Tidak punya pilihan lain untuk menyelamatkan usaha keluarganya, Levana Sullivan harus menjadi istri kedua dari Rave Maverick. Pernikahan yang tak terhindarkan tersebut akan berlangsung hanya tiga tahun saja, dengan tujuan mendapatkan penerus untuk keluarga Maverick yang mana Lilian-istri pertama Rave enggan memiliki keturunan. Terjebak dalam kehidupan baru yang membatasi kebebasan serta membuat hidupnya hancur, Levana mengalami trauma yang cukup berat. Demi utang keluarganya bisa terbayarkan, Levana berjuang melawan hidupnya yang penuh tekanan dan mengalami konflik batin dan cinta yang menghampirinya di tengah kesulitan yang harus ia alami.
view more“Aku tahu ini tidak adil bagimu, Levana, tapi kau harus meyakinkan Rave agar dia bisa menerimamu menjadi istri kedua. Nasib keluarga kita ada di tanganmu!” Kalimat itu terlontar dari mulut sang ayah sebelum meninggalkan Levana seorang diri di sebuah restoran.
Kepergian sang ayah tidak langsung membuat Levana bangkit dari duduknya. Pertemuannya barusan dengan sang ayah dan ayahnya Rave yang sudah lebih dulu pergi tentu saja tidak berjalan dengan baik. Ditambah Rave yang juga tak kunjung datang membuatnya lebih memilih untuk menunggu sebentar kedatangan pria itu.
Tak lama, pintu ruangan VIP terbuka dan menampilkan sosok Rave yang datang tergesa-gesa. “Jadi, bagaimana keputusannya? Kau tentu saja menolak perjodohan ini kan, Levana?” tanya Rave dengan suara datar dan tatapan penuh harap agar Levana menolaknya.
“Maaf, Rave, tapi ... Aku tidak bisa melakukannya,” ucap Levana dengan raut wajah bersalah.
Mendengar ucapan Levana barusan membuat mata Rave menyiratkan kemarahan. “Aku sudah bilang kepadamu, Levana, aku tidak menginginkan pernikahan ini. Aku sudah menikah dengan Lilian. Kenapa kita masih harus mengulang kembali pembicaraan ini!”
Takut, tentu saja Levana Sullivan tidak pernah mendapati pria di hadapannya yang telah menjadi suami orang itu marah besar.
“Rave, kau... kau tahu jelas aku tidak punya pilihan selain menyetujuinya.” Gadis berambut pirang bergelombang itu mendadak tergagap. Namun, pantang menyerah sebelum dia meyakinkan Rave Maverick untuk menjadikan dirinya istri kedua.
Pria di hadapan Levana sudah cukup frustasi menghadapinya. “Tidak dengan menjual dirimu sendiri, Levana. Kau bukan hanya jadi istri kedua, tetapi kau juga akan dipaksa melahirkan seorang anak.”
Sejenak, Levana termenung. Mendengar omongan Rave, sebenarnya ia sedikit gentar.
Belum lagi, alasan-alasan lain yang sebenarnya pun ia kurang setuju untuk menjadi wanita kedua. Tidak lama, sebuah ide yang dirasa lebih menguntungkan keduanya terbersit di kepala Levana.
“Bagaimana kalau kita pura-pura menikah saja? Aku tahu kalau kau sangat menyayangi Lilian, bukan? Sudah pasti kau tidak mau menyakiti hati istrimu itu,” tawar Levana.
Rave berdecih. “Ayahku bukan tipikal orang yang bisa kau bodohi dengan mudah. Kau hanya diberi waktu selama tiga tahun untuk memiliki anak dariku.”
“Lalu apa yang terjadi padaku setelah tiga tahun?” Sejujurnya, Lavena tidak berpikir panjang. Yang terpenting untuknya saat ini adalah menyelamatkan keluarganya dari kebangkrutan.
Melihat Rave tetap terdiam, dan seolah enggan membahas masalah kontrak pernikahan yang ia tawarkan, Levana kembali memanggil pria itu, “Rave?”
