Share

Hate to Love. 02

“Jangan lupa jam makan siang nanti kita akan menemui calon suami kamu.”

Aliika mendapatkan pesan dari Rama. Pesan itu terus berputar-putar di otaknya. Calon suami? Bahkan Aliika yakin dia tidak akan menerima laki-laki itu. Karena sebenarnya sejak lama ia sudah menentukan siapa yang akan menjadi pendamping hidupnya, terlepas dari banyaknya kegagalan cinta yang Aliika alami. Meski kini itu suatu hal yang mustahil. Namun Aliika memiliki keyakinan dalam hati, bahwa hari itu akan tiba. Hari dimana ia akan berdiri di altar bersama orang yang dicintainya.

Kebahagiaan apalagi yang diinginkan para gadis didunia ini selain mengucapkan janji suci bersama orang yang mereka cintai?

Aliika menghela nafasnya. Kini ia berada di salah satu cafe favoritnya. Hari ini ia memiliki beberapa janji pertemuan, padat memang jadwal Aliika hari ini. Dirinya akan bertemu klien barunya dan bertemu orang yang akan dijodohkan dengannya.

Aliika adalah seorang desainer busana. Ia memiliki rekan dan klien dari kalangan atas yang bisa memberi harga busana rancangannya dengan harga yang sangat tinggi. Tentu saja karena kepiawaian gadis muda ini tak main-main. Aliika selalu bisa membuat klien-kliennya merasa terkesan dan kagum dengan busana rancangannya. Itu sebabnya Aliika cukup terkenal di kalangan pebisnis, artis dan kalangan atas lainnya. Tak kalah suksesnya dari Syifana Bundanya.

“Nona Aliika?” sapa seorang wanita dengan ramah kepadanya. Aliika tersenyum sambil bangkit dari duduknya.

“Iya saya Aliika. Mari, Ms. Denise silahkan duduk.” ucap Aliika dengan sopan mempersilahkan wanita yang terlihat sedikit lebih tua dari nya untuk duduk di salah satu kursi samping Aliika. Mereka memesan minuman untuk dinikmati sambil membicarakan tentang rancangan busana itu.

“Jadi, Ms. Denise ingin busana untuk acara apa?” tanya Aliika dengan sopan.

“Begini Nona, saya ingin sebuah gaun pengantin untuk pernikahan putri saya. Dengan model yang simpel namun elegan.”

Aliika mengangguk, “Lalu untuk warnanya?” tanya Aliika saat mencatat apa yang diinginkan dari kliennya ini.

“Putih tulang dengan payet an mutiara berbentuk angsa di bagian depan.”

Aliika lalu menyerahkan album foto dari hasil rancangannya.

“Astaga ini bagus sekali.” ucap Denise menunjuk kearah gambar yang ia inginkan.

Aliika tersenyum, “Jika anda mau, saya akan memadukan dengan gaun yang sudah kita bicarakan tadi.”

“Bisakah?” tanya Denise tidak percaya.

“Ya, anda percayakan saja kepada saya. Saya akan memberikan yang terbaik untuk hari istimewa putri anda.”

“Terimakasih Nona. Saya pergi dulu. Uang muka akan saya transfer hari ini juga, baiklah saya permisi.”

Aliika tersenyum melihat kepergian wanita itu. Aliika menghela nafasnya. Ia kembali mendapatkan kepercayaan dari orang lain dan Aliika berharap semoga ia tak pernah mengecewakan mereka.

******

Aliika berjalan tergesa gesa menuju area privat room yang diberitahukan oleh pelayan restoran, tempat dimana ia akan bertemu dengan laki-laki itu. Aliika sudah terlambat selama tiga puluh menit karena jalanan yang sangat macet. Semoga saja Ayahnya tidak marah karena ia terlambat.

Aliika melihat pintu ruangan itu. Ia menghirup nafas dalam dan menghembuskannya.

Tok tok tok

Aliika mengetuk pintu itu kemudian dengan sangat pelan ia membukanya.

“Selamat siang semuanya.” sapa Aliika pada orang-orang disana.

Kedua orangtuanya dan dua orang dengan pawakan sama seperti kedua orangtuanya yang diyakini Aliika adalah orangtua dari laki-laki yang akan dijodohkan dengannya, menatap Aliika bersamaan.

Syifana melihat penampilan putrinya itu dengan sedikit terkejut. Syifana langsung bangkit dari duduknya dan menemui Aliika yang masih berdiri diambang pintu.

Syifana berbisik di telinga Aliika, “Kamu kok pakai baju ini sih. Kenapa ga pakai dress yang Bunda berikan?”

Aliika menyengir dan menampilkan dua jari peace nya.

“Maaf Bun. Tadi buru-buru jadi tidak sempat ganti.”

“Ya sudah tidak apa-apa. Ayo sekarang beri salam kepada tuan dan nyonya Guwanna.” ucap Syifana.

Aliika terdiam. Ia tahu nama itu, mungkinkah? Tapi banyak orang yang memilih nama itu sebagai marga mereka, Aliika memilih untuk menepis pikiran itu. Ia berjalan kemudian mencium tangan kedua orang tua itu dan menyapa mereka dengan ramah.

“Jangan panggil nyonya Guwanna. Panggil saja mama Miranda ya.” ucap wanita paruh baya itu setelah Aliika menyalaminya. Aliika tersenyum dan mengangguk.

Aliika mengambil duduk di sofa tepat di antara Rama dan Syifana. Ia tak menemukan laki-laki itu. Laki-laki yang akan dijodohkan dengannya. Apa laki-laki itu tidak datang?

Gadis itu berharap kalau laki-laki itu tidak datang agar setidaknya yang merasa dirugikan adalah pihak laki-laki itu bukan pihak Aliika. Lagipula Aliika benar-benar benci jika harus dijodoh-jodohkan seperti ini seperti jaman siti nurbaya saja. Jika tidak karena dirinya sangat menyayangi orangtuanya mungkin saja Aliika memilih untuk tetap di butik mengurus busananya.

Dia sebenarnya tidak bermaksud menolak untuk menjelekkan keluarga laki-laki itu, tetapi mengingat kejadian-kejadian yang lalu. Kehancuran dalam masalah percintaan, dan gadis itu terus berusaha untuk menyembuhkan sendiri lukanya dan tidak ingin terlarut dalam trauma. Kejadian-kejadian itu membuatnya berpikir bahwa semua laki-laki sama brengseknya, selalu menganggap bahwa wanita mudah untuk dipermainkan.

“Aliika sangat cantik ternyata. Ya kan, Pa?” ucap Miranda pada suaminya yang kemudian dibalas dengan anggukan dan tersenyum.

“Saya juga banyak mendengar nama kamu dari teman saya. Mereka sangat suka dengan busana rancangan kamu, kamu sangat hebat.” Tambah Miranda.

Aliika tersenyum malu, “ Terimakasih.”

“Rama kamu sangat beruntung. Anakmu ini sangat berbakat hingga bisa meraih kesuksesan di usia yang terbilang masih muda.”

Kali ini Robert juga menyuarakan pendapatnya tentang Aliika. Rama yang duduk bersandar di sofa kini menegakkan tubuhnya sambil terkekeh pelan.

“Putramu juga sukses Rob. Kenapa kau iri padaku?” ucap Rama dengan nada jenaka. Membuat Robert ikut terkekeh pelan.

“Kau benar, dia putra kebanggaanku.” balas Robert dengan tersenyum.

Tok tok tok

Ceklek..

Pintu ruangan itu terbuka. Aliika dapat mendengar suara langkah kaki masuk ke ruangan itu. Namun Aliika sama sekali tak menoleh karena dia mendapat pesan dari seseorang sehingga ia membukanya terlebih dahulu. Ia terus menunduk hingga tidak menyadari bahwa sosok yang tadinya berjalan itu telah menghentikan langkahnya.

“Kenapa lama sekali?” tanya Miranda.

“Maaf, toiletnya antri.”

Deggh

Suara itu. Aliika tau suara itu. Itu adalah suara yang sangat dirindukannya selama ini. Tiba-tiba tubuh Aliika membeku. Namun ia berusaha keras untuk bisa menggerakkan kepalanya dan melihat ke arah orang yang telah duduk di hadapannya itu. Aliika membelalakkan matanya.

Gadis itu benar-benar tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Orang itu, yang kini sedang menatapnya datar adalah laki-laki yang ia harapkan kehadirannya selama ini. Dan kini harapannya terwujud. Laki-laki itu ada disini.

“Kak Sagara…” lirih Aliika.

Namun laki-laki yang dipanggil itu sama sekali tak bergeming. Tak memberikan respon apapun. Bahkan tersenyum sedikit saja tidak. Seolah kehadiran Aliika tak berpengaruh apapun untuk dirinya. Berbeda dengan Aliika yang kini sudah berkaca-kaca. Bahkan pandangannya sudah mengabur karena air mata yang menggenang.

