Share

Bab 5

Penulis: Parasyna
Waktu berlalu dengan cepat. Selama periode ini, ayah dan anak itu sibuk menemani Luna sehingga jarang pulang.

Hari ini, Natasha menerima telepon dari pusat layanan kematian palsu yang memintanya untuk pergi menandatangani beberapa dokumen. Dia pun bersiap-siap untuk keluar rumah.

Pada saat ini, Enzo yang sudah lama tidak pulang tiba-tiba kembali dan menghentikannya. "Mama mau ke mana?"

"Mama mau pergi tangani sesuatu dan akan pulang nanti."

Natasha berjalan mengitarinya dan hendak membuka pintu, tetapi Enzo memeluk pahanya erat-erat. "Mama, jangan pergi. Zozo pengen pergi ke mal untuk beli mainan. Mama temani aku, ya?"

Natasha sudah diseret ke dalam mobil sebelum sempat bereaksi. Mobil mereka melaju kencang dan segera tiba di pintu masuk sebuah mal. Begitu mobil berhenti, melalui jendela mobil, dia melihat dua baris karyawan berdiri di pintu masuk mal, seolah-olah sedang menunggu seseorang.

Begitu Natasha keluar dari mobil, dia langsung dikelilingi oleh berbuket-buket bunga wisteria dan para karyawan yang antusias.

"Nyonya Natasha, selamat ulang tahun!"

Suara ucapan selamat langsung menggema, sedangkan pita warna-warni mulai berjatuhan. Di layar lebar mal, muncul tulisan "Selamat ulang tahun ke-30, Natasha!". Natasha yang masih terkejut dibawa masuk ke mal oleh kerumunan orang.

Orang-orang yang lewat berkumpul di luar mal dan berujar dengan sangat iri, "Wah, Pak Alvaro cinta banget sama Nyonya Natasha!"

"Dengar-dengar, Pak Alvaro menghentikan operasional mal setengah bulan sebelumnya untuk persiapkan kejutan bagi Nyonya Natasha!"

"Iya! Aku juga dengar kali ini, Pak Alvaro sepertinya sudah siapkan hadiah yang sangat mahal buat Nyonya Natasha. Aku benar-benar ingin masuk untuk menyaksikannya dan berbagi kegembiraan dengan mereka. Selain itu, putra mereka juga sudah berusaha keras untuk persiapkan kejutan kali ini."

"Hubungan mereka sekeluarga benar-benar buat iri!"

Bisikan orang yang lewat terdengar oleh Natasha. Dia tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Hanya pihak-pihak yang terlibat saja yang tahu rasa sakitnya.

Di lobi mal, seberkas cahaya lembut menyinari panggung. Alvaro yang terlihat berwibawa dan berkelas berdiri di bawah cahaya itu. Dia berdiri diam di salah satu ujung karpet merah sambil menatap Natasha.

Ketika melihat sosok wanita itu, ekspresi Alvaro tiba-tiba melembut. Dia turun dari panggung dan menggenggam tangan Natasha dengan lembut. Kemudian, dia berlutut dengan satu kaki dan berujar, "Sasha, selamat ulang tahun. Aku mencintaimu."

Kalimat ini membuat seluruh penonton tidak berhenti bersorak.

"Sasha, aku dan Enzo pernah berbuat salah sebelumnya dan membuatmu sedih. Kami minta maaf. Hari ini ulang tahunmu. Jangan marah, oke?"

Enzo yang berdiri di samping juga menarik-narik baju Natasha dengan malu-malu. "Mama, jangan marah lagi, ya? Papa dan Zozo sudah siapkan kejutan untuk Mama setengah bulan sebelumnya. Selamat ulang tahun, Mama. Maafkan kami, ya?"

Natasha berdiri diam dan merasa hampa di hatinya. Mereka tidak tahu bahwa beberapa hal tidak bisa dimaafkan setelah terjadi.

Melihat Natasha yang tidak menanggapi mereka, Alvaro mengeluarkan sebuah kotak hadiah dari tangannya dan membukanya secara perlahan.

Di bawah cahaya lampu, sebuah tusuk konde emas terpampang di hadapan semua orang. Warna hijau zamrud dan merah cerah memperindah kilau emasnya, juga memantulkan cahaya yang berkilauan dan memesona.

Orang-orang lainnya pun berseru terkejut.

"Tusuk konde kuno bermodel sepasang burung suci itu pantas disebut barang antik! Cakep banget!"

"Dengar-dengar, tusuk konde itu cuma ada satu di dunia! Pak Alvaro secara khusus membelinya dari Museum Asutria dan menghabiskan ratusan triliun. Katanya, pasangan yang dapatkan tusuk konde ini bisa hidup harmonis seumur hidup!"

"Wah, aku benar-benar iri pada Nyonya Natasha! Pak Alvaro benar-benar perhatian!"

Penonton merasa iri, tetapi Natasha yang menjadi pusat perhatian publik tidak bereaksi. Pada titik ini, semahal apa pun hadiah itu, itu tetap tidak akan bisa membuatnya berubah pikiran. Begitu hati seseorang dingin, sekeras apa pun orang lain mencoba, mereka tidak akan bisa menghangatkannya lagi.

Para penonton merasa agak terkejut ketika melihat Natasha tidak bereaksi. Mereka pun mulai berbisik. Tepat ketika semua orang sedang berbicara, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang dingin. "Varo."

Seorang wanita berperawakan tinggi muncul di pintu.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hati Beku yang Tak Dapat Dicairkan Lagi   Bab 27

    Lebih dari setengah tahun telah berlalu. Selama setengah tahun ini, Natasha mencurahkan isi hatinya di samping tempat tidur Lydia setiap hari. Dia menyeka wajah Lydia setiap pagi, juga merawatnya dengan saksama dan penuh kasih sayang.Alvaro dan Enzo mencari berbagai alasan buruk untuk datang menemui Natasha. Di bulan Desember yang dingin, Alvaro bahkan berlutut meminta maaf pada Natasha selama sehari semalam di hari salju turun dengan deras dan hampir mati kedinginan. Akan tetapi, Natasha hanya menatapnya dengan dingin.Enzo membawakan berbagai macam bunga untuk Natasha setiap hari. Dia bahkan belajar membuat kue sendiri. Pintu Natasha selalu dipenuhi dengan bunga dan kue.Para tetangga yang lewat memandangnya dengan iri. Setiap kali hal ini terjadi, Natasha akan berbagi kue dan bunga itu. Dia sama sekali tidak tertarik pada hal-hal ini dan hatinya sama sekali tidak tersentuh.Pada kali pertama Enzo mengetahui bahwa kue yang dia buat untuk Natasha diberikan kepada orang lain, dia dudu

  • Hati Beku yang Tak Dapat Dicairkan Lagi   Bab 26

    Natasha melewati beberapa hari yang damai dan tenang.Keesokan harinya, Enzo dan Alvaro muncul di depan pintunya pagi-pagi sekali. Dia mengabaikan ketukan di pintu, tetapi malah melihat ayah dan anak yang duduk di lantai bawah itu melambai padanya di balkon.Natasha tak punya pilihan selain bergegas turun. Dia menatap ayah dan anak di depannya, lalu bertanya dengan acuh tak acuh, "Apa sebenarnya mau kalian?"Alvaro tersenyum sambil menatap Natasha di depannya, lalu berkata dengan manja, "Sasha, ayo kita nonton kembang api bersama! Kamu masih ingat janji kita pada Zozo tahun lalu? Kita bilang, kita akan bawa dia menonton kembang api setiap tahun."Enzo menarik tangan Natasha, lalu menggoyang-goyangkannya dan menimpali dengan manja, "Mama! Mama! Temani aku sekali, ya? Aku benar-benar merindukanmu."Suara hati Enzo masih terngiang di benak Natasha.'Papa bilang, selama kita pergi nonton kembang api, Mama bisa ingat kenangan-kenangan kita dulu, lalu nggak akan bersikap dingin lagi ....'Na

  • Hati Beku yang Tak Dapat Dicairkan Lagi   Bab 25

    Selama setengah bulan berikutnya, Alvaro dan Enzo selalu datang tepat waktu ke rumah Natasha setiap hari. Mereka juga tidak mau pergi tidak peduli bagaimana pun Natasha mengusir mereka.Setiap hari, Enzo selalu berusaha mencari cara yang berbeda untuk menyenangkan Natasha. Dia meniru orang dewasa dan membelikan berbagai hadiah kecil untuk Natasha, tetapi Natasha membuangnya semuanya.Sementara itu, Alvaro mengantarkan makan tepat waktu tiga kali setiap hari. Ayah dan anak itu bahkan membuang kantong sampah yang diletakkan Natasha di depan pintu ....Melihat ayah dan anak yang hidup berputar mengelilingi Natasha setiap hari, serta hati Alvaro yang penuh dengan Natasha, hati Luna dipenuhi rasa cemburu. Dia merasa bahwa Natasha sengaja menggunakan cara memalsukan kematiannya untuk mendapatkan kembali cinta Alvaro ....Suatu hari, terdengar ketukan pintu yang kuat dan cepat. Natasha membuka pintu dengan kesal, lalu menunduk dan memejamkan mata sambil berseru, "Alvaro, mau gimana baru kamu