“Kau hanya dimanfaatkan saja, Levana. Apa orang tuamu juga tidak memikirkan hidupmu nanti?” Rave yang sudah terlihat begitu frustrasi menghadap Levana. Ia kembali berteriak, “Begitu kau melahirkan seorang anak untukku, kau akan ditendang begitu saja.”
Levana sendiri memilih diam tak menjawab dan hanya memandangi pengunjung lain di resto tersebut. Tak ada yang bisa mendengar perdebatan di antara mereka karena saat ini keduanya berada di ruang VIP yang mana sengaja dibuat hanya untuk mereka yang biasa membicarakan bisnis.
“Biar kuperjelas lagi, Levana. Aku dan Lilian sudah menikah dan kau bisa melihat hidup kami sangat bahagia. Aku tidak mungkin menghancurkan pernikahanku sendiri walau aku membutuhkan keturunan. Jalan hidup kami masih panjang, walaupun untuk saat ini Lilian tidak mau memiliki seorang anak, aku bisa menunggu sampai dirinya siap.”
“Bagaimana jika Lilian sampai akhir tidak menginginkan seorang anak?” Levana mengulang pertanyaan yang ia dapatkan semula dari kedua orang tua Rave kala membujuknya tadi.
Kilat amarah kembali terlihat jelas di mata Rave. “Aku tidak peduli aku punya anak atau tidak. Aku juga tidak akan peduli dengan hidupmu yang dikorbankan hanya untuk jadi istri keduaku. Yang aku pedulikan hanya perasaan Lilian. Perasaan istriku.”
Levana tidak lagi merespon ucapan Rave. Terlalu banyak hal yang ada di pikirannya saat ini, masalah utang keluarga, dirinya yang merusak hubungan Rave dan Lilian dengan menjadi orang ketiga di antara mereka, dan yang terakhir memikirkan bagaimana nasib anaknya kelak seandainya ia memang mengandung anak dari Rave. Mereka berdua harus dipisahkan bahkan di umur sang anak masih bayi.
Air mata Levana tiba-tiba menetes tanpa ia sadari. Membayangkan terpisah dengan anak yang ia kandung selama sembilan bulan tentu saja sangat menyakitkan.
“Kau tak perlu mengorbankan hidupmu, Levana. Sungguh.” Suara Rave terdengar melembut, mungkin karena melihat Levana yang menangis dalam diam. “Kutekankan sekali lagi, aku sudah menikah dan hal ini sudah sangat salah dari awal.”
“Aku tahu ini salah. Dari awal aku sudah mengetahuinya dengan jelas. Aku sendiri pun tidak mau menyakiti perasaan wanita lain, aku tidak ingin menyakiti perasaan Lilian.” Ia mendongakkan wajahnya yang telah penuh air mata kepada pria itu. “Tapi Rave, aku benar-benar tidak ada pilihan lain selain melakukannya. Kedua orang tuaku membutuhkanku, dan aku rela hidupku hancur demi orang yang kusayang.”
Tangis Levana benar-benar pecah saat ini. Tidak ada lagi tangis dalam diam karena isakannya berhasil memenuhi ruangan kecil itu.
“Dengar, Levana. Aku sudah memperingatkan dan memberimu kesempatan untuk tidak menyetujui pernikahan ini. Jika kau benar-benar ingin melanjutkannya, terserah kau saja. Asal kau ingat satu hal...” Levana mendongak dan menangkap tatapan penuh emosi di mata Rave. “Aku tidak pernah bertanggung jawab untuk hidup yang kau tanggung ke depannya.”
“Kau tidak perlu mencemaskanku, Rave. Aku tau konsekuensinya,” balas Levana dengan suara yang masih bergetar karena tangisannya.
“Lakukan saja yang kau inginkan, aku tidak peduli,” ucap Rave yang bangkit dari duduknya dan hendak pergi meninggalkan Levana sendirian.
“Rave,” panggil Levana saat pria itu hendak membuka pintu. “Bolehkah aku bertemu dengan Lilian?”
Permintaan Levana berhasil membuat Rave mengerang. “Apa lagi yang kau inginkan, Levana? Apa yang sebenarnya tengah kau rencanakan?”
