Share

Bab 2

Author: Milly
Aku terbaring di rumah sakit seharian, tapi Fendy tidak datang.

Keesokan harinya, aku menjalani prosedur pemulangan sendirian dan melewati kamar VIP. Saat itu aku melihat pemandangan yang menyakitkan.

Abang dan Ayah sedang menemani Sanny.

Yang satu memberinya buah, yang lain membantunya menyalakan TV dan memilih film komedi yang disukainya.

Fendy sedang berdiskusi dengan Dokter utama skenario perawatan dengan ekspresi serius.

Sementara Sanny menarik-narik ujung baju Fendy dan menunjuk coklat di sampingnya. Fendy mengambilnya lalu membuka bungkusnya dan menyuapkannya.

Melihat pemandangan yang begitu hangat dan harmonis, hatiku terasa sakit seperti ditusuk jarum.

Mereka adalah keluarga, sementara aku hanyalah orang luar.

Aku teringat saat kecil dulu, Sanny dan aku dirawat di rumah sakit karena pneumonia pada saat yang bersamaan.

Saat itu Abang dan Ayah sibuk di samping tempat tidur merawatnya.

Sementara aku tinggal sendirian di kamar yang sepi dan dingin, tidak ada yang peduli padaku, aku sangat haus juga tidak ada yang tahu bahwa mulutku pecah-pecah dan berdarah, bahkan sampai perawat mengetahui dan menuangkan air untukku.

Pengabaian seperti itu sudah tak terhitung jumlahnya sejak aku masih kecil.

Sampai aku menikah dengan Fendy, aku mulai dicintai. Dia perhatian padaku dan memberiku semua hal yang baik.

Aku selalu mengira aku adalah cinta unik Fendy, tetapi aku tidak menyangka dia begitu baik pada Sanny. Dia tampak begitu lembut ketika dia dengan hati-hati memberinya coklat.

Aku pun menyeka air mataku dan pulang.

Aku menelepon tutor universitasku dan mengatakan kepadanya bahwa aku setuju untuk berpartisipasi dalam proyek penelitian tertutup Institut Penelitian Nordik dan setuju untuk tidak pulang selama sepuluh tahun.

Tutor membantuku memesan tiket pesawat untuk tiga hari kemudian.

Dia memintaku mengucapkan selamat tinggal kepada keluargaku. Lagian, aku tidak bisa pulang selama sepuluh tahun.

Begitu aku menutup telepon, Fendy kembali. Dia memelukku dan bertanya dengan penuh kasih sayang, "Kamu mau pesan tiket apa?"

"Tiket konser opera yang aku pesan sebelumnya tertunda karena dirawat di rumah sakit, jadi aku mengajukan pengembalian uang."

"Begitukah? Lalu kenapa kamu tidak mengizinkanku menjemputmu saat kamu keluar dari rumah sakit?"

Saat aku hendak mengucapkan, Sanny mendorong pintu hingga terbuka.

"Dik, kamu nggak pengertian banget. Kenapa kamu tidak beri tahu Adik Ipar saat kamu keluar dari rumah sakit. Saat dia pergi ke rumah sakit dan melihatmu tidak ada, Adik Ipar sangat khawatir dan mengira kamu terjadi sesuatu."

"Sebagai pemimpin mafia, banyak organisasi musuh yang mengawasinya. Dia mengira kamu diculik musuh."

Aku menatap Sanny. Dia selalu bisa dengan mudah menyalahkanku. Sudah seperti ini sejak aku masih kecil. Sekarang dia menuduhku lagi karena nggak pengertian.

Aku pun menatap Fendy, dan dia buru-buru menjelaskan, "Kesehatan Sanny sedang kurang baik. Saran Dokter agar dia pulang untuk rawat diri. Kastil kita memiliki oksigen hutan alami dengan lingkungan yang baik, jadi biarkan dia tinggal di sini selama beberapa hari."

"Dik, maaf mengganggu duniamu dan Adik Ipar berdua."

Sanny tersenyum padaku dengan sengaja.

Dia menungguku kehilangan kesabaran, sehingga dia bisa dengan menyedihkan menuduhku manja, sombong dan tidak masuk akal.

Ini adalah tipuannya yang biasa.

Tapi aku berkata dengan tenang, "Kamu bisa tinggal selama yang kamu mau."

Sanny tercengang. Dia tidak menyangka aku akan bersikap tidak normal hari ini.

Keesokan harinya, Fendy meminta para pelayan untuk menyiapkan kamar bagi Sanny, dan memberi tahu para pelayan secara rinci bahwa makanan Sanny perlu perhatian khusus.

Ternyata Fendy selain tahu semua kesukaanku, dia juga hafal semua kebiasaan Sanny.

Aku memejamkan mata dan merasa konyol. Mengapa aku baru menyadari perhatian Fendy terhadap Sanny hari ini?

Aku kembali ke kamar pada sore hari untuk mengemasi barang bawaan aku untuk berangkat. Ketika aku hendak beristirahat, Fendy mendorong pintu, membawakan air, dan membantuku membuka botol tablet kalsium dengan penuh perhatian.

"Minumlah tablet kalsium sebelum tidur. Jika tidak, kakimu akan kram lagi di malam hari karena kekurangan kalsium."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hati Yang Tersakiti   Bab 7

    Karena kebohongan Sanny, dia salah mengenali orang, dan aku pun pergi dengan sedih."Linda sudah pergi, dia tidak mau aku lagi, kamu puas sekarang?"Melihat kondisi akan terjadi tragedi, Abang dan Ayah bergegas maju untuk menghentikan.Di kamar, kecuali isak tangis Sanny, ketiga pria lainnya terdiam.Semua orang berlinang air mata.Ekspresi mereka penuh penyesalan dan rasa sakit.Entah berapa lama waktu pun berlalu.Saat ini Abang berbicara lebih dulu, karena menangis terlalu keras, suaranya agak serak."Linda... Apa dia baik-baik saja? Apa luka bakar di lengannya masih sakit?"Dia hendak mengirim pesan kepadaku, tapi tiba-tiba sadar dia tidak ada nomor aku."Fendy, aku menampar Linda kemarin. Apa wajahnya masih bengkak? Apa dia sudah mengompresnya dengan es batu..."Ayah menangis tersedu-sedu. Sejak dia mengetahui kebenaran hingga sekarang, hanya dalam beberapa jam, dia merasa jauh lebih tua.Yang terlintas di benaknya adalah ekspresi putus asa dan sedihku malam itu.Dia sangat menyal

  • Hati Yang Tersakiti   Bab 6

    Abang menatap Sanny dengan mata memerah!"Kamu yang menyebabkan kematian ibu, kan?" Abang berteriak. Aku tidak tahu apa dia sedih atas kematian ibu atau karena aku diperlakukan dengan kasar selama bertahun-tahun, atau karena aku dibuli oleh Sanny di video.Atau mungkin semuanya.Ayah juga melangkah maju dan menamparnya lagi.Tamparan ini sangat kuat. "Kau telah berpura-pura selama bertahun-tahun, menyebabkan kami melakukan begitu banyak hal yang menyakitkan Linda, Sanny, kau sangat kejam!"Saat ini, Sanny tersadar, sedikit kepanikan melintas di matanya.Dia tidak menyangka aku memberi tahu ayah dan Abang apa yang dia katakan hari itu.Namun tak lama kemudian, dia jadi tenang."Ayah, Abang, aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan. Aku bunuh itu? Berpura-pura? Apa yang adikku ceritakan lagi tentangku?"Dia menangis pilu, seolah-olah ia korbannya.Jika tidak ada bukti video, Ayah dan Abang pasti mempercayainya, tetapi dengan bukti video, percuma saja bagi Sanny untuk menunduhku."Sanny.

  • Hati Yang Tersakiti   Bab 5

    Di rumah sakit, Fendy tiba-tiba merasakan kepanikan yang tak terjelaskan. Tangan yang sedang menuangkan air tiba-tiba bergetar, dan gelasnya jatuh ke lantai dan pecah."Fendy, ada apa? Apa kamu kena panas?"Sanny memeriksa telapak tangannya dengan hati-hati."Tidak apa-apa, tanganku sedikit gemetar, dan aku merasa sedikit tidak nyaman. Aku agak khawatir pada Linda, aku mau pulang dulu!"Pikiran Fendy penuh memikirkanku.Dia menelponku beberapa kali, tetapi aku tidak menjawab."Fendy, bisakah kamu jangan pergi... Aku takut sendirian di rumah sakit."Sanny memegang tangannya dan tidak membiarkannya pergi.Sementara Ayah dan Abang baru saja pergi.Fendy pun jadi ragu, "Baiklah, kalau begitu aku akan menemanimu sebentar."Tapi setiap menit berikutnya sangat tersiksa bagi Fendy. Melihatnya cemas dan linglung, Sanny mengirimiku beberapa pesan teks berisi ejekan lagi.Sayangnya, aku tidak melihat pesan teks ini satu pun.Melihat aku tidak membalas, Sanny merasa provokasinya sia-sia, jadi dia

  • Hati Yang Tersakiti   Bab 4

    Tapi sebelum pagi, pintu tiba-tiba terbuka.Brak!Abang dan Ayah bergegas masuk dan langsung menampar aku."Linda! Kakakmu berbaik hati memijatmu, tapi kamu malah berani menendangnya! Apa kamu tidak tahu dia masih sakit?!"Air mata aku mengalir deras di pipi. Melihat keluargaku memarahi aku tanpa mengetahui kebenarannya, hati aku lebih sakit daripada tamparan di wajah aku.Jika nanti, Abang dan Ayah aku tahu bahwa Sanny adalah penyebab kematian ibu, akankah mereka menyesali semua yang mereka lakukan kepada aku hari ini?"Saat kamu lahir, kamulah penyebab kematian ibumu. Dan sekarang kamu bahkan ingin membunuh adikmu?""Linda, kenapa kamu bisa begitu kejam?!"Kata-kata tegas ayah menghantamku seperti hujan badai. Dia bahkan ingin menampar aku lagi. Tapi mungkin karena melihat aku menangis meratap, sedikit rasa kasihan terpancar di wajah Abang.Dia pun menghentikan ayah."Ayah, dia sedang hamil. Lupakan saja."Ayahku sontak mengerutkan kening! Tapi mulutnya lanjut menyalahkanku."Walau

  • Hati Yang Tersakiti   Bab 3

    Melihat tatapannya yang penuh perhatian, hatiku terasa getir. Kurasa dia mempelajari semua hal penuh perhatian ini hanya untuk merawat Sanny.Aku pun meliriknya dan meminum tablet kalsiumnya."Linda, Adik Ipar, apa kalian sudah tidur?" Tanpa menunggu jawaban, Sanny membuka pintu.Sambil memegang sebotol minyak esensial pijat, ia tersenyum penuh perhatian."Adikku sedang hamil dan rentan terhadap edema. Aku baru saja belajar teknik terapi fisik. Biar aku bantu pijitin."Aku mengerutkan kening dan menolak. Kurasa hubunganku dengan Sanny tidak cukup dekat untuk membuatnya mau memijatku."Apa adik tidak suka teknikku?" Sanny menatap Fendy dengan wajah sedih, "Adik Ipar, aku tahu Adik tidak menyukaiku, tapi aku benar-benar tidak berniat jahat..."Fendy pun mencubit wajahku pelan."Sanny merasa kedatangannya ke rumah kita itu mengganggu, jadi dia berpikir untuk melakukan sesuatu sebagai kompensasi. Biarkan dia memijatmu."Hidungku langsung terasa masam. Di antara aku dan Sanny, dia malah memi

  • Hati Yang Tersakiti   Bab 2

    Aku terbaring di rumah sakit seharian, tapi Fendy tidak datang.Keesokan harinya, aku menjalani prosedur pemulangan sendirian dan melewati kamar VIP. Saat itu aku melihat pemandangan yang menyakitkan.Abang dan Ayah sedang menemani Sanny.Yang satu memberinya buah, yang lain membantunya menyalakan TV dan memilih film komedi yang disukainya.Fendy sedang berdiskusi dengan Dokter utama skenario perawatan dengan ekspresi serius.Sementara Sanny menarik-narik ujung baju Fendy dan menunjuk coklat di sampingnya. Fendy mengambilnya lalu membuka bungkusnya dan menyuapkannya.Melihat pemandangan yang begitu hangat dan harmonis, hatiku terasa sakit seperti ditusuk jarum.Mereka adalah keluarga, sementara aku hanyalah orang luar.Aku teringat saat kecil dulu, Sanny dan aku dirawat di rumah sakit karena pneumonia pada saat yang bersamaan.Saat itu Abang dan Ayah sibuk di samping tempat tidur merawatnya.Sementara aku tinggal sendirian di kamar yang sepi dan dingin, tidak ada yang peduli padaku, ak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status