  • Hati Beku yang Tak Dapat Dicairkan Lagi   Bab 24

    Lampu merah di ruang operasi padam dan pintunya dibuka.Natasha melangkah maju dan menatap dokter dengan sungguh-sungguh, lalu bertanya, "Dokter, gimana keadaan adikku?"Setelah dokter mengangguk dan mengatakan bahwa operasinya berjalan lancar, Natasha baru menghela napas lega. Dia hendak mengikuti Lydia yang didorong pergi, tetapi ketika dia berbalik, pergelangan tangannya dicengkeram erat oleh Alvaro.Alvaro menatap Natasha di depannya, matanya dipenuhi dengan rasa bersalah dan penyesalan. Dia berseru, "Sasha, aku nggak peduli cintamu padaku palsu atau nggak! Aku mencintaimu dan itu sudah cukup! Orang yang kucintai selama ini adalah kamu!"Natasha tidak dapat menahan tawanya. Suaminya yang berselingkuh justru mengatakan bahwa orang yang dicintainya adalah dirinya. Sungguh ironis. Dia menarik tangannya dari cengkeraman Alvaro, lalu menunjuk Luna yang ada di sampingnya dan berkata dengan dingin, "Orang yang kamu cintai itu seharusnya dia, bukan aku."Mata Alvaro berkilat terkejut. Dia

  • Hati Beku yang Tak Dapat Dicairkan Lagi   Bab 23

    Saat ketiganya saling berpandangan, alarm ventilator di dalam gudang berbunyi dan napas Lydia makin lemah.Natasha berusaha melepaskan diri dari genggaman Alvaro seperti orang gila, lalu langsung berlari ke sisi tempat tidur dan menelepon ambulans.Ketika menyadari bahwa Lydia tidak mungkin dapat menunggu hingga ambulans tiba, Natasha menatap Alvaro di depannya dengan tidak berdaya, lalu berseru, "Alvaro, berikan aku kunci mobilnya ...."Saat mendengar namanya keluar dari mulut Natasha, Alvaro makin yakin bahwa wanita ini adalah istrinya. Dia bergegas maju dengan gembira untuk memastikannya dan berkata, "Kamu itu Sasha .... Aku tahu kamu belum meninggal ...."Natasha mendorongnya dengan kesal dan berteriak, "Jangan bicara omong kosong! Berikan kuncinya padaku!"Dengan bantuan Alvaro, Natasha menggendong Lydia ke dalam mobil. Kemudian, keduanya membawa Lydia ke rumah sakit bersama.Di luar ruang operasi, Natasha melipat tangannya sambil berdoa dan berjalan mondar-mandir di depan pintu.

  • Hati Beku yang Tak Dapat Dicairkan Lagi   Bab 22

    Keesokan paginya, Natasha masuk ke ruang pasien sambil menyenandungkan lagu. Sepasang matanya terlihat berbinar dan dia terus bergumam, "Lydia, Kakak datang menjengukmu ...."Namun, saat mendekati ranjang pasien, dia malah mendapati bahwa tempat tidur itu kosong. Natasha pun membelalak. Dia menyingkap selimut dengan putus asa. Air matanya mengalir deras dan kakinya tiba-tiba terasa lemas hingga dia jatuh terduduk di lantai.Dia berusaha sekuat tenaga untuk menenangkan diri. "Lydia pasti dibawa pergi Profesor Holden untuk diperiksa. Profesor Holden .... Benar!"Natasha tiba-tiba berdiri dan bergegas masuk ke kantor Holden. Para dokter dan perawat di koridor tidak berhenti bergosip dengan tampang merendahkan."Siapa ini? Kenapa dia berlarian di rumah sakit!"Holden melirik orang-orang di luar kantor, lalu tatapannya tertuju pada wajah Natasha. Mata Natasha terlihat merah padam, dia jelas habis menangis. Raut wajahnya yang terlihat gembira tetapi juga sedih membuat Holden bingung. Dia me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status