“Bukan begitu, aku hanya ingin—”
“Sekali lagi kutegaskan padamu, kau tidak perlu ikut campur masalahku dengan Lilian. Jalani saja hidupmu sendiri. Urus perusahaanmu itu.”
Tiba-tiba pintu yang berada tepat di belakang Rave terbanting begitu saja dari luar. Terlihat seorang wanita dengan tubuh tinggi dan ramping bagaikan seorang model masuk ke ruangan tersebut, membuat Levana dan Rave sangat terkejut melihat kedatangannya.
“Lilian? Apa yang kau lakukan di sini?” tegur Rave yang benar-benar tidak tahu apa tujuan sang istri datang ke restoran tersebut.
“Levana!”
Baru saja Levana hendak menyapa Lilian, justru dirinya mendapat teriakan dari seseorang. “Dasar wanita tidak tahu diri!”
***
“Setelah mempertimbangkan seluruh bukti persidangan, Vincent Sullivan selaku Tergugat dinyatakan tidak bersalah atas tuduhan pencemaran nama baik yang diajukan oleh Penggugat, Jacob Flynn. Informasi yang diberikan Tergugat kepada Francis Maverick merupakan fakta, yaitu adanya penggelapan dana, pemalsuan data, dan pelanggaran kontrak yang dilakukan oleh Penggugat. Oleh karena itu, gugatan Penggugat resmi ditolak dan pengadilan membebankan seluruh biaya dan ganti rugi kepada Penggugat. Putusan persidangan ini dinyatakan selesai.”Ketukan palu sebanyak tiga kali berturut-turut pun terdengar, menandakan jika sidang benar-benar dianggap telah selesai. Perasaan Levana sendiri begitu lega setelah mendengar sang ayah dinyatakan tidak bersalah, sedangkan sang ibu menangis haru dalam pelukan Yara Maverick.Levana langsung mendongak ke arah samping kanannya begitu ia merasakan tangannya digenggam seseorang. Dirinya mendapati Rave tengah tersenyum tulus menatap ke arahnya dan dibalas senyuman yan
Pandangan Levana kini tak beralih sedikit pun dari pria di hadapannya. Ia dan Rave kini berada di dalam kamar Levana, duduk berhadapan dengan beberapa tumpuk berkas di hadapan mereka.“Jadi, bagaimana keputusanmu?” tegur Rave yang membuka pembicaraan lebih dulu.Embusan napas berat Levana kini terdengar dan mulai membuka salah satu berkas di hadapannya. Sebelumnya ia sempat berbicara langsung dengan ayahnya, menanyakan perihal kepergian kedua orang tuanya kemarin malam.“Semua perbuatanku di masa lalu itu memang benar, Levana. Walaupun semua informasi yang aku berikan pada Francis Maverick terkait Flynn Group benar adanya, pihak Flynn Group tetap saja bisa menjebloskanku ke dalam penjara dengan undang-undang pencemaran nama baik,” ujar sang ayah yang membuat Levana menggenggam erat ujung kemejanya.“Lalu, apa yang kau inginkan sekarang?” Suara Levana terdengar begitu dingin saat menanyakannya kepada sang ayah, membuat raut wajah sang ayah terlihat begitu sedih.Sebenarnya Levana meras
Seharian ini semua pekerjaan Levana mendadak terganggu karena ia terpikirkan dengan ucapan Rave sebelumnya. Ia tidak bisa bekerja dengan baik hingga rekan kerjanya sesama asisten lab menyarankan Levana untuk istirahat di ruangannya sebentar.“Berhenti memikirkannya, Levana. Hidupmu baik-baik saja sebelum dia datang kembali,” keluh Levana yang kini memejamkan matanya sembari bersandar di balik lemari.Sekuat apa pun Levana berusaha menepis pikirannya tentang Rave, ia tidak bisa melupakannya begitu saja. Pertemuannya kemarin malam seolah menghancurkan bentuk pertahanan Levana yang ia bangun sejauh ini.“Dari mana dia tahu jika aku sedang mengandung? Yang tahu tentang kehamilanku hanya mum dan dad saja,” gumam Levana yang mendadak bingung sendiri.“Mungkinkah ada orang lain yang mengetahuinya? Tapi siapa?”Keraguan mengenai kedua orang tuanya tiba-tiba mendatanginya. Ia penasaran dengan apa yang dilakukan kedua orang tuanya kemarin malam hingga membuatnya berada seorang diri di rumah.Ke
