Dengan kursi roda, aku memasuki aula pesta ulang tahunku yang diadakan oleh Willy. Aula yang tadinya ramai itu langsung hening seketika saat melihatku. Orang-orang yang datang ke sini masing-masing punya tujuan sendiri dan jelas bukan untuk merayakan ulang tahunku. “Itu si Joice, tunangan cacatnya Pak Willy?” “Iya, tapi sebenarnya Pak Willy itu cintanya sama Nona Anna. Barusan aku lihat mereka ciuman di pojokan.” Mereka menutupi mulut dengan gelas anggur sambil membicarakanku dengan seenaknya, mengira aku masih sama seperti dulu, cacat dan tuli. Namun, yang mereka tidak tahu, pendengaranku sudah pulih minggu lalu. Jadi, semua hinaan mereka sudah bisa kudengar jelas sekarang. Dan tunanganku, Willy hanya berdiri di samping tanpa menghentikan omongan mereka. Sepertinya dia lupa, aku jadi seperti ini karena menyelamatkannya. Saat kecelakaan itu, akulah yang mendorongnya menjauh dan aku sendiri tertabrak mobil. Saat aku berhasil diselamatkan, Willy pun bersumpah akan menjagaku seumur hidup. Tapi, hanya waktu tiga tahun saja, dia sudah berubah. Ponselku berdering. “Nona Joice, replika jenazahmu sudah selesai. Mohon balas pesan ini untuk konfirmasi, maka layanan kematian palsu akan langsung aktif. Kami akan mengirimkan jenazah itu ke pernikahanmu dengan Pak Willy dalam lima hari.” Tanpa ragu, aku menekan tombol konfirmasi. Willy, selamat atas pernikahanmu.
View MoreWilly baru sadar dari koma setelah tujuh hari. Saat dia membuka mata, pemakamanku sudah lama selesai. Yang menunggunya hanyalah sebuah nisan batu yang dingin.Karena siaran langsung di hari pernikahan itu, seluruh dunia tahu soal perselingkuhannya. Seketika reputasi Grup Wilton pun hancur. Sahamnya anjlok dan dewan direksi pun sepakat menangguhkan jabatan Willy sebagai direktur.Setelah mendengar laporan dari sekretarisnya, Willy hanya mengangguk tanpa ekspresi. Kemudian, dia kembali duduk di depan makamku, memetik gitar dan menyanyikan lagu kesukaanku.Menjelang senja, dia pulang ke rumah, duduk di kursi kesukaanku, tempat aku dulu suka membaca buku sambil minum teh. Foto pernikahan kami yang dulu sudah kugunting menjadi dua, tetap digantung di kamar. Di bagian yang kosong, tempat seharusnya aku berdiri, dia melukis diriku dengan tangannya sendiri. Seolah dengan begitu, aku bisa terus menemaninya selamanya.Di laci nakas ranjangku, dia menemukan sebuah buku harian. Di sanalah aku me
Kepala pelayan mulai membubarkan kerumunan, menghalangi pandangan orang-orang yang masih ingin melihat. Kepala pengawal mendekat untuk menopang Willy berdiri.Namun, Willy menepis tangannya dan langsung menjatuhkan diri ke atas peti kristal. Dia mendorong tutup peti, tangannya yang gemetar menyentuh wajahku, tapi yang terasa hanyalah dingin yang menusuk.Dia melepas jasnya dan menutupi tubuhku, lalu mengusap wajahku dengan tangannya, air matanya menetes di pipiku.“Joice, kok kamu sedingin ini? Sini, kupakaikan baju yang hangat, biar nggak dingin. Ayo bangun, aku bawa kamu pulang. Joice, hari ini hari pernikahan kita. Bagaimana aku bisa hidup tanpamu? Kok kamu tega meninggalkanku sendirian?”Suaranya mulai bergetar di akhir kalimat.Seorang staf menghampirinya dan menyerahkan ponselku pada Willy, suaranya datar tanpa emosi.“Ini ponsel Nona Joice. Di dalamnya ada pesan terakhir untukmu.”Willy menatap layar, waktu rekaman menunjukkan pukul 10 malam, dua hari yang lalu.Saat itu, dia se