Tes

Satu tetes air mata jatuh. Sagara yang melihat itu langsung memalingkan wajahnya.

“Sayang kamu kenapa menangis?” tanya Miranda yang khawatir karena melihat Aliika yang tiba-tiba menangis tanpa sebab.

Aliika mengerjapkan matanya beberapa kali, “Enggak tante, eh Mama maksudnya. Alikka cuman kelilipan aja.”

Sangkal Aliika kemudian berusaha mengusap air matanya. Rama dan Syifana saling bertatapan. Mereka tau apa yang terjadi pada putri mereka. Namun mereka memilih untuk tetap diam.

“Ya sudah sekarang kalian saling berkenalan saja ya. Kita akan memberikan waktu untuk kalian berdua. Ayo, Pa.” Miranda mengajak suaminya untuk pergi dari sana meninggalkan Aliika dan Sagara berdua di private room itu.

Rama dan Syifana pun ikut pergi. Sebelum itu Syifana mengecup puncak kepala Aliika untuk memberikan kekuatan padanya. Karena Syifana tau ini berat untuk Aliika.

Kini tinggallah Aliika dan Sagara. Mereka masih sama-sama diam. Sagara bahkan sudah sibuk dengan ponselnya, mengabaikan Aliika yang masih menatapnya dengan pandangan tak percaya.

Sagara kemudian memasukkan ponselnya ke dalam saku saat merasa jenuh dengan situasi ini. Sejak tadi ia menunggu Aliika membuka suara. Namun ternyata gadis itu sama sekali tak mengeluarkan sepatah kata pun. Gadis itu malah diam dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya. Tanpa mengeluarkan suara isakan Aliika terus menatap arah Sagara.

“Ada yang mau kamu tanyakan ke aku?” ucap Sagara memecahkan keheningan. Aliika mengerjapkan matanya beberapa kali saat mendengar suara Sagara lagi. Seakan ia dikembalikan dari lamunannya.

Suara berat yang sangat Aliika rindukan selama empat tahun lebih lamanya. Wajah yang sangat amat Aliika kenali, dan juga rasa familiar yang dulu pernah ada seakan muncul kembali. Bahagia, seharusnya itu yang harus Aliika rasakan saat ini bukan?

“Banyak.” jawab Aliika pelan. Sagara menganggukkan kepalanya pelan kemudian menyandarkan tubuhnya di sofa. Melihat ke arah Aliika dengan tatapan dingin.

Sejuta pertanyaan telah bersemayam di otak dan benak Aliika. Ini kesempatannya untuk mengetahui apa penyebab Sagara meninggalkannya empat tahun yang lalu. Ya, Sagara sosok yang sudah Aliika pilih sedari awal untuk menjadi jodohnya, sosok yang menjadi alasan mengapa Aliika menolak perjodohan. Dirinya tidak tahu ternyata yang dijodohkannya adalah sosok yang ia tunggu selama ini.

Singkat cerita Sagara dan Aliika adalah sahabat dekat bahkan Sagara juga dekat dengan Andrian dan sahabatnya Lola. Mereka berdua memendam rasa saat di bangku SMA, sebuah kehangatan yang selalu diberikan oleh Aliika untuk Sagara. Membuat laki-laki itu jatuh hati padanya. Semakin dekat hubungan mereka semakin serius pula alurnya. Namun kembali pada fakta bahwa semakin dekat  suatu hubungan tidak menjamin hubungan itu akan aman.

Aliika dikejutkan dengan keputusan Sagara yang memilih untuk berkuliah di Aussie dan meninggalkan Aliika bahkan tanpa berpamitan. Dirinya tahu Sagara di Aussie saja karena kabar dari Lola. Menyakitkan? Tentu saja, tidak ada di dunia ini yang rela pasangannya pergi begitu saja tanpa sebab. Aliika kemudian mencoba untuk move on selama kurang lebih empat tahun.

And now?

Dirinya kembali dipertemukan, mungkin ini yang disebut takdir. Aliika berharap Sagara mau menjelaskan alasan dia meninggalkan Aliika saat itu.

“Aku batasi, tiga pertanyaan saja. Jika tidak setuju lebih baik aku langsung pergi saja dari sini, karena aku sangat muak dengan suasana ini.” ucap Sagara dingin.

Degh

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status