Share

Bab 4

Author: Parasyna
Natasha pulang dengan linglung. Begitu sampai di rumah, ponselnya berbunyi lagi. Luna mengirimkan video dengan adegan-adegan yang tak senonoh.

"Berlututlah. Aku suka dari belakang."

Suara gesekan kain dan benturan tubuh mencapai telinga Natasha. Dia mencengkeram erat ujung ponselnya dengan wajah pucat pasi. Beberapa detik kemudian, sebuah pesan datang lagi.

[ Yang nggak dicintai barulah orang ketiga. Aku sarankan kamu bersikap bijaksana dan segera pergi dari sini. ]

Saat melihat adegan-adegan ini lagi, rasa mual dan sakit hati langsung melanda Natasha. Dia bersandar di dinding dan hampir muntah. Air mata penuh kebencian juga bercucuran.

Setelah beberapa saat, Natasha mengangkat kepalanya, lalu menyeka air matanya dan melirik pesan yang tidak berhenti masuk dengan tatapan dingin. Kemudian, dia melempar ponselnya ke samping.

Tidak ada yang perlu dirindukannya lagi. Mulai sekarang, hubungannya dengan ayah dan anak Keluarga Andara akan berakhir di sini. Kelak, mereka akan menjadi orang asing di dunia yang luas ini.

Natasha tidur nyenyak semalaman. Begitu bangun, dia langsung mengemas semua hadiah yang pernah diberikan ayah dan anak itu selama sepuluh tahun terakhir, lalu membuangnya di depan pintu. Dia telah membuat janji dengan penjual barang bekas yang akan datang mengambilnya nanti, lalu menjualnya dan menyumbangkan hasil penjualan itu untuk amal.

Namun, ayah dan anak yang semalaman tidak pulang tiba-tiba pulang pada saat ini. Begitu turun dari mobil, mereka melihat beberapa kotak berisi pakaian dan perhiasan. Mereka langsung menyadari bahwa itu adalah hadiah yang pernah mereka berikan kepada Natasha.

Enzo merasa agak bingung dan memegang tangan ibunya dengan agak takut. "Mama, ada apa? Kenapa Mama buang semua ini?"

Natasha melirik Enzo tanpa ekspresi dan menjawab, "Aku mau menyumbangkannya kepada yang membutuhkan."

Di sampingnya, Alvaro menyadari bahwa suasana hati Natasha sedang tidak bagus. Dia pun menduga bahwa itu karena dirinya dan putranya tidak pulang semalaman, makanya dia merajuk.

Alvaro memeluk Natasha dan bertingkah seperti anak manja. "Maaf, Sayang. Enzo pengen nonton film tengah malam kemarin. Jadi, aku membawanya pergi. Kamu nggak marah karena aku nggak kasih tahu kamu, 'kan?"

Dulu, selama Alvaro bertingkah seperti anak manja, hati Natasha akan langsung luluh. Sekarang, hati Natasha malah berubah menjadi sekeras batu dan tak tergoyahkan. Dia mendorong pria itu dengan tatapan dingin.

Akan tetapi, pada detik berikutnya, pergelangan tangannya dicengkeram oleh Alvaro. Alvaro mengeluarkan sebuah gelang dengan ekspresi menyanjung dan mengenakannya di tangan Natasha. Itu adalah gelang berlian yang berkilau.

"Ini untukmu sebagai bentuk permintaan maaf. Jangan marah, ya?" ujar Alvaro dengan suara lembut sambil menatap Natasha dengan penuh kasih sayang.

Jika itu dulu, Natasha pasti akan terharu sampai meneteskan air mata. Namun, hal semacam ini tidak lagi menarik baginya sekarang. Dia masih memasang tampang dingin dan tidak berkomentar.

Di sampingnya, suara hati Enzo terdengar lagi.

'Untung saja waktu belikan hadiah untuk Mama Nana sebelumnya, petugas kasir kasih hadiah ini dan Papa nggak membuangnya.'

Ternyata gelang itu adalah hadiah gratis. Natasha tersenyum sinis dan menarik tangannya. Kemudian, gelang berlian itu pun jatuh ke lantai.

Natasha mengangkat wajahnya dengan acuh tak acuh, lalu menatap kedua orang yang sedang menunggu reaksinya. Dia berkata dengan suara dingin, "Aku nggak suka. Bawa pergi."

Seusai berbicara, dia berbalik dan berjalan kembali ke kamar. Ayah dan anak itu masih berdiri dengan bingung di sana.

Enzo bertanya dengan agak takut, "Papa, ada apa dengan Mama? Apa dia marah? Apa Mama tahu tentang Bibi Nana?"

Tatapan Alvaro terlihat sulit ditebak. Dia menatap punggung wanita yang menjauh itu dan menghibur Enzo dengan lembut, juga seperti sedang membohongi dirinya sendiri, "Nggak, dia nggak mungkin tahu. Ulang tahun Natasha akan tiba sebentar lagi. Kita siapkan kejutan untuk Mama supaya Mama senang, ya?"

Putranya mengangguk setuju.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hati Beku yang Tak Dapat Dicairkan Lagi   Bab 27

    Lebih dari setengah tahun telah berlalu. Selama setengah tahun ini, Natasha mencurahkan isi hatinya di samping tempat tidur Lydia setiap hari. Dia menyeka wajah Lydia setiap pagi, juga merawatnya dengan saksama dan penuh kasih sayang.Alvaro dan Enzo mencari berbagai alasan buruk untuk datang menemui Natasha. Di bulan Desember yang dingin, Alvaro bahkan berlutut meminta maaf pada Natasha selama sehari semalam di hari salju turun dengan deras dan hampir mati kedinginan. Akan tetapi, Natasha hanya menatapnya dengan dingin.Enzo membawakan berbagai macam bunga untuk Natasha setiap hari. Dia bahkan belajar membuat kue sendiri. Pintu Natasha selalu dipenuhi dengan bunga dan kue.Para tetangga yang lewat memandangnya dengan iri. Setiap kali hal ini terjadi, Natasha akan berbagi kue dan bunga itu. Dia sama sekali tidak tertarik pada hal-hal ini dan hatinya sama sekali tidak tersentuh.Pada kali pertama Enzo mengetahui bahwa kue yang dia buat untuk Natasha diberikan kepada orang lain, dia dudu

  • Hati Beku yang Tak Dapat Dicairkan Lagi   Bab 26

    Natasha melewati beberapa hari yang damai dan tenang.Keesokan harinya, Enzo dan Alvaro muncul di depan pintunya pagi-pagi sekali. Dia mengabaikan ketukan di pintu, tetapi malah melihat ayah dan anak yang duduk di lantai bawah itu melambai padanya di balkon.Natasha tak punya pilihan selain bergegas turun. Dia menatap ayah dan anak di depannya, lalu bertanya dengan acuh tak acuh, "Apa sebenarnya mau kalian?"Alvaro tersenyum sambil menatap Natasha di depannya, lalu berkata dengan manja, "Sasha, ayo kita nonton kembang api bersama! Kamu masih ingat janji kita pada Zozo tahun lalu? Kita bilang, kita akan bawa dia menonton kembang api setiap tahun."Enzo menarik tangan Natasha, lalu menggoyang-goyangkannya dan menimpali dengan manja, "Mama! Mama! Temani aku sekali, ya? Aku benar-benar merindukanmu."Suara hati Enzo masih terngiang di benak Natasha.'Papa bilang, selama kita pergi nonton kembang api, Mama bisa ingat kenangan-kenangan kita dulu, lalu nggak akan bersikap dingin lagi ....'Na

  • Hati Beku yang Tak Dapat Dicairkan Lagi   Bab 25

    Selama setengah bulan berikutnya, Alvaro dan Enzo selalu datang tepat waktu ke rumah Natasha setiap hari. Mereka juga tidak mau pergi tidak peduli bagaimana pun Natasha mengusir mereka.Setiap hari, Enzo selalu berusaha mencari cara yang berbeda untuk menyenangkan Natasha. Dia meniru orang dewasa dan membelikan berbagai hadiah kecil untuk Natasha, tetapi Natasha membuangnya semuanya.Sementara itu, Alvaro mengantarkan makan tepat waktu tiga kali setiap hari. Ayah dan anak itu bahkan membuang kantong sampah yang diletakkan Natasha di depan pintu ....Melihat ayah dan anak yang hidup berputar mengelilingi Natasha setiap hari, serta hati Alvaro yang penuh dengan Natasha, hati Luna dipenuhi rasa cemburu. Dia merasa bahwa Natasha sengaja menggunakan cara memalsukan kematiannya untuk mendapatkan kembali cinta Alvaro ....Suatu hari, terdengar ketukan pintu yang kuat dan cepat. Natasha membuka pintu dengan kesal, lalu menunduk dan memejamkan mata sambil berseru, "Alvaro, mau gimana baru kamu

  • Hati Beku yang Tak Dapat Dicairkan Lagi   Bab 24

    Lampu merah di ruang operasi padam dan pintunya dibuka.Natasha melangkah maju dan menatap dokter dengan sungguh-sungguh, lalu bertanya, "Dokter, gimana keadaan adikku?"Setelah dokter mengangguk dan mengatakan bahwa operasinya berjalan lancar, Natasha baru menghela napas lega. Dia hendak mengikuti Lydia yang didorong pergi, tetapi ketika dia berbalik, pergelangan tangannya dicengkeram erat oleh Alvaro.Alvaro menatap Natasha di depannya, matanya dipenuhi dengan rasa bersalah dan penyesalan. Dia berseru, "Sasha, aku nggak peduli cintamu padaku palsu atau nggak! Aku mencintaimu dan itu sudah cukup! Orang yang kucintai selama ini adalah kamu!"Natasha tidak dapat menahan tawanya. Suaminya yang berselingkuh justru mengatakan bahwa orang yang dicintainya adalah dirinya. Sungguh ironis. Dia menarik tangannya dari cengkeraman Alvaro, lalu menunjuk Luna yang ada di sampingnya dan berkata dengan dingin, "Orang yang kamu cintai itu seharusnya dia, bukan aku."Mata Alvaro berkilat terkejut. Dia

  • Hati Beku yang Tak Dapat Dicairkan Lagi   Bab 23

    Saat ketiganya saling berpandangan, alarm ventilator di dalam gudang berbunyi dan napas Lydia makin lemah.Natasha berusaha melepaskan diri dari genggaman Alvaro seperti orang gila, lalu langsung berlari ke sisi tempat tidur dan menelepon ambulans.Ketika menyadari bahwa Lydia tidak mungkin dapat menunggu hingga ambulans tiba, Natasha menatap Alvaro di depannya dengan tidak berdaya, lalu berseru, "Alvaro, berikan aku kunci mobilnya ...."Saat mendengar namanya keluar dari mulut Natasha, Alvaro makin yakin bahwa wanita ini adalah istrinya. Dia bergegas maju dengan gembira untuk memastikannya dan berkata, "Kamu itu Sasha .... Aku tahu kamu belum meninggal ...."Natasha mendorongnya dengan kesal dan berteriak, "Jangan bicara omong kosong! Berikan kuncinya padaku!"Dengan bantuan Alvaro, Natasha menggendong Lydia ke dalam mobil. Kemudian, keduanya membawa Lydia ke rumah sakit bersama.Di luar ruang operasi, Natasha melipat tangannya sambil berdoa dan berjalan mondar-mandir di depan pintu.

  • Hati Beku yang Tak Dapat Dicairkan Lagi   Bab 22

    Keesokan paginya, Natasha masuk ke ruang pasien sambil menyenandungkan lagu. Sepasang matanya terlihat berbinar dan dia terus bergumam, "Lydia, Kakak datang menjengukmu ...."Namun, saat mendekati ranjang pasien, dia malah mendapati bahwa tempat tidur itu kosong. Natasha pun membelalak. Dia menyingkap selimut dengan putus asa. Air matanya mengalir deras dan kakinya tiba-tiba terasa lemas hingga dia jatuh terduduk di lantai.Dia berusaha sekuat tenaga untuk menenangkan diri. "Lydia pasti dibawa pergi Profesor Holden untuk diperiksa. Profesor Holden .... Benar!"Natasha tiba-tiba berdiri dan bergegas masuk ke kantor Holden. Para dokter dan perawat di koridor tidak berhenti bergosip dengan tampang merendahkan."Siapa ini? Kenapa dia berlarian di rumah sakit!"Holden melirik orang-orang di luar kantor, lalu tatapannya tertuju pada wajah Natasha. Mata Natasha terlihat merah padam, dia jelas habis menangis. Raut wajahnya yang terlihat gembira tetapi juga sedih membuat Holden bingung. Dia me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status