Layar menyala, menampilkan dua tubuh yang saling berpelukan di atas meja dapur, lalu berpindah ke sofa ruang tamu dan akhirnya ke depan jendela besar.Adegan itu pun tersiar langsung ke hadapan para penonton di siaran langsung. Jumlah penonton yang awalnya belasan ribu, langsung melonjak menjadi ratusan ribu.Willy yang paling cepat bereaksi, langsung membentak pembawa acara, “Matikan! Cepat matikan sekarang juga!”Pembawa acara hanya memutar file dari USB yang katanya dikirim oleh teman pengantin wanita, dia benar-benar tak tahu isinya. Begitu sadar telah membuat kesalahan besar, wajahnya langsung pucat dan panik mencoba mematikan video dari komputer. Tapi, bagaimanapun dia mencoba, video itu tak bisa dihentikan.Willy segera ikut ke depan komputer. Begitu melihat tak ada jalan lain, dia mencabut kabel listriknya langsung. Tapi, video tetap terus berjalan. Rupanya, daya layar itu berasal dari kabel lain yang tersembunyi di bawah tanah.Saat itu juga, kamera dalam video berpindah dari
Dua hari sebelum pernikahan, Willy dan Anna meninggalkan jejak-jejak penuh gairah di setiap sudut rumah baru.Saat sedang terbawa suasana, Anna memeluk Willy erat-erat dan bertanya padanya,“Kalau aku bisa membuatmu lebih bahagia, bolehkah aku menjadi istrimu?”Tak disangka, pria yang baru saja memeluk pinggang rampingnya dengan tatapan penuh hasrat, bahkan berjanji akan membelikan sebuah vila untuknya, tiba-tiba menghentikan gerakannya. Sorot matanya menjadi jernih dan dingin, memperingatkannya, “Anna, selama kamu nggak mengganggu Joice, aku bisa memanjakanmu sesukamu. Tapi, kamu harus tahu diri. Ada hal-hal yang bukan untukmu.”Wajah Anna sedikit memuram. Dia tak menyangka, setelah melayani Willy selama tiga tahun, dia tetap tak bisa menggantikan posisiku. Tapi, dia tahu caranya menyenangkan pria.Dia pun mengubah posisi, kini duduk mengangkangi pinggang tegap pria itu, suaranya manja dan menggoda. Tak butuh waktu lama sampai sorot mata Willy kembali dipenuhi nafsu dan suara-suara p
Sesampainya di rumah, tak ada siapapun. Aku pun berdiri dan menggerakkan kaki-kakiku yang sudah lama tidak digunakan. Rasanya masih kaku.Tiba-tiba, ponselku berdering. Sebuah foto masuk.Dalam foto itu, seorang perempuan mengenakan kostum kelinci sexy sedang menumpu tangannya di jendela besar. Bagian belakang bajunya terbuka, memperlihatkan lekuk pinggangnya yang indah.Rambutnya terurai, matanya terlihat sayu. Di belakangnya, Willy berdiri telanjang, ototnya menegang, tangannya memegang pinggang perempuan itu, posisinya begitu intim.Tak lama kemudian, sebuah rekaman suara menyusul. Dalam audio itu terdengar suara desahan perempuan dan erangan berat laki-laki, serta suara hentakan yang berirama.Dengan napas terengah-engah, Anna berkata, “Pak Willy, rumahnya baru saja direnovasi, jendelanya bisa kotor dibuat kita.”Willy terkekeh pelan, suaranya terdengar rendah dan serak,“Bukannya kamu yang suruh desainer pasang jendela besar ini? Biar aku bisa memuaskanmu di depan jendela.”Rekam
Tak lama setelah aku berbaring di ranjang, tiba-tiba sepasang tangan besar memelukku dari belakang. Aku kaget dan langsung berusaha melepaskan diri, tapi orang di belakangku justru memeluk semakin erat. Orang itu Willy.Tubuhnya dipenuhi bau alkohol dan aroma parfum yang menyengat. Bau ini pernah kucium di tubuh Anna, baunya menjijikkan. Dia menggunakan bahasa isyarat dan berkata padaku, [Joice, hari ini pesta ulang tahunmu, kok kamu pergi sebelum potong kue? Kamu lagi nggak senang? Besok aku ajak kamu pergi lihat rumah baru kita, ya? Aku sudah beli dan renovasi. Setelah menikah, kita bisa tinggal di sana.]Usai mengatakannya, dia mencoba mendekat untuk menciumku, tapi aku menoleh ke arah lain.[Kamu yang atur saja, aku nggak mau pergi.]Willy tampak kaget dengan sikapku, dia kembali bertanya dengan isyarat tangannya,[Joice, kamu nggak mau menikah denganku?]Melihat ekspresi prihatinnya, sosok yang jauh dari kesan direktur dingin seperti biasanya. Kalau saja aku belum mendengar denga
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments