Home / Rumah Tangga / Hati Wanita yang Tersakiti / Part 07; Pergulatan Jiwa

Share

Part 07; Pergulatan Jiwa

Author: Thearraaa
last update Last Updated: 2024-08-11 17:17:02

Baik Levana maupun Rave hanya bisa terdiam saat pemilik Maverick Group memasuki rumah baru mereka. Pandangannya seolah mengisyaratkan keduanya jika rumah tersebut sangat tidak cocok untuk seseorang yang menyandang status keluarga Maverick.

“Ini yang kau sebut rumah, Rave?” Hinaan yang keluar dari mulut Francis Maverick berhasil membuat Rave langsung bersuara.

“Untuk apa aku membeli rumah mewah jika hanya akan digunakan selama tiga tahun saja? Terlalu berlebihan,” seru Rave yang mana tetap berusaha santai menghadapi ayahnya.

Berbeda dengan Rave yang tetap terlihat tenang, Levana yang duduk di samping suaminya itu semakin menundukkan kepalanya. Tangannya mencengkeram kuat celana bahan yang ia kenakan saat dirinya mendengar balasan Rave barusan. Ada rasa sedih yang seolah langsung menyadarkan statusnya.

Senyum meremehkan masih terlihat jelas di wajah Francis. “Aku tidak peduli kau membeli rumah mewah sekalipun karena selama tiga tahun ini Levana wajib menjadi prioritasmu. Kau harus memperhatikannya sebaik mungkin karena ia wajib menghasilkan keturunan darimu.”

Dad!” tegur Rave tidak terima dengan ucapan sang ayah barusan.

“Kenapa? Kau tidak menyukainya? Hanya tiga tahun saja, Rave, dan kau akan seutuhnya terlepas dari dirinya.” Francis kini beralih fokus pada Levana. “Jangan pernah lupa akan janji yang kau buat, Levana!”

“Ya, Tuan, aku mengerti maksudmu,” balas Levana dengan suara yang terdengar sedikit serak.

Francis yang semula duduk kini bangkit berdiri dan menyentuh dinding rumah, seolah tengah mengecek sesuatu. “Pindahlah ke Belgravia. Jika kau tidak mau Levana tinggal satu rumah denganmu dan Lilian, beli rumah yang tak jauh dari tempat kau tinggal.”

“Bukankah keterlaluan membiarkan Levana tinggal bersama denganku dan Lilian,” protes Rave. “Lagi pula Levana akan baik-baik saja tinggal di sini.”

“Yang dikatakan Rave benar, Tuan. Aku tidak masalah tinggal di sini. Akan jadi masalah jika aku tinggal di lingkungan yang sama dengan Rave dan Lilian,” tolak Levana yang kini ikut bersuara.

“Dan aku tidak butuh pendapatmu, Levana,” potong Francis cepat.

Mendengar itu Levana mengembuskan napas beratnya sepelan mungkin. Ia bisa melihat Rave yang masih duduk di sampingnya mengepalkan telapak tangannya hingga urat di tangannya terlihat jelas.

“Hentikan, Dad! Berhenti mengontrol hidupku,” ucap Rave dengan penuh penekanan yang justru membuat Francis tertawa mendengarnya.

“Aku akan berhenti mengontrol hidupmu jika kau menjalani hidup yang benar, Rave. Kau masih beruntung kuberi izin untuk tetap menikahi Lilian.” Francis kini mengambil mantelnya yang tergantung dan segera mengenakannya. “Keturunan Maverick tidak boleh terhenti. Pastikan kau sudah membawa Levana pindah ke Belgravia minggu ini.”

Melihat Francis yang hendak pergi membuat Levana langsung mengikutinya dari belakang, membiarkan Rave tetap diam di tempatnya. Walau Levana sendiri merasa sakit hati dengan perlakuan Francis padanya, ia tetap menghormati pria itu karena bagaimanapun dia yang membantu hidup keluarga Levana.

“Hati-hati di jalan, Tuan Maverick. Sampai bertemu besok,” ucap Levana yang mana mendapat gelengan kepala dari Francis.

“Tidak perlu menemuiku. Kita akan bertemu lagi setelah kau pindah di Belgravia,” tolak Francis dan seketika mobil yang membawa ayah mertua Levana itu melaju cepat meninggalkan perkarangan rumah Levana.

“Kau baik-baik saja?” tegur Levana saat melihat Rave yang tengah bersandar dan memejamkan matanya.

“Aku pakai kamarmu sebentar,” ucap Rave yang kemudian menaiki tangga ke lantai dua.

Setelah mendengar pintu kamarnya tertutup, Levana kembali ke dapur untuk melanjutkan masakannya yang terhenti. Sulit bagi Levana untuk berkonsentrasi pada masakannya sekarang, tetapi ia tidak punya pilihan lain selain tetap memasak.

Tidak butuh waktu lama bagi Levana memasak makan malam untuknya dan Rave. Setelah merapikan makanan di atas meja makan, Levana langsung pergi ke kamarnya untuk memanggil Rave agar mereka bisa segera makan bersama.

Levana menarik napas panjang sebelum akhirnya mengetuk pintu kamarnya sendiri. “Rave? Boleh aku masuk?”

Tak ada jawaban dari Rave hingga Levana berinisiatif membuka pintu kamarnya sendiri. Ia tidak mendapati Rave di atas ranjangnya dan membuat dirinya membuka pintu lebih lebar. Rave terlihat tengah berdiri tepat di depan jendela kamarnya yang juga menghadap ke halaman belakang.

“Kau baik-baik saja?” Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Levana.

Tatapan dingin terlihat jelas dari sorot mata Rave. Levana yang semula hendak melangkah mendekati suaminya itu memilih untuk berhenti, terlebih ketika dirinya mendengar embusan napas kasar milik sang suami.

“Aku tidak pernah membayangkan hidupku akan berakhir seperti ini. Terperangkap dalam pernikahan yang tidak pernah aku inginkan sebelumnya.” Kata-kata Rave terdengar sangat pahit.

“Lalu aku harus menerima semua konsekuensinya sekarang,” lanjut Rave dengan tawa getir saat mengatakannya.

Levana sendiri yang merasa sakit saat mendengar ucapan Rave, tetapi ia tetap berusaha terlihat tegar. “Aku tahu ini bukan yang kau inginkan, Rave, karena aku juga begitu. Namun, kita tidak punya pilihan lain. Aku juga tidak punya pilihan selain menerimanya.”

“Tapi kau menerimanya.” Suara Rave kini terdengar meninggi. “Kau memilih untuk berada di sini yang mana membuat semuanya semakin rumit. Kau tahu, Levana, setiap kali aku melihatmu hanya penyesalan saja yang datang menghampiriku.”

Kata-kata Rave barusan benar-benar berhasil membuat Levana tidak sanggup lagi membendung air matanya. “Aku mengerti perasaanmu, Rave. Jauh lebih mengerti dibandingkan orang lain.”

Levana benar-benar tidak sanggup menahan emosinya hingga dirinya berjalan dan mendekati ranjang miliknya. Ia berpegangan kuat pada ranjangnya tersebut seolah tengah mencari kekuatan untuk dirinya menghadapi ini semua.

“Kau pikir aku baik-baik saja saat menerima perjodohan ini? Tidak, Rave, karena aku juga terluka.” Tatapan Levana seolah memaksa Rave untuk balas menatapnya. “Kau pikir aku setuju menikah denganmu karena keinginan pribadi? Aku hanya mencoba untuk bertahan.”

Melihat Levana yang terlihat rapuh semakin membuat Rave memilih untuk mundur beberapa langkah. “Aku tidak tahu bagaimana harus menghadapimu, Levana. Menikah denganmu hanya membuat diriku tersiksa.”

“Aku tidak pernah meminta lebih padamu, Rave. Yang kuinginkan darimu hanya melewati ini bersama-sama tanpa harus saling menyalahkan,” respon Levana dengan suaranya yang bergetar.

Mendengar itu justru membuat Rave tertawa sinis. “Melewatinya secara bersama? Aku bahkan tidak tahu bagaimana caraku harus menghadapimu, apa aku bisa bertahan dalam pernikahan ini atau tidak.”

“Berbeda denganmu, walau ragu aku akan tetap bertahan karena aku rela melakukan apa pun agar orang yang kusayang bisa hidup bahagia dan nyaman.” Levana tertunduk lesu saat mengatakannya.

Rave tidak merespon ucapan Levana dan lebih memilih memandangi gadis itu dengan tatapan sulit diartikan. Sebenarnya ia sangat tahu jika bukan hanya dirinya yang tersakiti, melainkan juga istri barunya itu, tetapi Rave lebih memilih mengabaikannya.

Tanpa pikir panjang Rave pun keluar dari kamar Levana yang mana langsung disusul oleh gadis itu dari belakang. Langkah kaki panjang Rave dengan mudah membawanya melangkah menuju ke ruang tamu yang berada di lantai bawah.

“Rave,” panggil Levana yang mana berhasil membuat langkah Rave terhenti.

Pria itu berbalik dan menatap Levana dalam diam tanpa berniat merespon apa pun. Setelahnya ia keluar dan meninggalkan Levana seorang diri di dalam rumah yang sepi dan dingin itu.

Tanpa keduanya sadari, bayangan seseorang yang tengah mengintai rumah Levana dari kejauhan, memperhatikan setiap gerak-gerik mereka dengan mata yang penuh dengan niat jahat. Sesuatu yang berbahaya tengah menanti Levana, dan keduanya tidak ada yang menyadari ancaman tersebut.

“Senang melihatmu hanya seorang diri di rumah, Levana.”

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hati Wanita yang Tersakiti   Part 137; Kehidupan Baru

    “Setelah mempertimbangkan seluruh bukti persidangan, Vincent Sullivan selaku Tergugat dinyatakan tidak bersalah atas tuduhan pencemaran nama baik yang diajukan oleh Penggugat, Jacob Flynn. Informasi yang diberikan Tergugat kepada Francis Maverick merupakan fakta, yaitu adanya penggelapan dana, pemalsuan data, dan pelanggaran kontrak yang dilakukan oleh Penggugat. Oleh karena itu, gugatan Penggugat resmi ditolak dan pengadilan membebankan seluruh biaya dan ganti rugi kepada Penggugat. Putusan persidangan ini dinyatakan selesai.”Ketukan palu sebanyak tiga kali berturut-turut pun terdengar, menandakan jika sidang benar-benar dianggap telah selesai. Perasaan Levana sendiri begitu lega setelah mendengar sang ayah dinyatakan tidak bersalah, sedangkan sang ibu menangis haru dalam pelukan Yara Maverick.Levana langsung mendongak ke arah samping kanannya begitu ia merasakan tangannya digenggam seseorang. Dirinya mendapati Rave tengah tersenyum tulus menatap ke arahnya dan dibalas senyuman yan

  • Hati Wanita yang Tersakiti   Part 136; Permintaan Kembali

    Pandangan Levana kini tak beralih sedikit pun dari pria di hadapannya. Ia dan Rave kini berada di dalam kamar Levana, duduk berhadapan dengan beberapa tumpuk berkas di hadapan mereka.“Jadi, bagaimana keputusanmu?” tegur Rave yang membuka pembicaraan lebih dulu.Embusan napas berat Levana kini terdengar dan mulai membuka salah satu berkas di hadapannya. Sebelumnya ia sempat berbicara langsung dengan ayahnya, menanyakan perihal kepergian kedua orang tuanya kemarin malam.“Semua perbuatanku di masa lalu itu memang benar, Levana. Walaupun semua informasi yang aku berikan pada Francis Maverick terkait Flynn Group benar adanya, pihak Flynn Group tetap saja bisa menjebloskanku ke dalam penjara dengan undang-undang pencemaran nama baik,” ujar sang ayah yang membuat Levana menggenggam erat ujung kemejanya.“Lalu, apa yang kau inginkan sekarang?” Suara Levana terdengar begitu dingin saat menanyakannya kepada sang ayah, membuat raut wajah sang ayah terlihat begitu sedih.Sebenarnya Levana meras

  • Hati Wanita yang Tersakiti   Part 135; Pilihan Berat

    Seharian ini semua pekerjaan Levana mendadak terganggu karena ia terpikirkan dengan ucapan Rave sebelumnya. Ia tidak bisa bekerja dengan baik hingga rekan kerjanya sesama asisten lab menyarankan Levana untuk istirahat di ruangannya sebentar.“Berhenti memikirkannya, Levana. Hidupmu baik-baik saja sebelum dia datang kembali,” keluh Levana yang kini memejamkan matanya sembari bersandar di balik lemari.Sekuat apa pun Levana berusaha menepis pikirannya tentang Rave, ia tidak bisa melupakannya begitu saja. Pertemuannya kemarin malam seolah menghancurkan bentuk pertahanan Levana yang ia bangun sejauh ini.“Dari mana dia tahu jika aku sedang mengandung? Yang tahu tentang kehamilanku hanya mum dan dad saja,” gumam Levana yang mendadak bingung sendiri.“Mungkinkah ada orang lain yang mengetahuinya? Tapi siapa?”Keraguan mengenai kedua orang tuanya tiba-tiba mendatanginya. Ia penasaran dengan apa yang dilakukan kedua orang tuanya kemarin malam hingga membuatnya berada seorang diri di rumah.Ke

  • Hati Wanita yang Tersakiti   Part 134; Salah Paham

    “Levana! Apa yang terjadi di rumah semalam? Kenapa bajumu berantakan di ruang keluarga? Dan baju siapa ini?” teriak sang ibu yang langsung membuka pintu kamar Levana tanpa permisi.Baik Levana maupun sang ibu sama-sama terkejut ketika pintu terbuka. Levana yang terbangun karena suara teriakan sang ibunya hanya bisa mematung saat menyadari posisinya saat ini. Begitu juga dengan sang ibu yang langsung membungkam mulutnya sendiri seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan.“Rave?” gumam sang ibu yang mana hanya gerakan bibir saja yang terlihat.Mata Levana refleks terpejam saat mengingat memorinya tadi malam. “Mum, ini tidak seperti yang kau bayangkan!” teriak Levana yang berhasil membangunkan pria di sampingnya.“Oh, Levana, jangan bergerak dan sebaiknya kau pakai bajumu dahulu,” sahut sang ibu yang langsung menutup pintu kamarnya. “Mum tunggu di bawah.”Tangan kanan Levana hanya bisa memijat keningnya saat menyadari apa yang terjadi tadi malam. Rave yang perlahan bangun pun

  • Hati Wanita yang Tersakiti   Part 133; Kembali Pulang

    Tubuh Levana seketika membeku ketika dirinya membuka pintu dan mendapati Rave berdiri di hadapannya. Tubuhnya basah, wajahnya pucat, dan kulitnya mengkerut karena terkena hujan yang cukup deras.“Levana..” panggilnya pelan yang mana membuat Levana akhirnya tersadar dari lamunannya.“Rave? Apa yang kau lakukan di sini?Tangan Levana pun refleks menarik lengan Rave ketika dirinya tersadar dari lamunanya. Dengan kesadaran penuh dirinya mempersilakan suaminya itu masuk ke dalam rumah, khawatir akan kesehatan sang suami yang sudah basah kuyup seperti itu.“Sebenarnya apa yang kau lakukan di tengah hujan deras seperti ini? Kau benar-benar mencari penyakit,” tegur Levana yang kini sibuk sendiri membawakan handuk untuk Rave.Levana pun berlari kecil ke kamarnya, mengambilkan handuk untuk Rave. Sedangkan suaminya itu masih berdiri tepat di depan pintu rumahnya.Handuk yang Levana bawa pun langsung disampirkannya ke kepala dan tubuh Rave, mengusapkan di wajahnya hingga tidak lagi basah.“Lebih

  • Hati Wanita yang Tersakiti   Part 132; Terseret Gosip

    Sidang perceraian Rave Maverick dan Lilian Flynn menjadi topik pencarian teratas. Tak hanya di sosial media, beberapa stasiun televisi swasta pun menayangkan siaran langsung sidang perceraian tersebut.Tak ingin terganggu dengan apa yang terjadi, Levana memilih untuk tetap pergi ke kampus. Dirinya tidak ingin hanya diam di rumah dan tidak berbuat apa pun, karena ujungnya ia pasti akan penasaran dan menonton tayangan sidang perceraian sang suami.“Kau baik-baik saja, Levana?” tegur asisten lab yang lain.Tangan Levana pun seketika berhenti dan menoleh ke arah rekan kerja. “Ya? Aku baik-baik saja. Apa aku membuat kesalahan?” tanya Levana yang kebingungan karena dirinya merasa tidak melakukan kesalahan.Kepala sang rekan kerja menggeleng cepat. “Kau … tidak terganggu dengan sidang perceraian Rave Maverick?” Kepala Levana langsung beralih kembali ke arah rekan kerja. “Oh, Levana, maafkan aku, tapi aku penasaran karena namamu terus dibawa oleh beberapa media.”Yang dikatakan oleh rekan ker

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status