“Kenapa? Harusnya aku boleh dong banyak tanya karena memang otak ku sudah dipenuhi dengan pertanyaan yang sangat ingin aku ketahui jawabannya.”
Aliika membalas tatapan Sagara dengan menantang, dirinya tak ingin kalah juteknya dengan laki-laki yang ada di hadapannya ini.
Sagara menyeringai, “Karena aku bukan g****e yang dirancang untuk menjawab semua pertanyaan mu.”
Aliika sedikit tersenyum, sekuat tenaga ia menahan tawanya agar tetap terlihat jutek di hadapan Sagara. Bisa-bisanya dengan tampang dingin namun masih bisa melawak.
“Kak Sagara ngelawak?”
“Menurutmu?”
Tidak! Menurut Aliika, Sagara tidak sedang melawak dilihat dari raut wajahnya saja sudah kelihatan. Menampakkan ekspresi yang datar dan tajam menatap. Aliika mengusap kedua pipinya kemudian menghembuskan nafas panjang. Berhadapan dengan Sagara membutuhkan kesabaran ekstra karena benar-benar Sagara lebih dingin kepadanya.
“Kak Sagara tidak mau tanya sesuatu juga ke aku gitu?” tawar Aliika, yang membuat Sagara menaikkan sebelah alisnya.
“Tidak ada yang ingin kuketahui darimu.”
Jlebb
Sakit tentu saja saat mendengar jawaban itu. Secara tak langsung Sagara memberitahunya jika Sagara tidak peduli dengan Aliika. Aliika hanya mengangguk sebagai jawaban dari pernyataan Sagara barusan. Ia semakin tidak nyaman dengan situasi ini. Entah mengapa ia ingin sekali pergi dari sana. Padahal selama ini ia sangat ingin bertemu dengan Sagara.
Atau mungkinkah karena Sagara yang sekarang terasa sangat asing untuk Aliika?
“Sampai kapan kamu mau diem aja? Jangan buang-buang waktu ku.”
Aliika sedikit tersentak saat mendengarkan perkataan dingin itu. Aliika langsung memutar otaknya untuk mencari pertanyaan yang paling penting dari sekian banyaknya pertanyaan di pikirannya. Karena ia hanya memiliki kesempatan tiga pertanyaan saja.
“Kenapa..”
Drrt drrt drrt
Perkataan Aliika langsung terjeda saat tiba-tiba ponsel Sagara berdering dengan cukup nyaring di dalam sakunya. Tanpa menunggu lama Sagara langsung menerima panggilan itu.
“Halo?”
Dari percakapan yang Aliika dengar, sepertinya itu dari karyawannya atau rekan bisnisnya. Karena mereka membicarakan soal pekerjaan. Setelah mengakhiri sambungan telepon itu, Sagara kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku jasnya. Kemudian masih dengan wajah datarnya Sagara menatap ke arah Aliika yang sejak tadi memperhatikannya.
“Aku harus pergi sekarang. Ada urusan penting. Temui aku di kafe biasa jam 10 pagi, aku akan jawab semua pertanyaan mu.” ucap Sagara sambil bangkit dari duduknya kemudian berlalu pergi. Aliika masih memperhatikan gerak-gerik Sagara tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aliika mengerjapkan matanya beberapa kali. Sagara meninggalkannya begitu saja.
“Kak Sagara berubah. Bahkan hampir aku tidak mengenali sifatnya sekarang.” ucap Aliika pelan.
*****
“Jadi?” tanya Andrian saat laki-laki itu memasuki kamar Aliika tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Membuat Aliika yang sedang membaca novel sedikit terkejut.
“Ish! Ngagetin aja. Masuk itu ketuk pintu dulu. Kalau aku saat baru selesai mandi dan belum pakai baju gimana?” ucap Aliika dengan wajah kesalnya.
“Makanya ganti bajunya di walk in closet.” ucap Andrian.
Aliika mendengus kesal, apalagi saat melihat Andrian mengeliat-liatkan tubuhnya di ranjang empuk gadis itu yang masih rapi dan kini sudah terlihat kusut dan berantakan.
“Jadi gimana?” tanya Andrian yang kemudian memposisikan dirinya untuk duduk di pinggiran ranjang lalu menatap Aliika.
Aliika menoleh, “Apanya?” gadis itu benar-benar kesal karena aktivitasnya membaca novel kembali tertunda.
“Sagara.”
Aliika terdiam, “Kak Andrian tahu?”
“Aku udah tau sebelum kamu tahu.”
“Apa!!” teriak Aliika dengan terkejut. Jika benar seperti itu kenapa Andrian tidak memberitahunya. Saat pertanyaan Aliika lontarkan di meja makan hari itu, Andrian hanya terdiam.
“Santai aja sih gausah ngegas.”
“Kenapa kak Andrian tidak memberitahu aku?”
“Karena aku ga mau kamu kembali sama Sagara.”
“Kenapa?” tanya Aliika dengan lesu. Dirinya sebenarnya tahu betul kenapa Andrian melakukan itu, ia tidak ingin kejadian tahun lalu terulang kembali dan membuat Aliika mengulang rasa sakitnya.
“Dia ga baik buat kamu. Kalau dia memang cinta sama kamu, dia ga akan pergi gitu aja.”
“Pasti dia punya alasan, Kak.” Aliika terus mencoba untuk membela Sagara. Dirinya yakin bahwa Sagara pasti mempunyai alasan dan suatu saat nanti laki-laki itu akan memberitahunya.
Andrian kemudian bangkit dari duduknya tanpa menjawab perkataan Aliika lagi dan kemudian benar-benar pergi dari sana.
*****
Motor yang ditumpangi Sagara berhenti disebuah café yang dulu kerap ia datangi semasa SMA. Tak ada yang berubah, masih sama seperti dulu. Sagara melepas helm fullface nya. Merapikan rambutnya dengan menyisir menggunakan jari ke arah belakang. Sagara membenarkan jaketnya dengan gerakan yang bisa membuat para kaum hawa menjerit histeris saat melihatnya. Sangat menawan.
Sagara berjalan memasuki café itu. Pandangannya mengarah ke seluruh penjuru café. Mencari sosok yang akan ia temui. Dan ya, Sagara menemukan orang itu, sedang duduk dipojok café dan terlihat sibuk dengan buku dan pensilnya.
Merasa ada yang memperhatikannya, akhirnya Aliika mengalihkan pandangannya dari buku desain busananya. Dan ia benar-benar terkejut saat menemukan Sagara yang berdiri sedikit jauh dari hadapannya. Aliika langsung membereskan buku-bukunya. Ia terlihat salah tingkah saat mengetahui Sagara sedang memperhatikannya.
“Sibuk?” tanya Sagara saat sudah duduk dihadapan Aliika.
Aliika mendongak menatap Sagara, “Eum.. ya, ada beberapa pekerjaan. Tapi tak masalah aku bisa melanjutkannya nanti.” balas Aliika.
Sagara memperhatikan buku-buku yang dibawa oleh Aliika. Sebuah senyum sangat tipis terpatri di bibirnya. Sangat tipis hingga tak ada yang menyadari jika Sagara sedang tersenyum.
“Kita langsung saja ya, kak Sagara pasti juga lagi sibuk kan?” ucap Aliika yang dibalas anggukan oleh Sagara.
“Oke. Pertanyaan pertama, kemana kak Sagara selama ini?”
“Aussie.” Balas Sagara datar.
Ternyata Sagara pergi ke Aussie. Memang benar gadis itu sudah tahu jika Sagara berkuliah di Aussie. Yang menjadi pertanyaan mengapa laki-laki itu memilih Aussie, padahal di Indonesia masih banyak Universitas yang bagus. Apakah ada seseorang yang membuat Sagara memilih untuk memutuskan tinggal di Aussie?
“Oke pertanyaan selanjutnya. Kenapa kak Sagara pergi tanpa memberitahuku?”
“Aku tidak bisa menjawab itu.” balas Sagara masih tanpa ekspresi. Sagara tahu Aliika pasti mempertanyakan hal ini dan ia belum siap untuk menjawabnya.
Aliika mengernyit, “Kenapa?”
Apa yang sedang disembunyikan Sagara hingga laki-laki itu tidak bisa menjawab pertanyaan Aliika. Apakah sesulit itu pertanyaan yang gadis itu berikan?
“Itu privasi ku. Dan kamu tidak mempunyai hak untuk tahu.”
Aliika terdiam. Lagi-lagi Sagara membuat Aliika benar-benar seperti orang asing. “Oke, ganti pertanyaan.”
“Itu salah satu pertanyaan. Sekarang kesempatan mu tinggal satu.”
“Tapi kak Sagara tidak bisa menjawabnya.” balas Aliika membela diri.
“Dalam soal ujian ketika kita tidak bisa menjawab bukan berarti soal itu diganti soal lain bukan?” tanya Sagara dengan wajah meremehkan.
Aliika mencengkram kuat tangannya. Ia benar-benar dibuat kesal oleh Sagara, “Oke, terakhir!” ucap Aliika dengan kesal.
“Kenapa kak Sagara mau dijodohin sama aku?”
Pertanyaan terakhir yang sangat ingin Aliika ketahui jawabannya. Mengingat sikap Sagara yang berubah drastis, laki-laki itu sangat dingin kepada Aliika. Dirinya penasaran apa benar laki-laki itu mau menerima perjodohan ini dengan tulus.
“Memang nya aku sudah mengatakan ‘ya’?” tanya Sagara balik.
Skakmat!!
Benar,Sagara belum mengatakan setuju dengan perjodohan ini. Lalu kenapa Aliika bisa mempertanyakan hal itu. Aliika benar-benar merutuki kebodohannya.
“Jadi kak Sagara gak mau dijodohin sama aku?” tanya Aliika dengan lirih sedikit dipenuhi keraguan dan tentunya rasa penasaran yang sedari tadi bergejolak.
“Kesempatanmu sudah habis.” balas Sagara.
Aliika menghela nafasnya. Dalam hati ia terus melontarkan kata sabar ia harus menahan emosinya dari laki-laki yang ada di hadapannya ini. Hingga Aliika terkejut saat Sagara tiba-tiba bangkit dari duduknya.
“Kak Sagara mau kemana?” tanya Aliika cepat seolah menahan.
“Balik.”
“Kak Sagara mau ninggalin aku lagi? Gak mau nganterin aku pulang gitu? Memangnya kak Sagara gak khawatir sama aku?” lontaran-lontaran pertanyaan Aliika tujukan pada Sagara meluapkan emosinya.
Sagara menaikkan sebelah alisnya, “Memangnya kamu siapa yang harus aku khawatirkan?” jawab Sagara tanpa berpikir.
Jleb
Lagi dan lagi hati Aliika seperti ditusuk-tusuk. Perubahan Sagara benar-benar membuat geram Aliika.
“Kak Sagara jahat….” Lirih Aliika. Air matanya mulai memenuhi kelopak matanya yang sepertinya sudah siap meluncur membasahi kedua pipinya.
“Aku memang jahat. Bahkan aku bisa lebih jahat dari ini. Itu sebabnya sebelum kamu menyesal, tolak saja perjodohan ini.” ucap Sagara tanpa ekspresi.
“Kamu ngancam aku kak?”
Sagara tak membalas pertanyaan Aliika, ia pun langsung pergi dari sana. Meninggalkan Aliika dengan rasa sakit yang membekas di hatinya.
Gadis itu benar-benar tak menyangka jika Sagara akan memperlakukan Aliika sekejam ini. Setelah empat tahun menghilang dan kembali malah membawa luka goresan yang sangat dalam. Tetapi fakta bahwa Aliika sangat mencintai laki-laki itu tak bisa dipungkiri.
Dirinya ingin sekali Sagara kembali seperti dulu lagi yang selalu memperlakukan Aliika layaknya seorang princess. Gadis itu bertekad untuk mencoba merubah Sagara agar mau kembali di pelukannya lagi.
Aliika memilih untuk tetap singgah di café itu sambil menyeruput kopi yang telah ia pesan sebelum Sagara datang. Ia tidak ingin terbawa suasana kabutnya jadi dia memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaannya dan melupakan kejadian hari ini.
*******
Setiap orang yang melintas di jalan raya itu dapat melihat tiga orang sedang menghabiskan waktu bersama di area outdoor sebuah restoran cepat saji. Mereka terlihat begitu asyik menghabiskan waktu bersama. Bahkan seseorang yang terlihat duduk diatas kursi roda itu pun ikut tertawa bersama. Seakan keterbatasan fisiknya tak menghalangi dirinya untuk bahagia.
“Terus-terus gimana?” tanya Aliika dengan antusias menatap ke arah Andrian dan Lola yang berada di hadapannya.
“Emang dasarnya Andrian aja yang tolol. Udah tau kelas kita di lantai tiga, eh bisa-bisanya kepikiran mau kabur lewat jendela.” ucap Lola sambil tertawa. Lola Kurnia Adiputra sahabat Aliika dan juga gebetan Andrian yang bucinnya kelewat batas.
Andrian mengerutkan alis kesal dengan fakta yang dilontarkan Lola barusan, “Namanya juga lagi kalut, lagi bingung harus ngapain. Pikiran ku pokoknya harus pulang segera, atau kalau tidak hamster ku akan mati.”
Aliika dan Lola tertawa bersamaan meledek Andrian, membuat Andrian memasang wajah kesal. Apalagi saat melihat Lola terus menertawainya. Meski ia kesal ditertawakan namun di hati terdalamnya ia senang melihat tawa di wajah Lola. Tawa yang sempat menghilang karena tragedi itu.
Namun tiba-tiba…
“Aww shhh.”
Tiba-tiba Lola meringis menahan sakit di kakinya.
“Eh kenapa La?” Andrian terlihat sangat panik mendengar ringisan Lola. Ia pun langsung mendekati Lola. Begitu juga Aliika.
“Tolong lurusin kaki ku.” ucap Lola. Andrian membantu meluruskan kaki Lola dengan pelan-pelan. Kemudian ia membenarkan posisi duduk Lola di kursi rodanya.
“Udah nyaman?” tanya Andrian.
Lola mengangguk, “Makasih Ndri.” ucap Lola. Andrian mengangguk kemudian kembali ke tempat duduknya.
Lola memperhatikan kakinya sejenak. Kemudian ia menaikkan tatapannya ke arah depan. Atau lebih tepatnya ke arah seseorang yang berdiri di belakang Aliika. Lola benar-benar terkejut dengan keberadaan orang itu.
“Sagara..” lirih Lola.
Andrian dan Aliika langsung menoleh kearah yang dipandang oleh Lola. Ternyata benar, Sagara berdiri disana. Menatap Lola dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Sedangkan di sisi lain seseorang menatap laki-laki itu dengan tatapan sendu.“Sagara.. kamu disini?” tanya Lola lagi. Sagara masih terdiam di tempat tak menggubris ucapan yang sudah dua kali Lola lontarkan padanya.Andrian yang sudah memendam amarah kepada Sagara langsung bangkit dari duduknya. Menatap tajam Sagara dengan ekspresi memperlihatkan sebuah dendam yang nampak tersirat.“Ngapain kamu disini!”Andrian kemudian berjalan mendekat ke arah Sagara dan telah berdiri tepat di hadapan laki-laki itu. Namun hal itu tidak membuat Sagara mengalihkan perhatiannya dari Lola.“Kamu kenapa La?”BughhSatu pertanyaan yang lolos dari bibir Sagara langsung dihadiahi oleh bogeman mentah dari Andrian. Membuat Sagara langsung tersungkur disana. Pengunjung lain langsung bergerombol ke tempat mereka. Mencari tahu apa yang terjadi.“Kak A
Aliika terbangun ketika mendengar suara dari nakas samping tempat tidurnya. Dengan mata masih berat untuk terbuka ia mencari asal suara itu. Dan ternyata itu karena ponselnya yang berdering. Aliika terkejut ketika melihat banyak sekali panggilan tak terjawab dan pesan singkat di ponselnya. Dan yang lebih membuatnya terkejut adalah, itu semuanya dari Sagara. Tak pikir lama Aliika langsung menelpon Sagara kembali.“Halo Kak..” Aliika langsung menjauhkan ponselnya saat suara bising keras terdengar ketika sambungan diterima.“Halo.. ini Aliika ya? Eh kamu bisa kesini nggak? Aku temannya Sagara, dia lagi mabuk di club.” ucap seseorang di seberang sana.Aliika membulatkan mata, “ Apa! Terus?” tanya Aliika panik.“Nanti aku jelasin. Yang penting kamu kesini dulu, aku kirim alamatnya ya.”“Oke.”Sambungan telepon terputus.Aliika sangat panik. Ia melihat ke arah jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah dua belas dini hari. Aliika bingung harus berbuat apa. Namun ia sangat ingin menjemput
Mata gadis itu mulai berkaca-kaca, buih air telah memenuhi kelopak matanya. Namun dari situ Aliika terpikirkan untuk mencoba nama Chalila. Dan ternyata… benar. Aliika tercengang. Sagara benar menggunakan namanya.Tanpa pikir panjang Aliika membopong tubuh Sagara masuk kedalam apartemen itu. Terdapat dua kamar di lantai itu, Aliika membawa masuk Sagara menuju salah satu kamar disana. Ia tak peduli benar atau tidaknya itu kamar Sagara. Yang terpenting ia bisa segera membaringkan Sagara, karena gadis itu sudah sangat lelah menopangnya.Sagara langsung terbaring diatas ranjang. Bahkan posisinya juga tidak benar. Aliika membuka sepatu Sagara dengan telaten dan hati-hati. Kemudian ia menata bantal untuk Sagara dan berusaha membenarkan posisinya. Aliika berniat untuk ke pantry mengambil segelas air putih agar nantinya saat Sagara sadar ia bisa meminum air itu.Namun saat Aliika akan bangkit dari ranjang, Sagara menahan tangan gadis itu. Menariknya hingga terjatuh diatas tubuh laki-laki itu.
Aliika mengerjapkan matanya beberapa kali saat cahaya matahari mengganggu ketenangan tidurnya. Ia menggeliat nyaman dalam tidurnya enggan untuk membuka matanya yang terlihat seperti tumpukan lemak itu. Ia berencana melanjutkan tidur nya jika saja dirinya tidak merasakan semilir angin AC mengalir lembut di tubuh bagian atas nya yang hanya tertutupi oleh selimut tipis namun berbulu.Aliika mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu menyibakkan selimutnya dan mencoba untuk menyandarkan tubuhnya di sandaran kasur. Kening nya mengkerut praktis tepat saat ia menoleh ke nakas samping tempat tidur nya. Terdapat sebuah kemeja oversize terlipat rapi disana. Aliika menduga itu adalah kemeja Sagara yang disediakan untuknya.Aliika kemudian berdiri, langkahnya sedikit sempoyongan sepertinya faktor ia menangis hingga membuat cairan di tubuhnya berkurang dan membuatnya lemah. Gadis itu maju selangkah demi selangkah menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamar itu.Setelah selesai membersihkan diri
Andrian mencari keberadaan Aliika. Ternyata gadis itu tengah duduk di dekat jendela yang langsung menampilkan pemandangan jalanan kota Jakarta yang masih sepi. Gadis itu terlalu sibuk dengan buku di depannya ini. Ditemani secangkir kopi yang masih mengeluarkan uap panasnya.Aliika tak memperdulikan laki-laki yang sudah duduk di depannya. Ia tetap fokus mengguratkan pensilnya di atas lembaran buku yang sudah dipenuhi dengan coretan desain busana milik Aliika. Aliika memutuskan untuk fokus saja dengan klien butik yang semakin ramai dan melupakan kejadian beberapa hari yang lalu antara ia dengan Sagara.Ia berusaha meraih cangkir kopi yang ada diatas meja tanpa melepaskan pandangannya dari buku itu, karena fokus dengan setiap garis yang ia bentuk.Ia baru sadar tak menemukan benda yang dirinya cari. Gadis itu benar-benar ingin melempari laki-laki di depannya ini dengan penghapus di samping bukunya atau menamparnya dengan penggaris besi yang ia bawa. Tapi Aliika mengurungkan niat itu kare
Wanita paruh baya itu dengan lihai bergerak mengoleskan kuas make up ke wajah cantik Aliika. Merias wajah itu sedemikian rupa dengan make up tipis ala korea untuk membuat penampilan putrinya itu semakin sempurna. Rambut panjang Aliika juga tak terlewatkan. Syifana menatanya dengan indah.Mengepang sedikit bagian pelipis kanan dan kiri rambut Aliika kemudian disatukan ke belakang. Syifana juga memberikan sentuhan curly pada rambut Aliika untuk semakin menambah kesan elegan.“Voila.. ” ucap Syifana dengan riang. Wanita paruh baya itu seakan puas dengan hasil karyanya sendiri. Seakan Aliika dijadikannya sebagai bahan percobaan MUA nya.Aliika menatap pantulan dirinya di cermin. Sebuah senyum terukir di bibirnya.Aliika mengangguk-anggukan kepalanya dengan mulut ia turunkan ke bawah seperti meledek, “Ya.. lumayan lah. Haha.” Ucap Aliika dengan sedikit tertawa lucu.“Kok lumayan sih, ini bagus tau..” sungut Syifana kesal dengan penilaian putrinya itu.“Haha, bagus Bunda. Bagus banget malah
Sagara tersenyum sekilas saat mendapatkan ucapan selamat dari para tamu undangan. Sedangkan Aliika terlihat tersenyum paksa. Tamu undangan juga tidak hanya mengucapkan selamat pada Sagara, Rama dan Robert juga menerimanya. Para tamu undangan berharap hubungan Rama dan Robert dapat semakin dekat dengan terjalinnya hubungan antara Sagara dan Aliika.Musik romantis mulai dimainkan. Ruangan itu dipenuhi dengan lautan manusia yang menikmati meriah nya pesta. Bahkan para pasangan mulai berdansa, tak ketinggalan kedua orang tua Sagara dan Aliika.Andrian? Laki-laki itu entah pergi kemana, batang hidungnya tak terlihat. Atau mungkin mereka melupakan keberadaan Andrian buaya jomblo itu.Jarak Aliika dan Sagara cukup dekat. Bahkan mereka bisa merasakan deru nafas masing-masing. Aliika tak berani menatap Sagara. Mereka hanya bergerak pelan mengikuti alunan musik yang diputar.“Al..” panggil Sagara dengan lirih. Membuat Aliika sedikit mendongak dengan ragu untuk menatapnya.“Iya Kak?” jawab Aliik
Tok tok tokSuara pintu membuat Aliika menoleh dari pandangan yang tadi ia fokuskan pada pemandangan luar yang ia lihat dari balkon rumah nya. Langit senja yang menandakan bahwa malam akan segera tiba. Matahari bergerak tenggelam dan akan digantikan oleh bulan yang bersinar terang.“Masuk.” Ucap Aliika. Muncullah Bi Jum pembantu di rumah Aliika.“Nona Aliika, anda ditunggu nyonya di ruang makan.” Ujar Bi Jum, kepalanya tertunduk tak menatap Aliika.“Baiklah, aku akan kesana. Terimakasih, Bi Jum.”Bi Jum mengangguk sambil membungkuk. Kemudian keluar dari sana. Aliika pun ikut keluar. Ia berjalan dengan santai menuju ruang makan. Saat akan sampai, ia dapat melihat Syifana dan Andrian sedang berbincang. Gadis itu pun mengambil duduk di sebelah Andrian dan berhadapan dengan Syifana.“Ada apa, Bun?” tanya Aliika.“Kamu hari ini pergi ke toko bunga ya, untuk membeli bunga guna persiapan mengunjungi makam orangtua Andrian.” Ucap Syifana. Aliika mengerutkan keningnya bingung.“Tumben. Biasany