang. "Hahh..?! Hanya 2 sampai 4 bulan saja..?!" "Siap Boss..!!!" "Yang penting dapat pekerjaan..! Kami siapp..!" Seruan-seruan gembira dan penuh harapan terdengar dari seluruh anggota. Karena sesungguhnya mereka semua juga telah berpikir, jika tak selamanya mereka akan hidup dari jalanan. Layaknya kebanyakkan orang, mereka juga ingin menjalani kehidupan yang wajar dan tenang di masa mendatang. Bekerja, menikah, dan memiliki keluarga..!Ya, tawaran Bimo bagaikan memberi 'jalan terang' bagi mereka untuk hidup lebih bai

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 169.

    "Selamat datang semuanya..! Masuklah..!" seru Bimo tersenyum lebar, seraya menuruni teras rumahnya menyambut Denta cs. "Baik Bos Bimo..! Ayo kawan semua..! Kita masuk..! Parkir yang rapih dan teratur..! Hahaha..!" seru Denta tergelak senang. Dia berada paling depan di barisan gank motornya. "Siapp..!!!" "Malam Bos Bimo..!!!" Ngungg..! Ngenngg..! ... Ngunngg..!!! Dan berbondong-bondong barisan gank motor itu pun masuk ke halaman kediaman Bimo. Nampak tak kurang dari 75 unit motor meluncur masuk dan parkir berderet secara teratur, di halaman depan dan samping. Beruntung Bimo memiliki halaman yang cukup luas, untuk menampung semua kendaraan itu. Tutt.. Tuutt..!Ponsel Bimo berdering, 'Toko Ben;S Food memanggil'. Klikh..! "Ya. Apakah pesanan saya sudah berangkat..?" sapa Bimo. "Benar Tuan Bimo. Kami mengabarkan saat ini sedang di jalan, dan tak sampai 5 menit lagi akan tiba di tujuan." "Baik. Nanti langsung masuk saja, pagar sudah terbuka." "Baik Tuan Bimo." Klikh! "Silahkan

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 168.

    'Baiklah..! Nanti malam akan kudatangi kau Lidya!' bathin Andrew, seraya rebahkan diri di ranjang. Lalu sepasang matanya pun terpejam dengan cepat, kaku dan dingin.! Ya, sepertinya Andrew merasa sangat nyaman berada dalam ruang kamarnya yang remang, dengan semua korden yang tertutup rapat. *** Devi tengah bersantai di ruang tengah kantornya saat itu. Dia baru saja selesai menata ruangan kerjanya, dan juga ruang kerja pribadi Bimo. Ngunngg..! Cit..! Tin.. Tinn..! "Ahh..! Mas Bimo datang..!' seru senang bathin Devi, saat melihat sosok Bimo yang masuk ke halaman depan kantor dengan motornya. Dia pun bergegas melangkah ke teras, untuk menyambut Bos sekaligus pria idamannya itu. "Hei Devi..!" seru Bimo, seraya lemparkan senyumnya ke arah Devi. "Wah, Mas Bimo langsung ke sini tho. Kirain pulang dulu ke rumah," ujar Devi balas tersenyum. "Tidak Devi. Ada hal penting yang harus kubicarakan denganmu sebelum kantor kita ini resmi dibuka." "Ok Mas Bimo. Kita masuk saja yuk," ajak Devi t

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status