“Levana! Apa yang terjadi di rumah semalam? Kenapa bajumu berantakan di ruang keluarga? Dan baju siapa ini?” teriak sang ibu yang langsung membuka pintu kamar Levana tanpa permisi.Baik Levana maupun sang ibu sama-sama terkejut ketika pintu terbuka. Levana yang terbangun karena suara teriakan sang ibunya hanya bisa mematung saat menyadari posisinya saat ini. Begitu juga dengan sang ibu yang langsung membungkam mulutnya sendiri seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan.“Rave?” gumam sang ibu yang mana hanya gerakan bibir saja yang terlihat.Mata Levana refleks terpejam saat mengingat memorinya tadi malam. “Mum, ini tidak seperti yang kau bayangkan!” teriak Levana yang berhasil membangunkan pria di sampingnya.“Oh, Levana, jangan bergerak dan sebaiknya kau pakai bajumu dahulu,” sahut sang ibu yang langsung menutup pintu kamarnya. “Mum tunggu di bawah.”Tangan kanan Levana hanya bisa memijat keningnya saat menyadari apa yang terjadi tadi malam. Rave yang perlahan bangun pun
Tubuh Levana seketika membeku ketika dirinya membuka pintu dan mendapati Rave berdiri di hadapannya. Tubuhnya basah, wajahnya pucat, dan kulitnya mengkerut karena terkena hujan yang cukup deras.“Levana..” panggilnya pelan yang mana membuat Levana akhirnya tersadar dari lamunannya.“Rave? Apa yang kau lakukan di sini?Tangan Levana pun refleks menarik lengan Rave ketika dirinya tersadar dari lamunanya. Dengan kesadaran penuh dirinya mempersilakan suaminya itu masuk ke dalam rumah, khawatir akan kesehatan sang suami yang sudah basah kuyup seperti itu.“Sebenarnya apa yang kau lakukan di tengah hujan deras seperti ini? Kau benar-benar mencari penyakit,” tegur Levana yang kini sibuk sendiri membawakan handuk untuk Rave.Levana pun berlari kecil ke kamarnya, mengambilkan handuk untuk Rave. Sedangkan suaminya itu masih berdiri tepat di depan pintu rumahnya.Handuk yang Levana bawa pun langsung disampirkannya ke kepala dan tubuh Rave, mengusapkan di wajahnya hingga tidak lagi basah.“Lebih
Sidang perceraian Rave Maverick dan Lilian Flynn menjadi topik pencarian teratas. Tak hanya di sosial media, beberapa stasiun televisi swasta pun menayangkan siaran langsung sidang perceraian tersebut.Tak ingin terganggu dengan apa yang terjadi, Levana memilih untuk tetap pergi ke kampus. Dirinya tidak ingin hanya diam di rumah dan tidak berbuat apa pun, karena ujungnya ia pasti akan penasaran dan menonton tayangan sidang perceraian sang suami.“Kau baik-baik saja, Levana?” tegur asisten lab yang lain.Tangan Levana pun seketika berhenti dan menoleh ke arah rekan kerja. “Ya? Aku baik-baik saja. Apa aku membuat kesalahan?” tanya Levana yang kebingungan karena dirinya merasa tidak melakukan kesalahan.Kepala sang rekan kerja menggeleng cepat. “Kau … tidak terganggu dengan sidang perceraian Rave Maverick?” Kepala Levana langsung beralih kembali ke arah rekan kerja. “Oh, Levana, maafkan aku, tapi aku penasaran karena namamu terus dibawa oleh beberapa media.”Yang dikatakan oleh rekan ker
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments