Share

Hate to Love. 07

Aliika mengerjapkan matanya beberapa kali saat cahaya matahari mengganggu ketenangan tidurnya. Ia menggeliat nyaman dalam tidurnya enggan untuk membuka matanya yang terlihat seperti tumpukan lemak itu. Ia berencana melanjutkan tidur nya jika saja dirinya tidak merasakan semilir angin AC mengalir lembut di tubuh bagian atas nya yang hanya tertutupi oleh selimut tipis namun berbulu.

Aliika mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu menyibakkan selimutnya dan mencoba untuk menyandarkan tubuhnya di sandaran kasur. Kening nya mengkerut praktis tepat saat ia menoleh ke nakas samping tempat tidur nya. Terdapat sebuah kemeja oversize terlipat rapi disana. Aliika menduga itu adalah kemeja Sagara yang disediakan untuknya.

Aliika kemudian berdiri, langkahnya sedikit sempoyongan sepertinya faktor ia menangis hingga membuat cairan di tubuhnya berkurang dan membuatnya lemah. Gadis itu maju selangkah demi selangkah menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamar itu.

Setelah selesai membersihkan diri dan merapikan sedikit rambutnya, gadis itu keluar dari kamar yang semalam ia kunci itu. Gadis itu menguncinya bukan tanpa sebab, ia takut jika Sagara masih dalam pengaruh alkohol kembali masuk ke ruangannya dan melakukan hal yang lebih mengerikan lainnya.

Aliika sedikit terkejut melihat laki-laki yang sedang menyandarkan tubuhnya di wastafel pantry menatap datar ke arahnya. Dua kancing teratas kemeja laki-laki itu terbuka, Aliika mengalihkan pandangannya.

Aliika terdiam mematung disana. Pria itu terus memperhatikan semua gerak-gerik Aliika, namun Aliika berusaha tenang dan tidak menghiraukannya. Kepala Aliika terus menunduk tak berani melihat ke arah Sagara.

“Aku antar kamu pulang.” Ucap Sagara dingin sambil berjalan ke arah meja bar samping wastafel tempatnya tadi berdiri. Aliika melihat Sagara menyembunyikan sesuatu di saku celananya saat Aliika jalan mendekat untuk mengambil segelas air putih. Namun Aliika tak ingin bertanya, karena waktunya tidak tepat.

Kemudian Sagara yang duduk di kursi bar itu memutar kursinya ke arah Aliika berada, “Mau sarapan?” tawar Sagara dengan wajah datarnya. Ia seperti seakan tidak bisa memunculkan ekspresi apapun lagi selain datar.

Aliika hanya menggeleng pelan, “Aku mau pulang saja.” Cicit Aliika masih tak berani menatap Sagara.

Sagara turun dari kursi dan berjalan mendekati Aliika. Tangan kanannya terulur ke arah dagu Aliika dan menariknya untuk mendongak menatap Sagara. Mau tak mau akhirnya Aliika menatap ke arah Sagara.

“Jangan nunduk terus, aku gak suka.” Ucap Sagara menatap lekat Aliika. Aliika hanya diam.

Sejenak kedua mata itu saling bertatapan dengan jarak yang cukup dekat, hingga akhirnya Sagara melontarkan sebuah kata yang sedikit membuat hati gadis itu seakan bergejolak.

“Maaf.” ucap Sagara. Hanya itu, namun menusuk hati. Aliika tak bergeming, berusaha untuk tetap tenang dan tidak ingin membalas dengan ekspresi apapun. Tatapannya masih terkunci pada tatapan Sagara. Hingga laki-laki itu melepaskannya berpaling terlebih dahulu.

“Ayo aku antar pulang, cepat jangan lelet. Aku tunggu diluar.” Ujar Sagara sambil berjalan mendahului Aliika. Baru saja ia melontarkan kalimat keramat itu, sekarang sikapnya kembali sarkas. Aliika menghembuskan nafasnya, lalu mengikuti Sagara dengan berjalan di belakangnya.

Sagara mengambil jaket kulitnya dan kunci mobil Aliika. Ia akan mengantar Aliika menggunakan mobil milik gadis itu. Nanti Sagara dapat pulang menggunakan taxi.

Jari-jari Sagara sudah bergerak dengan lihai untuk mengetikkan password pintu apartemennya. Aliika memperhatikan gerakan tangan itu. Dan gadis itu tahu benar jika password nya masih sama. Pintu apartemen terbuka. Namun betapa terkejutnya Sagara dan Aliika melihat Rama dan Andrian yang sudah berdiri di depan pintu apartemen Sagara.

“Ayah…. Andrian..” lirih Aliika menatap bergantian dua sosok yang berdiri dengan satu menatap Aliika datar dan satu lainnya menatap tajam Sagara dengan rahang yang sudah mengeras juga wajah memerah menahan emosi.

Bugh

“Andrian!!” tajam Rama saat keponakannya memberikan bogeman pada Sagara.

Sagara yang tidak siap langsung terjengkang kebelakang. Tak berhenti sampai disitu, kini Andrian menarik kerah kemeja yang digunakan Sagara dengan erat dan menatap tajam laki-laki itu.

“Kamu apakan Aliika? Lancang sekali kau menyembunyikannya disini. Hah!” gertak Andrian. Membuat Aliika yang sedari tadi blank akhirnya tersadar dan membantah perkataan Andrian.

“Nggak Kak. Bukan seperti itu, Kak Sagara gak salah.” lirih Aliika menjelaskan. Namun Andrian masih mencengkram kerah Sagara, bahkan lututnya menindih perut Sagara.

Rama yang geram melihat tingkah brutal keponakannya langsung menarik Andrian secara kasar. Menjauhkan laki-laki itu dari Sagara.

“Kendalikan emosimu Andrian!” bentak Rama. Andrian mengumpat pelan. Om nya masih saja membela Sagara. Bahkan Om nya sendiri telah melihat apa yang dilakukan Sagara kepada Aliika, tetapi tetap saja ia memberi ampunan pada laki-laki brengsek itu.

Rama menatap Sagara yang kini sudah berdiri dengan menahan sakit di perut dan sudut bibirnya. Luka di dalam fisiknya belum sembuh dan kini Andrian sudah menambahnya lagi. Memang laki-laki itu temperamental sekali.

“Jelaskan ada apa ini?” tanya Rama dengan nada dingin. Baru saja Sagara ingin memberikan penjelasan namun Aliika sudah mendahuluinya.

“Semalam Kak Sagara sakit, Yah. Aliika terpaksa kesini untuk melihat keadaannya. Waktu akan pulang Aliika tidak tega meninggalkan Kak Sagara. Jadi Aliika gak pulang, maaf.” Lirih Aliika menundukkan kepalanya karena takut pada Rama jika dirinya sedang berbohong.

Rama menatap putrinya dalam. Ia tahu jika Aliika sedang berbohong. Terlihat dari ekspresi wajahnya yang gelisah. Rama beralih menatap Sagara, mencari penjelasan padanya. Sagara mengerti akan hal itu.

Ia menghela nafasnya sejenak kemudian mulai berbicara, “Semalam saya mabuk, sepertinya teman saya menghubungi Aliika agar dia datang menjemput saya di club. Tapi entahlah saya tidak yakin karena saya tidak sepenuhnya sadar. Kemudian Aliika membawa saya ke apartemen. Dan maaf, semalam saya sempat khilaf ingin memper…”

“Brengsek!!” potong Andrian bersiap akan menghantam Sagara. Rama langsung menahan keponakannya itu yang akan menghajar Sagara kembali. Karena ia ingin mendengar semua kebenaran dari mulut Sagara.

“Lanjutkan.” Ucap Rama dingin. Aliika hanya terdiam mematung dan semakin menunduk saat mendengar suara dingin Ayahnya.

“Tapi itu tidak sampai terjadi. Saya sadar jika itu salah karena sudah larut malam saya membiarkan Aliika menginap disini. Bahkan kamar kami berbeda, dan sekarang baru saja saya akan mengantarkan Aliika pulang.” Lanjut Sagara.

Deru nafas Andrian naik turun. Ia berusaha sekuat tenaga menahan amarahnya. Sedangkan Rama masih bersikap tenang. Rama berjalan mendekati Sagara. Tangan kanannya memegang bahu Sagara.

“Saya tunggu pertanggung jawaban kamu. Bagaimanapun juga kamu sudah menyentuh putri saya, dan saya tidak terima itu.” ucap Rama dengan nada rendah. Sagara mengangguk.

“Saya akan segera menikahi Aliika. Saya akan bertanggung jawab.” ucap Sagara dengan mantap.

Aliika terkejut, Ia langsung mendongak menatap ke arah Sagara. Sagara terlihat sangat bersungguh-sungguh dengan perkataannya. Entah harus senang atau sedih, Aliika tidak tahu. Yang jelas kini perasaannya sangatlah tidak karuan.

Rama mengangguk kecil, “Saya tunggu.” Balasnya lagi.

Rama melihat ke arah Aliika yang masih terpaku disana. Kemudian Rama melihat kearah Andrian, memberi isyarat agar Andrian membawa Aliika pulang.Tanpa basa-basi Andrian langsung menggandeng tangan Aliika untuk keluar dari sana tanpa mengatakan apapun.

Aliika sempat menoleh ke arah Sagara saat ia diambang pintu. Laki-laki itu sama sekali tak ingin menatapnya. Dan hal itu membuat hati Aliika mencelos. Sakit sekali.

Rama pun ikut berjalan keluar dari apartemen Sagara. Berjalan di belakang Andrian dan Aliika. Andrian terlihat marah saat menggandeng Aliika. Terlihat dari langkah terburu-buru dan lebar laki-laki itu. Membuat Aliika sedikit kewalahan mengimbangi langkahnya.

Rama sangat khawatir saat mengetahui Aliika tidak berada dirumah dan ternyata setelah dilacak ponsel dan mobilnya berada di apartemen milik Sagara. Rama sangat takut jika putri semata wayangnya itu kenapa-kenapa.

Dan ketika Sagara menjelaskan semuanya, Rama merasa hatinya seperti di cabik-cabik. Meskipun hal itu tidak sampai terjadi tetap saja ia merasa sakit ketika mendengar putrinya dijamah oleh laki-laki yang belum memiliki status apapun dengan Aliika.

Dan Rama sadar, ternyata begini rasanya menjadi seorang Ayah. Kekhawatiran seorang Ayah yang memiliki seorang putri. Kini tugas Rama adalah menjaga Aliika sampai Aliika resmi menjadi seorang istri. Dan juga membimbing Andrian keponakannya agar menjadi laki-laki yang bertanggung jawab dan selalu berfikir jernih.

******

Setelah mereka semua pergi Sagara menghela nafasnya. Ia menutup pintu apartemennya kemudian langsung menghempaskan tubuhnya ke sofa. Kepala ia sandarkan pada sandaran sofa wajahnya menghadap ke atas.

Menikahi Aliika….

Hal yang selalu ingin Sagara hindari. Namun karena kesalahannya, mau tidak mau ia tetap harus melakukannya. Sagara memijat pangkal hidungnya. Kepalanya terasa berat dan pusing. Dirinya sebenarnya sangatlah tidak siap untuk menikah. Karena ada hal yang harus ia fokuskan terlebih dahulu.

Namun karena kecerobohannya ini ia harus segera menikahi Aliika. Ia tidak mau lari dari tanggung jawab dan mengingkari janjinya pada Rama. Dan kini Sagara harus memantapkan hati dan mempersiapkan diri.

Laki-laki itu bangkit dari kenyamanannya. Duduk dengan meletakkan tangan diatas paha sedikit membungkuk dan menangkupkan kedua tangannya. Terlihat sangat macho dan manly. Lalu tangannya merogoh saku untuk mengambil ponselnya. Ia mencari sebuah kontak, saat sudah ketemu sagara menekan nama itu.

Ia menghela nafasnya sejenak sebelum menekan gambar telepon, “Halo, Pa. Sagara menerima perjodohan ini. Dan Sagara secepatnya akan menikahinya.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status