Beranda / Urban / Hasrat sang Konsultan Idaman / Bab 3. Sanksi Dan Kejutan

Share

Bab 3. Sanksi Dan Kejutan

Penulis: BayS
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-01 11:41:09

“Masuk..!” seru Budi dari dalam ruang kerjanya, setelah Bimo mengetuk pintu ruangan itu.

“Selamat Pagi Pak Budi. Bapak memanggil saya?” ucap Bimo sopan.

“Duduklah Bimo! Ada peringatan yang harus kaudengar dan perhatikan baik-baik!” ucap tegas Budi, dengan tatapan tajam ke arah Bimo.

“Bimo! Aku mendapat laporan dari Bu Devi, tentang perilakumu yang ceroboh dan tak senonoh dalam bekerja! Karenanya aku langsung memberikan peringatan kedua padamu!”

“Ahh! Langsung peringatan kedua Pak Budi..?” desah tegang Bimo bertanya.

“Ya! Dan kau tahu artinya peringatan kedua itu Bimo..?! Sekali lagi kau membuat kesalahan, maka tak ada pilihan lain selain kau dipecat dan keluar dari kantor ini! Paham Bimo..?!”

“Paham Pak Budi,” sahut Bimo, seraya memberanikan diri balas menatap wajah kepala personalia itu. Dan sebuah lintasan tentang Budi pun langsung tergambar jelas di benak Bimo.

“Ahh..!” seru Bimo tanpa sadar. Hal yang tentu saja mengejutkan bagi Budi, pria berumur 39 tahun itu.

“Kenapa kau terkejut seperti itu Bimo..?!” tanya kesal Budi.

“Maaf Pak Budi. Bolehkah saya bicara secara pribadi dengan Pak Budi, di luar masalah peringatan untuk saya..?” tanya Bimo hati-hati.

Ya, dalam lintasannya itu, Bimo melihat suatu masalah yang cukup fatal dalam rumah tangga atasannya itu.

“Bicaralah Bimo. Tapi jangan coba-coba menjilatku untuk mendapatkan keringanan sangsi!” sahut ketus Budi, dengan setengah hati mempersilahkan Bimo bicara.

“Maaf Pak Budi. Apakah Bapak merasakan ada hal yang aneh dengan ‘kemampuan’ Pak Budi di ranjang akhir-akhir ini? Dan hal aneh itu hanya terjadi di rumah Pak Budi saja,” ujar Bimo pelan.

“Heii..! D-darimana kau tahu soal itu Bimo..?!” kejut dan gugup Budi bukan kepalang. Wajahnya memerah seketika, karena rasa malu dan penasaran bercampur aduk.

Ya, sudah dua bulan ini Budi memang merasakan kemampuannya di ranjang seperti lenyap. Burungnya loyo dan tak mampu menunaikan tugasnya untuk sang istri tercinta.

Namun anehnya, jika dia mengajak istrinya bercinta di luar rumah, maka burungnya bisa tegak dan gagah seperti biasanya.

“Tenanglah Pak Budi. Saya juga baru saja mengetahuinya setelah melihat Pak Budi. Apakah ada tetangga baru di sekitar kediaman Pak Budi? Sepertinya dia menanam sesuatu di halaman rumah Bapak, karena dia menaruh hasrat pada istri Pak Budi,” ungkap Bimo, sambil setengah pejamkan matanya.

“Hahh..! Kau benar lagi Bimo..! Memang ada tetangga baru yang berselisih 3 rumah dari rumahku. Dan dia baru 3 bulan pindah di situ!” seru terkejut Budi, demi mendengar kebenaran dari ucapan Bimo.

“Tapi Pak Budi harus janji tak akan mendendam pada orang itu. Karena apa yang di tanamnya akan berbalik menyerangnya. Setelah Pak Budi membakar benda yang di tanam di halaman rumah Pak Budi,” ujar Bimo tenang.

Ya, sungguh hati Bimo sendiri juga heran. Bagaimana dia bisa bersikap setenang itu berbicara dengan Pak Budi. Bimo merasa yang tengah berbicara dengan Budi seperti bukan dirinya. Lalu siapa..?!

“B-benda apa sebenarnya yang di tanam si brengsek itu Mas Bimo..?! Sungguh membuatku ingin pulang sekarang juga!” seru Budi geram, panggilannya seketika berubah menjadi sopan pada Bimo.

Ya, Budi seperti melihat pancaran wibawa dan kharisma Bimo yang sungguh berbeda saat itu. Hal yang membuatnya seketika merasa hormat dan segan pada pemuda itu. Aneh!

“Pak Budi tak perlu membuka bungkusan kain putih pada benda itu. Pak Budi cukup langsung membakarnya saja di halaman belakang rumah. Maka pengaruh buruk benda itu akan hilang, dan kemampuan Pak Budi akan normal kembali,” ujar Bimo tenang.

“Ahh..! L-lalu dimana tepatnya benda terkutuk itu berada Mas Bimo..?” sentak Budi semakin penasaran.

“Benda itu memiliki kekuatan Pelemah Hasrat, dan ditanam di bawah pot bonsai beringin halaman rumah Pak Budi. Biarlah akan saya pagari rumah Pak Budi dari jauh, agar dia tak bisa lagi mengerjai keluarga Pak Budi.”

Seth, seth, seth!

Bimo langsung pejamkan matanya dan membuat garis berbentuk kotak, dengan jari telunjuknya yang tiba-tiba saja bergetar kepulkan asap putih.

“Hahh..!” seru terkejut Budi dengan mata terbelalak. Karena dia bukan hanya melihat kepulan asap putih dari jari Bimo, namun dia juga merasakan hawa hangat yang tiba-tiba menebar di ruangannya.

‘Gila..! Bagaimana Bimo bisa tahu soal tanaman bonsai beringin kesayanganku..?! Ke rumahku saja dia belum pernah! Fix..! Bimo memang asli orang pintar!’ seru batin Budi, merasa takjub dan yakin akan kemampuan Bimo.

“Sudah Pak Budi. Kini Pak Budi tinggal membakar saja benda yang di tanam itu. Dan bersikap biasa sajalah pada penanam benda itu. Karena akibat buruk benda itu akan balik menyerangnya, dan akan terus begitu sampai dia minta maaf pada Pak Budi.,” ujar Bimo tersenyum.

“Ahh..! M-maafkan saya Mas Bimo..! Saya percaya kejadian kemarin dengan Bu Devi itu hanya ketidaksengajaan belaka. Saya pribadi menarik kembali peringatan kedua itu ya Mas Bimo. Terimakasih atas bantuan Mas Bimo..!” sentak rikuh Budi, karena rasa tak enaknya telah bersikap keras pada Bimo tadi.

“Tak apa Pak Budi. Pak Budi hanya menjalankan tugas saja kok. Saya permisi ya Pak Budi,” ujar Bimo tersenyum maklum, seraya beranjak dari kursi.

“S-silahkan Mas Bimo. Terimakasih.. terimakasih ya Mas Bimo,” ucap sopan dan gugup Budi. Dia langsung beranjak mengiringi Bimo dan sekaligus membukakan pintu ruangannya untuk Bimo.

‘Tak kusangka! Di balik kelemahanmu, ternyata kau menyembunyikan kemampuan yang luar biasa Bimo!’ bathin Budi kagum dan takjub.

Dari ruangan Budi, Bimo pun langsung menuju ke ruang OB. Nampak rekan-rekan OBnya tengah berbincang di sana. Namun mereka serentak menoleh ke arah Bimo, saat menyadari kehadirannya.

“Bagaimana Bimo..?!”

“Apakah kau dipecat..?!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 4. Tulah Dan Perkenalan

    Pertanyaan bernada sindiran dan juga senyum mengejek, nampak jelas di wajah para rekan OBnya itu.“Aman..!” seru Bimo seraya tersenyum, untuk membuat keki para rekan OB yang pastinya berharap dia celaka bahkan dipecat itu.“Kalau begitu, sekarang cepat kau bersihkan ruang toilet lalu pel lorong lantai 2 sekalian..!” seru Luki dengan nada kesal dan wajah tak senang.“Lho? Bukankah tugas mengepel lantai 2 adalah tugas Paul, Kak Luki..?” ujar Bimo heran dan bernada protes.“Ya, hari ini kau yang mengerjakannya Bimo! Karena aku dan Paul akan keluar untuk membeli perlengkapan logistik! Kerjakan saja, jangan banyak tanya!” seru Luki bertambah kesal.“Banyak omong kau Bimo! Hihh..!” Blaakh! Paul ikut memaki marah, seraya menyepak betis Bimo. Karena dia merasa cemas tak jadi di ajak Luki keluar kantor, dan urung mendapatkan uang lebihan belanja.“Aihh..!” seru kaget semua rekan OB di ruangan itu, saat mendengar kerasnya suara sepakkan kaki Paul membentur betis kaki Bimo.Namun Bimo sendiri tak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 5. Lelah Dan Mimpi

    “Hei..! K-kenapa Bimo..?!” seru heran dan terkejut Lidya.“Ada apa Bimo..?!” seru Rindy yang ikut merasa kaget dan heran melihat sikap Bimo.“Mbak Lidya. Apakah ada rekan pria sekantor Mbak Lidya yang mengendarai Rubicon hitam dan mengenakan jam Rolex..?” tanya Bimo dengan wajah serius.“Heii..! Bagaimana kau bisa mengenali Rudy manajer pemasaran di perusahaanku Bimo..?! Apakah kau pernah bertemu dengannya..?” sentak terkejut Lidya, mendengar ciri-ciri Rudy disebutkan dengan tepat oleh Bimo.“Sama sekali aku tak pernah bertemu dengannya Mbak Lidya. Hanya saja sebaiknya Mbak Lidya berhati-hati dengan orang itu. Apakah dia tadi memberikan sesuatu pada Mbak Lidya..?” ujar Bimo tenang, seraya bertanya.“Hahh..! Rudy memang memberikan parfum untukku tadi siang Bimo. Katanya itu hadiah dari temannya yang baru kembali dari Paris. Memangnya ada apa dengan parfum itu Bimo..?” seru heran Lidya lagi, merasa takjub dengan ketepatan terawangan Bimo.“Bisa kulihat parfum yang diberikan si Rudy itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 6. Ungkapan Rindy

    'Heii..! Siapa Devi itu..?!' sentak penasaran batin sang penyelinap itu. Perlahan dia menghampiri ranjang tempat Bimo terbaring pulas. Perlahan dengan dada berdebar sosok penyelinap itu menatapi sosok Bimo, yang diam-diam telah lama mencuri hati dan menjadi obyek fantasinya. Ya, sosok itu adalah Rindy, sang pemilik kost! Malam itu usai Lidya pulang ke rumahnya, tiba-tiba saja Rindy merasa harus menuntaskan keinginan yang telah lama direncanakannya. Memiliki anak dari benih Bimo! Bahkan Rindy sudah mempersiapkan sebuah rumah di desa. Yang disiapkan untuk ditinggalinya, jika dia hamil dari benih Bimo nantinya. Dan dia akan kembali ke Kajarta setelah anaknya dilahirkan. Sementara dalam tidurnya, Bimo tiba-tiba saja bermimpi berada dalam ruangan Devi. Dalam mimpinya itu, Devi menyatakan rasa cintanya pada Bimo, dan tentu saja Bimo menerimanya. Bimo heran dengan keagresifan Devi dalam mimpinya itu, karena Devi dengan lincahnya membuka bajunya, sleetingnya, dan juga memelorotkan celan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 7. KESEPAKATAN RAHASIA

    "Bimo..! Kemarilah cepat..!" seru Luki memanggil dari arah pintu utara gedung kantor. Bimo pun bergegas menghampiri seniornya itu. "Ada apa Kak Luki..?" "Bimo, kau harus menjenguk Paul di klinik sebelah kantor secepatnya. Paul terus memanggil-manggil namamu sejak semalam. Sepertinya dia ingin bertemu denganmu!" seru Luki kesal. Karena sebenarnya dia enggan dan malas mengabarkan hal itu pada Bimo. 'Entah apa hubungannya Bimo dengan penyakitmu Paul', batin Luki bingung. "Baik Kak Luki. Aku akan menemuinya di klinik sebelah setelah berganti pakaian," sahut Bimo, seraya beranjak hendak masuk ke gedung kantor. "Baik! Cepatlah Bimo!" seru Luki lagi. Akhirnya usai berganti dengan pakaian kerjanya, Bimo pun langsung keluar kantor dan menuju ke klinik 24 jam yang berada di sebelah kantornya itu. Nampak Wanti, Tia, Dino, serta rekan OB lainnya yang tengah menunggui Paul, karena memang saat itu belum masuk jam kerja. "Ahh! Akhirnya kau datang Bimo! Lekaslah kau temui Paul, sejak semalam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 8. Kesombongan Memuakkan

    "Hai cantik..! Kok pagi-pagi sudah melamun di lobi..?" Seruan seorang pria mengejutkan Devi dari lamunannya, dia pun sontak menoleh ke arah suara itu. "Ahh! Tony mengejutkan saja. Hehe," sahut Devi terkejut seraya terkekeh. Setelah melihat sosok yang datang adalah Tony, putra sang Direktur Umum kantor itu. "Kenapa dengan OB tadi itu Devi..?" tanya Tony, yang rupanya ikut melihat ke arah pandangan Devi tadi. Jujur saja ada rasa kurang senang dan cemburu di hati Tony. Saat dia melihat cara Devi menatap hangat, pada sosok Bimo yang tengah berjalan tadi. Dan walau sekilas saja. Hal itu sudah cukup bagi Tony, untuk mengenali dan mengingat sosok Bimo. OB yang baru saja diperhatikan Devi. "Ahh! Tak ada apa-apa Tony. Hanya kebetulan saja aku sedang melihat ke arah sana," desah Devi menyahut. Dia agak terkejut, karena Tony mengetahui siapa yang tengah diperhatikannya barusan. "Oh begitu. Baik Devi, mari kita bicara di ruanganmu. Kebetulan ada hal yang ingin kubicarakan denganmu," ajak To

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 9. PENGHINAAN DAN HADIAH

    "Tidak Bimo! Kau duduklah di lantai saja. Toh lantai ruangan ini dilapisi karpet, tak akan membuat celanamu kotor!" seru Tony lagi. "Baik Pak Tony." "Hhh..!" dan Devi pun hanya bisa menghela nafas sebalnya, terhadap prilaku semena-mena Tony di hadapannya. Namun dia sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi untuk membela Bimo. 'Inilah yang menyebabkan aku tak sudi menerima cintamu Tony! Kau seperti anak kecil..!' sungut geram batin Devi. Dan memang sesungguhnya tak ada yang kotor atu pun salah dengan sepatu Tony. Dia hanya ingin menunjukkan kekuasaan dan kelebihannya saja atas diri Bimo, di hadapan Devi. Dengan berbuat begitu, maka Tony seperti ingin memperlihatkan pada Devi. Bahwa Bimo bukanlah apa-apa dan siapa-siapa dibanding dirinya! Sungguh Picik..! *** Akhirnya jam kerja pun usai. Bimo bergegas berganti pakaian dan beranjak hendak keluar dari gedung kantornya. "Bimo. Bisakah kita bicara sebentar di ruangku sebelum pulang?" ucap berbisik seseorang, yang bergegas menjajajri lang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 10. Aji Impen Roso Dan Fitnah

    'Awas kau Bimo..! Jika aku sampai dipecat, akan kuhadang dan kuhabisi kau bersama grupku!' bathin Luki mengancam, sambil terus berjalan keluar dari kantor. *** "Ini benar kau sudah ada uangnya Bimo..?" tanya Rindy agak heran, saat Bimo datang dan membayar sewa kost untuk dua bulan di muka. Ya, tentu saja begitu. Karena baru kemarin Bimo bicara padanya, soal kemungkinan akan telat membayar sewa kostnya. "Kebetulan Bimo ada rejeki tak terduga Tante," sahut Bimo tersenyum tenang. Hal yang membuat Rindy gemas, dan ingin mencium wajah Bimo saat itu juga. Namun dia masih sadar, jika mereka berada di teras terbuka kediamannya. Bimo memang telah menghitung isi amplop pemberian pak Budi. Amplop itu ternyata berisi uang senilai 15 juta. Uang yang cukup besar bagi Bimo, yang berpenghasilan di bawah UMR itu. "Baiklah, aku terima uangnya ya Bimo. Kalau kau butuh sesuatu, kau jangan sungkan bilang padaku ya," ucap Rindy akhirnya. "Baik Tante, terimakasih." "O ya Bimo. Jangan lupa dengan pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 11. Geger Dan Jatuh

    "Heii..! Bimo..! Kau sungguh OB yang tak tahu diri dan tak becus dalam bekerja..! Bisa hancur nama perusahaan Ayahku ini, jika kau terus bekerja di sini..!" seru keras Tony di tengah ruang lobi. Bimo pun hanya tertunduk diam, mendengarkan seruan serta caci maki Tony di ruang lobi terbuka itu. Namun wajah Bimo sama sekali tak menampakkan rasa takut atau panik, mendengar teguran keras Tony itu. Dan sontak para karyawan lain pun heboh. Dengan diam-diam mereka mencoba mengintip, atau pura-pura melintas di ruang lobi. Hanya untuk mengetahui kenapa Bimo mendapat teguran keras dari Tony. Nampak Devi, Pak Budi, serta beberapa staf lain juga berjalan menuju ke arah lobi. Bahkan para OB seperti Wanti, Dino, Paul, dan lainnya juga ikut menyaksikan dari sudut koridor di sisi ruang lobi. *** Sementara di saat yang sama.Masuk ke area kantor Bimo sebuah sedan Audi A8L hitam, yang langsung memarkirkan mobilnya di area parkir kantor. Klekh! Turun sepasang kaki jenjang seorang wanita cantik dar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07

Bab terbaru

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 176.

    'Aneh..! Kenapa aku ini..?!' bathin Bimo bingung sendiri. Ya, Bimo memang secara tak sengaja telah menatap aura kehijauan cemerlang Lidya. Aura yang dipancarkan oleh kalung Batu Mustika Naga Hijau di leher Lidya. Bimo pun seketika merasa sangat dekat, dan merindu pada sosok Lidya saat itu. Bagai kekasih atau pasangan yang telah lama terpisah. Dan Bimo merasa, dia tak bisa lagi menahan gejolak itu. Lidya baru saja hendak kenakan celana tidurnya, saat... Slaph..! Taph..! "Aihh..! M-mas Bimo..! A-apa.. Mmfhh..!" Lidya pun tersentak kaget, lalu tubuhnya mendadak lemas. Saat dengan tiba-tiba Bimo memeluk dan melumat bibirnya, dengan rasa penuh kerinduan yang membara. Ya, kalung Mustika Naga Hijau yang melekat di tubuh Lidya, bagaikan sebuah magnit yang sangat kuat bagi Bimo. "Hmmh. Lidya sayang, aku rindu kamu sayang," bisik lembut Bimo, setelah melepas lumatan panas bibirnya pada Lidya. Ya, sesuatu dalam diri Bimo seolah menemukan kembali wanita dalam hidupnya. Sesuatu itu adalah

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 175.

    "Kyaarghhkss..!!" pekik menggetarkan bergema lantang di angkasa, saat sosok Naga bersisik emas melesat berputaran mengelilingi Bimo. Di atas kepala Naga itu nampak sebuah mahkota gemerlapan.Ya, itulah penampakkan wujud dari Ki Naga Kencana yang sesungguhnya..! Sementara pusaran awan keemasan seketika bergulung muncul, kemunculannya bagai menenggelamkan dan membuyarkan pusaran awan pekat kegelapan yang menaungi Andrew. Scraatzzhk..! Jlegarrsh..!! Sambaran halilintar keemasan seketika menerpa sosok sang Naga Kencana, hingga di sekitar mulutnya yang mengangga lebar muncul keredepan lidah-lidah petir keemasan. Ngeri..! 'Gila..! Kekuatan legenda Naga Emas rupanya benar ada..!' seru bathin Andrew gentar. Namun dia sudah tak bisa mundur lagi dari pertarungan dahsyat itu. "Brengsek kau Bimo..! Aku akan bertarung habis-habisan denganmu..!" seru murka Andrew. Cambuk Shadownya ditangannya meledak seketika dan berputar cepat, dengan kobaran api hitam yang semakin menggila. Cletaarrsshk..!

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 174.

    "Aku datang Tuanku Bimo..!" suara berat bergema terdengar di belakang Bimo. "Siapa kau..?!" seru Bimo terkejut. Namun dia tetap fokus kerahkan daya bathinnya yang kini semakin kuat, untuk menahan desakkan daya magis Andrew cs. "Aku Brajangkala dan empat panglimaku, datang untuk membantu Tuan Bimo," sahut suara berat itu lagi. "Ahh..!" hanya seruan terkejut bingung saja yang keluar dari mulut Bimo. Dia sama sekali tak menduga, jika Brajangkala yang datang dengan membawa bala bantuan untuknya. Tadinya Bimo menyangka yang datang membantunya adalah Ki Sabdo, penasehat spiritual Hendra itu. Namun ternyata dia salah. 'Aneh..?! Atas dasar pertimbangan apa Brajangkala membantuku..?!' sentak bathin Bimo heran. Namun dia tak mau terlalu larut dlam kebingungannya itu. Karena Andrew cs kini terasa meningkatkan daya serang terhadapnya. "Ayo..! Maksimalkan penyaluran power kalian..! Rupanya si sialan itu juga memiliki pasukkan di belakangnya..!" seru murka Andrew, saat melihat sosok-sosok hal

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 173.

    Blaph..! Blaph..! ... Blashp..!!! Dan mewujudlah puluhan sosok tak lumrah manusia, yang melayang di sisi kiri dan kanan Andrew. Kesemua sosok yang muncul itu memiliki tubuh layaknya manusia, namun memiliki sayap bak sayap kelelawar di punggungnya.Sementara hampir semua sosok itu, memiliki dua tanduk kecil di kepalanya. Hanya satu sosok saja yang memiliki satu tanduk di kepalanya, namun sosoknya nampak memiliki aura hitam yang paling pekat dibanding sosok-sosok lainnya. "Hahahaa..!!" "Hihihii..!!" Terdengar tawa bergema riuh rendah seperti dari kejauhan. Suara tawa riuh rendah bergema itu, seolah bukan datang dari alam nyata. "Akhirnya kau butuh juga dengan bantuan kami Tuan Andrew..!" seru bergema sosok bertanduk satu itu. "Terpaksa Gallant..! Karena yang kuhadapi nanti bukanlah musuh biasa..! Bersiaplah Gallant, dan juga kalian semua..!" seru Andrew menyahuti, sekaligus mengingatkan para sekutunya. Wrrrnngg...! Sebuah helikopter nampak mendekat ke arah lokasi Andrew cs dan K

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 172.

    Sementara Andrew dan Lidya telah tiba di Hotel Mauli Sanayen. Andrew langsung mengarahkan dan membawa Lidya, menuju ke kamarnya yang terletak di lantai paling atas hotel itu. Setibanya di dalam kamarnya, Andrew langsung memberi garis darah ghaibnya. Dan dia langsung menerapkan ilmu'Tabir Wujud'nya pada sekeliling ruang tidur kamarnya. Ya, Andrew tak menyadari bahwa dia telah terlambat untuk itu. Karena Bimo telah melihat hotel tempatnya berada dalam lintasannya, tepat saat Andrew bergesekkan dengan Lidya di dalam mobil tadi. "Masuklah Ratuku sayang. Kita akan menjadikan malam ini penuh, bagi kita berdua," ucap lembut Andrew, mempersilahkan Lidya yang terpaku di sisinya. "Baik." Lidya berkata datar, seraya masuk ke dalam ruang tidur yang telah dipagari dengan ilmu 'Tabir Wujud' oleh Andrew itu. 'Hmm. Akan kusadarkan kau dari pengaruh hipnotisku, di tengah pemainan asmara kita nanti Lidya. Disaat kau sudah hanyut, dan tak bisa menolak lagi hunjaman asmaraku..! Hahahaa..!' bathin

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 171.

    "Baik." Ya, Lidya bagai kerbau dicucuk hidungnya terhadap Andrew. Dengan hanya mengenakan baju tidurnya, Lidya melangkah keluar dari kamarnya. Andrew pun mengikuti di belakangnya. Sungguh keadaan rumah Lidya sangat mendukung aksi Andrew, karena Bi Inah sudah tenggelam dalam mimpi di kamarnya. Lidya langsung meraih kunci mobilnya yang tergeletak di meja ruang tengah. Lalu dia pun menuju ke garasi, dengan Andrew menjajari langkahnya. Klekh..! Lidya pun masuk ke dalam mobil bersama Andrew yang duduk di sebelahnya. "Kita ke Hotel Mauli Sanayen Lidya sayang," ujar lembut Andrew, dengan menahan gejolak hasratnya yang meledak-ledak terhadap gadis jelita itu. Ya, Lidya memang memiliki kecantikkan yang natural. Bahkan tanpa make up seperto saat itu pun, dia tetaplah segar menantang di mata pria sehat dan normal mana pun juga. Termasuk Andrew..! "Baik," sahut datar Lidya, dingin tanpa ekspresi. Brrmm..! Tin..! Tinn..! Security yang berjaga di posko samping gerbang pun bergegas membuka

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 170.

