Aliika membuka kedua matanya perlahan. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar. Ternyata dirinya tertidur di lantai kamarnya. Ia lalu berdiri dan duduk dipinggiran kasur queen sizenya, terdapat sebuah kaca berdiri. Ia lalu memandangi pantulan dirinya dari kaca itu, rambut acak-acakan karena semalam ia merasakan kepalanya yang pusing hebat, matanya yang sembab karena tak henti-hentinya menangis. Bibir pink yang sudah berubah menjadi putih pucat, dan perasaan yang benar-benar kacau saat sepintas teringat kejadian kemarin.
Di dunia ini tidak ada yang rela membiarkan orang yang dicintainya mencintai orang lain, dikecewakan dua kali oleh seorang laki-laki memang hal yang menyakitkan. Dua kali? Yap Aliika juga pernah mencintai seseorang tetapi orang itu tiba-tiba meninggalkannya tanpa sebab, hingga saat ini dia belum pernah lagi bertemu dengan sosok itu. Empat tahun Aliika mencoba melupakannya, dan dihadirkan dengan sosok yang Aliika yakini dia sebagai penyembuhnya, yaitu Danu.
Nyatanya? Pupus sudah harapan gadis itu, Danu ternyata selingkuh dengan wanita lain. Lebih tepatnya mengorbankan cinta tulus Aliika dengan dalih laki-laki itu tidak mau membuat penyesalan untuk sahabatnya. Disamping itu Aliika juga merasa bersalah pada wanita itu. Mungkin saja yang sebenarnya wanita itu memang sudah lama mencintai Danu tetapi ia pendam, karena Danu mencintai gadis lain yaitu Aliika.
Aliika hanya bisa menghela nafasnya dan mencoba bangkit kembali dari keterpurukan kisah cintanya yang selalu gagal.
Ia kemudian turun dari ranjang itu dan berjalan keluar kamar. Saat membuka pintu kamar dan sedikit melongok dari pinggiran tangga kamarnya, suasana sepi. Sepertinya Ayahnya sudah bersiap ke kantor dan Bundanya sedang mempersiapkan berbagai hal di bawah sana.
Saat beberapa langkah menuruni anak tangga sayup-sayup Aliika mendengar suara orang yang sedang berdebat. Suara itu seperti milik Ayah dan sepupunya. Dengan rambut yang sedikit Aliika sudah rapikan, gadis itu melangkahkan kakinya menuju asal suara itu, yaitu ke arah ruang makan. Semakin dekat suara itu semakin jelas.
Dan benar saja ternyata Ayah dan sepupunya sedang berdebat disana.
“Om tidak bisa seperti ini!” ucap Andrian dengan nada tinggi.
Aliika sedikit terkejut dengan nada tinggi Andrian yang ia tujukan pada Ayahnya itu. Karena baru pertama kali ini ia melihat sepupunya bersikap seperti itu pada Ayahnya. Ya secara Andrian pernah berkata jika dirinya akan menghormati om nya itu karena sudah mau menampung dirinya di keluarganya.
Kedua orangtua Andrian telah meninggal dunia karena kecelakaan, karena Ayah Aliika adalah adik dari Ibu Andrian maka dari itu Ayah Aliika mau menerima Andrian di rumahnya. Toh juga sebenarnya Andrian adalah anak yang pekerja keras, rajin walaupun memang terkadang emosian.
Andrian dan Ayahnya masih belum menyadari keberadaan Aliika disana.
Terlihat Andrian yang berdiri di samping kursinya sedangkan Rama masih duduk di kursinya dan menatap tajam kearah Andrian. Disana juga ada Syifana yang hanya diam mendengarkan perdebatan itu.
Rama Pamungkas pemilik dari perusahaan Pamungkas Corp, Ayah Aliika yang selalu memanjakan putrinya itu. Syifana Gayatri pemilik butik terkenal yang saat ini butik nya sudah diserahkan pada putri semata wayangnya Aliika.
“Om hanya menginginkan yang terbaik buat Aliika.”
Jawab Rama dengan ekspresi tenang namun tatapan tajam menukik. Ia tidak ingin tersulut api kemarahan karena nada tinggi keponakannya ini, pria itu berusaha agar suasana tetap kondusif.
Andrian mengusap wajahnya, “Tapi kenapa harus dengan cara ini? Kenapa gak biarin Aliika menentukan pilihannya sendiri.”
“Ini yang diinginkan Aliika selama ini, Ndri.”
“Tapi dia bukan orang yang baik Om. Dan Om tahu itu, lalu kenapa Om malah jodohin Aliika sama orang itu.”
“Jodohin?” ucap Aliika mengulangi perkataan Andrian.
Seketika Andrian dan Rama langsung terdiam. Sedangkan Aliika berdiri mematung di sana. Tak ada lagi yang kembali berucap. Keadaan disana seketika hening dan atmosfer terasa begitu panas.
“Sayang kamu sudah bangun? Ayo sini kita sarapan dulu.” ucap Syifana berusaha merubah suasana disana. Namun Aliika sama sekali tak bergeming.
Gadis itu masih penasaran dengan ucapan sepupu dan Ayahnya itu.
“Ayah mau jodohin aku?” tanya Aliika pada Rama.
Rama langsung bangkit dari duduknya dan melangkah mendekati Aliika yang masih berdiri disana. Ia lalu mengusap pelan pangkal kepala Aliika agar putrinya itu dapat sedikit tenang.
“Iya, Ayah ingin jodohkan kamu dengan putra sahabat Ayah.”
“Aliika gak mau.” tolak Aliika secara langsung.
Dijodohkan? Ya Tuhan bahkan baru kemarin ia terjerat masalah percintaan yang gagal. Lalu sekarang apa? Dijodohkan, yang bahkan bukan dari keinginan gadis itu sendiri.
Syifana berdiri mendekati Aliika ia lalu menarik gadis itu untuk duduk di kursi yang ada di ruang makan itu. Ia mengelus punggung dan lengan Aliika lalu berkata lembut.
“Dengerin Bunda Al. Ayahmu tidak memaksamu untuk menerima perjodohan ini. Ayah hanya memintamu untuk bertemu dengan laki-laki itu dan setelah itu keputusan ada di kamu. Apakah kamu menerima perjodohan ini atau tidak. Oke?”
“Tapi Aliika tidak mau Bun, Aliika lelah dengan kisah cinta yang selalu gagal ini.” Gadis itu terus menolak perkataan Bunda dan Ayahnya. Bukan tanpa sebab, dirinya benar-benar sudah tidak yakin dengan jodohnya saat ini.
“Sayang, kamu putri Ayah yang baik. Ayah sudah membuat janji dengan sahabat Ayah. Tolong kamu datang ke pertemuan itu besok. Jangan buat Ayah malu dengan menolak datang kesana.” jelas Rama.
Aliika melihat Rama menatapnya dengan penuh harap. Kemudian tatapannya beralih pada Syifana yang tersenyum ke arahnya. Kemudian tatapannya beralih pada Andrian yang hanya diam dengan rahang mengeras. Laki-laki itu sedang menahan emosinya. Aliika menghela nafasnya.
“Baiklah Aliika akan datang besok.”
Rama mengangguk mantap.
“Oke masalah selesai. Sekarang kita makan bersama.” ucap Syifana.
Suasana sarapan kali ini tidak seperti biasanya yang dihiasi oleh ocehan Aliika dan Andrian. Kini mereka diam, karena Andrian masih belum bisa mengembalikan moodnya. Pria itu masih diam sejak tadi.
Aliika, Syifana, dan Rama terkejut saat tiba-tiba Andrian bangkit dari duduknya.
“Aku berangkat ke kantor dulu.” ucapnya sambil mencium tangan Rama kemudian Syifana. Tak lupa ia mengusap puncak kepala Aliika sebentar kemudian langsung berlalu pergi. Andrian sudah Aliika anggap seperti kakak kandung nya begitupun Andrian ia menganggap Aliika sebagai adik semata wayangnya.
Aliika menatap kepergian Andrian dengan sedih. Ia tidak suka jika laki-laki itu bersikap dingin. Ia takut kejadian masa lalu terulang lagi. Saat dimana kakaknya kabur karena masalah atas meninggalnya kedua orangtuanya.
“Sudah, nanti Andrian akan memperbaiki moodnya sendiri. Kamu tidak perlu khawatir, Sayang.” ucap Syifana yang paham akan kecemasan yang dirasakan Aliika terhadap Andrian.
Aliika hanya mengangguk. Semoga apa yang dikatakan orang tuanya itu benar.
Aliika pun memutuskan untuk mengunjungi kantor Andrian saja hari ini saat jam makan siang. Membawakan masakan kesukaannya dan makan bersama di kantornya. Pasti Andrian akan kembali ceria.
******
Sagara menatap pantulan dirinya di depan cermin sejenak. Kemudian tatapannya beralih pada botol-botol yang terbuat dari kaca di depannya. Kini pikiran Sagara kembali pada perkataan Papanya semalam. Soal perjodohan itu. Membuat seketika emosinya kembali memuncak.
Sagara mengacak rambutnya frustasi. Bagaimana bisa Papanya membuat keputusan untuk menjodohkannya dengan gadis itu. Gadis yang sangat dihindarinya empat tahun ini. Ya, meskipun Papanya tidak tahu tentang hal itu. Namun, kenapa Papanya masih saja mencoba untuk menjodohkan dirinya.
Ia belum setua itu hingga harus segera menikah. Atau Papanya memilih menikahkannya lebih cepat karena takut jika…
“Arrggh”
Pyarrr
Seketika cermin itu pecah saat Sagara menghantamnya untuk meluapkan emosinya. Semenjak mendengar soal perjodohan itu, Sagara jadi lebih mudah emosi. Apalagi setelah ia tahu dengan siapa ia akan dijodohkan.
Sagara mengambil serpihan cermin itu. Menatap dirinya dari sana yang terlihat kacau. Tiba-tiba wajahnya berganti oleh wajah seseorang yang melihat ke arahnya dengan tatapan sendu. Dari tatapan itu terlihat gurat kekecewaan yang besar. Air mata mengalir membasahi pipi merahnya.
Sagara terkejut melihatnya. Ingin rasanya ia memeluk orang itu namun tak bisa. Hati Sagara bergetar, entah mengapa ia merasa sakit melihat air mata itu.
Namun tiba-tiba wajah itu mulai memudar dan akhirnya hilang. Kini Sagara kembali melihat wajahnya. Tangannya mengepal kuat-kuat, hingga tangannya memerah. Namun Sagara tak peduli. Pikirannya benar-benar kacau. Sangat kacau. Ia tak tahu harus bagaimana. Ia bimbang, hancur, sakit. Semua rasa itu bercampur menjadi satu, membuatnya terduduk lemas disana.
“Tuhan kenapa takdirku seperti ini.” lirihnya.
*******
Sagara berjalan dengan angkuhnya keluar dari kantor kerjanya, Guwanna Corp. Disana sudah ada sebuah mobil lamborghini aventador berwarna hitam menyala. Hitam dan elegan sesuai gaya yang Sagara sukai.
Sagara melepas kacamatanya kemudian mengedarkan pandangannya. Lalu laki-laki itu langsung menyalakan mobilnya dan mengemudikannya keluar dari halaman perusahaannya. Ia memilih langsung ke rumahnya saja karena sudah lelah dengan semua pekerjaannya tadi. Apalagi ia tahu di jam seperti ini jakarta pasti macet.
Sagara mendesah pelan saat mobilnya sama sekali tak bergerak. Tentu saja karena terjebak kemacetan ibukota. Apalagi saat ini sedang hujan. Rasanya ia ingin segera membaringkan tubuhnya di kasur.
Mata biru Sagara menatap ke segala penjuru arah. Ia teringat saat dulu dirinya sering bermain hujan sepulang sekolah. Membuatnya basah kuyup. Namun ia tidak merasakan kedinginan karena ada seseorang yang terus menggenggam tangannya.
Sagara terus memperhatikan sekitarnya. Hingga tatapannya tertuju ke arah kaca kursi samping kemudinya. Ia mengerutkan keningnya saat melihat apa yang terjadi disana. Seorang gadis yang menatap kearah dimana awal hujan itu turun dengan kepala bertumpu di atas lengan yang diletakkannya di pinggiran kaca yang sudah full terbuka. Gadis itu membiarkan wajahnya dibasahi oleh air hujan yang terus jatuh dengan sedikit deras dari gerimis.
“Dasar gadis aneh.” gumam Sagara
Tiba-tiba gadis itu menghentikan aksi nya. Membuat Sagara kembali menatap ke arah depan. Lalu lintas mulai lancar. Sagara merasa lega dengan hal itu. Ia lalu tancap gas dan melewati mobil yang ditumpangi oleh gadis yang bertumpu dagu tadi.
Aliika mengerutkan keningnya saat melihat siluet seseorang di balik kemudi mobil yang baru saja melewatinya. Ya dirinya saat ini sedang berada di mobil bersama Andrian untuk arah pulang, setelah menunggu lama di kantor Andrian karena laki-laki itu sedang meeting. Akhirnya Andrian memutuskan untuk pulang karena disana Aliika sepertinya sudah sangat mengantuk.
Ia tidak tahu siapa orang dibalik kemudi mobil itu, namun entah mengapa hatinya senang saat melihat siluet orang itu. Aliika merasa aneh. Apa yang terjadi pada dirinya.
“Aku kenapa sih?” gumamnya.
Namun ia tak ingin terlalu larut dalam pikiran yang tidak jelas. Dan kini ia memutuskan untuk kembali menikmati air hujan. Memejamkan mata dan merasakan rintikan air yang mengenai wajahnya hingga ke hati.
“Jangan lupa jam makan siang nanti kita akan menemui calon suami kamu.” Aliika mendapatkan pesan dari Rama. Pesan itu terus berputar-putar di otaknya. Calon suami? Bahkan Aliika yakin dia tidak akan menerima laki-laki itu. Karena sebenarnya sejak lama ia sudah menentukan siapa yang akan menjadi pendamping hidupnya, terlepas dari banyaknya kegagalan cinta yang Aliika alami. Meski kini itu suatu hal yang mustahil. Namun Aliika memiliki keyakinan dalam hati, bahwa hari itu akan tiba. Hari dimana ia akan berdiri di altar bersama orang yang dicintainya. Kebahagiaan apalagi yang diinginkan para gadis didunia ini selain mengucapkan janji suci bersama orang yang mereka cintai? Aliika menghela nafasnya. Kini ia berada di salah satu cafe favoritnya. Hari ini ia memiliki beberapa janji pertemuan, padat memang jadwal Aliika hari ini. Dirinya akan bertemu klien barunya dan bertemu orang yang akan dijodohkan dengannya. Aliika adalah seorang desainer busana. Ia memiliki rekan dan klien dari kalan
“Kenapa? Harusnya aku boleh dong banyak tanya karena memang otak ku sudah dipenuhi dengan pertanyaan yang sangat ingin aku ketahui jawabannya.”Aliika membalas tatapan Sagara dengan menantang, dirinya tak ingin kalah juteknya dengan laki-laki yang ada di hadapannya ini.Sagara menyeringai, “Karena aku bukan google yang dirancang untuk menjawab semua pertanyaan mu.”Aliika sedikit tersenyum, sekuat tenaga ia menahan tawanya agar tetap terlihat jutek di hadapan Sagara. Bisa-bisanya dengan tampang dingin namun masih bisa melawak.“Kak Sagara ngelawak?”“Menurutmu?”Tidak! Menurut Aliika, Sagara tidak sedang melawak dilihat dari raut wajahnya saja sudah kelihatan. Menampakkan ekspresi yang datar dan tajam menatap. Aliika mengusap kedua pipinya kemudian menghembuskan nafas panjang. Berhadapan dengan Sagara membutuhkan kesabaran ekstra karena benar-benar Sagara lebih dingin kepadanya.“Kak Sagara tidak mau tanya sesuatu juga ke aku gitu?” tawar Aliika, yang membuat Sagara menaikkan sebelah
Andrian dan Aliika langsung menoleh kearah yang dipandang oleh Lola. Ternyata benar, Sagara berdiri disana. Menatap Lola dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Sedangkan di sisi lain seseorang menatap laki-laki itu dengan tatapan sendu.“Sagara.. kamu disini?” tanya Lola lagi. Sagara masih terdiam di tempat tak menggubris ucapan yang sudah dua kali Lola lontarkan padanya.Andrian yang sudah memendam amarah kepada Sagara langsung bangkit dari duduknya. Menatap tajam Sagara dengan ekspresi memperlihatkan sebuah dendam yang nampak tersirat.“Ngapain kamu disini!”Andrian kemudian berjalan mendekat ke arah Sagara dan telah berdiri tepat di hadapan laki-laki itu. Namun hal itu tidak membuat Sagara mengalihkan perhatiannya dari Lola.“Kamu kenapa La?”BughhSatu pertanyaan yang lolos dari bibir Sagara langsung dihadiahi oleh bogeman mentah dari Andrian. Membuat Sagara langsung tersungkur disana. Pengunjung lain langsung bergerombol ke tempat mereka. Mencari tahu apa yang terjadi.“Kak A
Aliika terbangun ketika mendengar suara dari nakas samping tempat tidurnya. Dengan mata masih berat untuk terbuka ia mencari asal suara itu. Dan ternyata itu karena ponselnya yang berdering. Aliika terkejut ketika melihat banyak sekali panggilan tak terjawab dan pesan singkat di ponselnya. Dan yang lebih membuatnya terkejut adalah, itu semuanya dari Sagara. Tak pikir lama Aliika langsung menelpon Sagara kembali.“Halo Kak..” Aliika langsung menjauhkan ponselnya saat suara bising keras terdengar ketika sambungan diterima.“Halo.. ini Aliika ya? Eh kamu bisa kesini nggak? Aku temannya Sagara, dia lagi mabuk di club.” ucap seseorang di seberang sana.Aliika membulatkan mata, “ Apa! Terus?” tanya Aliika panik.“Nanti aku jelasin. Yang penting kamu kesini dulu, aku kirim alamatnya ya.”“Oke.”Sambungan telepon terputus.Aliika sangat panik. Ia melihat ke arah jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah dua belas dini hari. Aliika bingung harus berbuat apa. Namun ia sangat ingin menjemput
Mata gadis itu mulai berkaca-kaca, buih air telah memenuhi kelopak matanya. Namun dari situ Aliika terpikirkan untuk mencoba nama Chalila. Dan ternyata… benar. Aliika tercengang. Sagara benar menggunakan namanya.Tanpa pikir panjang Aliika membopong tubuh Sagara masuk kedalam apartemen itu. Terdapat dua kamar di lantai itu, Aliika membawa masuk Sagara menuju salah satu kamar disana. Ia tak peduli benar atau tidaknya itu kamar Sagara. Yang terpenting ia bisa segera membaringkan Sagara, karena gadis itu sudah sangat lelah menopangnya.Sagara langsung terbaring diatas ranjang. Bahkan posisinya juga tidak benar. Aliika membuka sepatu Sagara dengan telaten dan hati-hati. Kemudian ia menata bantal untuk Sagara dan berusaha membenarkan posisinya. Aliika berniat untuk ke pantry mengambil segelas air putih agar nantinya saat Sagara sadar ia bisa meminum air itu.Namun saat Aliika akan bangkit dari ranjang, Sagara menahan tangan gadis itu. Menariknya hingga terjatuh diatas tubuh laki-laki itu.
Aliika mengerjapkan matanya beberapa kali saat cahaya matahari mengganggu ketenangan tidurnya. Ia menggeliat nyaman dalam tidurnya enggan untuk membuka matanya yang terlihat seperti tumpukan lemak itu. Ia berencana melanjutkan tidur nya jika saja dirinya tidak merasakan semilir angin AC mengalir lembut di tubuh bagian atas nya yang hanya tertutupi oleh selimut tipis namun berbulu.Aliika mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu menyibakkan selimutnya dan mencoba untuk menyandarkan tubuhnya di sandaran kasur. Kening nya mengkerut praktis tepat saat ia menoleh ke nakas samping tempat tidur nya. Terdapat sebuah kemeja oversize terlipat rapi disana. Aliika menduga itu adalah kemeja Sagara yang disediakan untuknya.Aliika kemudian berdiri, langkahnya sedikit sempoyongan sepertinya faktor ia menangis hingga membuat cairan di tubuhnya berkurang dan membuatnya lemah. Gadis itu maju selangkah demi selangkah menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamar itu.Setelah selesai membersihkan diri
Andrian mencari keberadaan Aliika. Ternyata gadis itu tengah duduk di dekat jendela yang langsung menampilkan pemandangan jalanan kota Jakarta yang masih sepi. Gadis itu terlalu sibuk dengan buku di depannya ini. Ditemani secangkir kopi yang masih mengeluarkan uap panasnya.Aliika tak memperdulikan laki-laki yang sudah duduk di depannya. Ia tetap fokus mengguratkan pensilnya di atas lembaran buku yang sudah dipenuhi dengan coretan desain busana milik Aliika. Aliika memutuskan untuk fokus saja dengan klien butik yang semakin ramai dan melupakan kejadian beberapa hari yang lalu antara ia dengan Sagara.Ia berusaha meraih cangkir kopi yang ada diatas meja tanpa melepaskan pandangannya dari buku itu, karena fokus dengan setiap garis yang ia bentuk.Ia baru sadar tak menemukan benda yang dirinya cari. Gadis itu benar-benar ingin melempari laki-laki di depannya ini dengan penghapus di samping bukunya atau menamparnya dengan penggaris besi yang ia bawa. Tapi Aliika mengurungkan niat itu kare
Wanita paruh baya itu dengan lihai bergerak mengoleskan kuas make up ke wajah cantik Aliika. Merias wajah itu sedemikian rupa dengan make up tipis ala korea untuk membuat penampilan putrinya itu semakin sempurna. Rambut panjang Aliika juga tak terlewatkan. Syifana menatanya dengan indah.Mengepang sedikit bagian pelipis kanan dan kiri rambut Aliika kemudian disatukan ke belakang. Syifana juga memberikan sentuhan curly pada rambut Aliika untuk semakin menambah kesan elegan.“Voila.. ” ucap Syifana dengan riang. Wanita paruh baya itu seakan puas dengan hasil karyanya sendiri. Seakan Aliika dijadikannya sebagai bahan percobaan MUA nya.Aliika menatap pantulan dirinya di cermin. Sebuah senyum terukir di bibirnya.Aliika mengangguk-anggukan kepalanya dengan mulut ia turunkan ke bawah seperti meledek, “Ya.. lumayan lah. Haha.” Ucap Aliika dengan sedikit tertawa lucu.“Kok lumayan sih, ini bagus tau..” sungut Syifana kesal dengan penilaian putrinya itu.“Haha, bagus Bunda. Bagus banget malah