    "Tanya Bos..! Berapa lama kami harus latihan dan siap kerja nantinya..?!" tanya seorang anggota lagi. "Itu sangat tergantung pada keseriusan, dan kemampuan kalian dalam menyerap ilmu yang kuberikan. Sepertinya waktu 2-4 bulan saja cukup untuk persiapan kalian bekerja. Asalkan kalian menjalani latihan dengan serius.Tinggalkan kebiasaan mabuk-mabukkan..! Karena itu hanya akan melemahkan kondisi dan stamina tubuh kalian..! Kalian mengerti..?!" kembali Bimo berkata lantang. "Hahh..?! Hanya 2 sampai 4 bulan saja..?!" "Siap Boss..!!!" "Yang penting dapat pekerjaan..! Kami siapp..!" Seruan-seruan gembira dan penuh harapan terdengar dari seluruh anggota. Karena sesungguhnya mereka semua juga telah berpikir, jika tak selamanya mereka akan hidup dari jalanan. Layaknya kebanyakkan orang, mereka juga ingin menjalani kehidupan yang wajar dan tenang di masa mendatang. Bekerja, menikah, dan memiliki keluarga..!Ya, tawaran Bimo bagaikan memberi 'jalan terang' bagi mereka untuk hidup lebih bai

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 169.

    "Selamat datang semuanya..! Masuklah..!" seru Bimo tersenyum lebar, seraya menuruni teras rumahnya menyambut Denta cs. "Baik Bos Bimo..! Ayo kawan semua..! Kita masuk..! Parkir yang rapih dan teratur..! Hahaha..!" seru Denta tergelak senang. Dia berada paling depan di barisan gank motornya. "Siapp..!!!" "Malam Bos Bimo..!!!" Ngungg..! Ngenngg..! ... Ngunngg..!!! Dan berbondong-bondong barisan gank motor itu pun masuk ke halaman kediaman Bimo. Nampak tak kurang dari 75 unit motor meluncur masuk dan parkir berderet secara teratur, di halaman depan dan samping. Beruntung Bimo memiliki halaman yang cukup luas, untuk menampung semua kendaraan itu. Tutt.. Tuutt..!Ponsel Bimo berdering, 'Toko Ben;S Food memanggil'. Klikh..! "Ya. Apakah pesanan saya sudah berangkat..?" sapa Bimo. "Benar Tuan Bimo. Kami mengabarkan saat ini sedang di jalan, dan tak sampai 5 menit lagi akan tiba di tujuan." "Baik. Nanti langsung masuk saja, pagar sudah terbuka." "Baik Tuan Bimo." Klikh! "Silahkan

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 168.

    'Baiklah..! Nanti malam akan kudatangi kau Lidya!' bathin Andrew, seraya rebahkan diri di ranjang. Lalu sepasang matanya pun terpejam dengan cepat, kaku dan dingin.! Ya, sepertinya Andrew merasa sangat nyaman berada dalam ruang kamarnya yang remang, dengan semua korden yang tertutup rapat. *** Devi tengah bersantai di ruang tengah kantornya saat itu. Dia baru saja selesai menata ruangan kerjanya, dan juga ruang kerja pribadi Bimo. Ngunngg..! Cit..! Tin.. Tinn..! "Ahh..! Mas Bimo datang..!' seru senang bathin Devi, saat melihat sosok Bimo yang masuk ke halaman depan kantor dengan motornya. Dia pun bergegas melangkah ke teras, untuk menyambut Bos sekaligus pria idamannya itu. "Hei Devi..!" seru Bimo, seraya lemparkan senyumnya ke arah Devi. "Wah, Mas Bimo langsung ke sini tho. Kirain pulang dulu ke rumah," ujar Devi balas tersenyum. "Tidak Devi. Ada hal penting yang harus kubicarakan denganmu sebelum kantor kita ini resmi dibuka." "Ok Mas Bimo. Kita masuk saja yuk," ajak Devi t

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status