Share

8. Oh hai

   Tidak terasa Ujian Akhir Semester sudah tiba, Fera belajar siang dan malam untuk menghadapi UAS hari ini, dia menyiapkan peralatan ujiannya kedalam tas dan mengendarai sepedanya setelahnya. Mengayuhnya perlahan-lahan sembari mengingat-ingat apa yang dipelajarinya semalaman suntuk.

Pagi ini ujiannya ialah matematika di jam pertama dan bahasa indonesia di jam kedua, ugh sungguh menguras otak Fera yang memang tidak menyukai pelajaran matematika apalagi dijam pertama di pagi hari. 

Bel sekolah belum berbunyi, sepeda Fera sudah memasuki pintu gerbang sekolah dan buk guru dan pak guru yang sedang piket pun berdiri di depan gerbang, Fera turun dari sepedanya dan menyalami guru-guru itu satu-persatu sebelum menaikinya lagi hingga ke tempat parkir. 

Fera turun dari sepedanya dan menurunkan penompang belakang sepedanya lalu mengunci ban sepeda depannya sambil duduk dan menundukkan kepalanya. Suara motor terdengar di belakang punggungnya dan orang itu mematikan mesin motornya. 

Fera selesai memasang pengaman dan bangkit berdiri dia mengambil tasnya yang di taruh didalam keranjang sepedanya dan membalikkan badannya dan melihat Kelvin yang baru saja menurunkan penompang samping motor gedenya. 

"Oh...hai" Sapa Fera terkejut, Kelvin melihat kearahnya dan berkata. 

"Hmm..tumben? Biasanya marah-marah?" Jawab Kelvin juga terkejut. Tidak biasanya cewek ini menyapanya duluan. 

"Hmm? Kapan? Enggak kok" Jawab Fera Ketus. 

"Tuh kan udah marah lagi" Tuding Kelvin, dia menaruh helmnya diatas kaca spion dan mengambil tasnya buru-buru mengikuti Fera yang berjalan didepannya. 

"Enggak ah, perasaan kamu aja.." 

Jawab Fera biasa saja dia berniat untuk mengabaikan Kelvin namun dia tiba-tiba teringat tentang Levi yang kemaren melaporkannya ke guru dan mencari cara untuk meminta-maaf pada Kelvin soal itu dan memintanya untuk jangan menaruh dendam padanya.

" Uhmm.. Kelvin"

Panggil Fera tiba-tiba, Kelvin yang berada dibelakang Fera menjawab acuh. 

"Ya?"

"Itu, soal kemaren pas kamu dilapangan, kamu itu lagi dihukum karena apa?" Pertama-tama Fera mencoba untuk mengklarifikasi apakah kemaren Kelvin melihat siapa yang memberitahukan mereka atau tidak.  

"Ohh... itu karena teman sebangkumu yang laporin kami  karena ngerokok dibelakang lab"Jawab Kelvin agak kesal ketika mengingatnya kembali dia kembali mengingat akan membalas perbuatannya. Namun perkataan Fera selanjutnya membuatnya mengurungkan niatnya. 

"uhmm tapi menurutku kalian salah sih, ngapain juga kalian ngerokok disekolah dan ngerokok kan berbahaya bagi kesehatan tubuh, Levi ngelakuin itu biar kalian insaf dan nggak ngerokok lagi disekolah. Maaf jika kamu kesal karena dihukum sewaktu itu tapi kurasa itu dapat menjadi pelajaran untuk kalian juga. Kamu tau gak banyak orang yang sakit jantung dan kanker paru-paru karena merokok?" 

"entah.."

"Ayah aku perokok berat dan sekarang menderita penyakit jantung sampai-sampai jalan saja pun susah karena jantungny tidak tahan. Lebih baik hentikan kebiasaan itu sebelum tubuh muda kalian rusak sebelum waktunya. Oke kalau gitu aku duluan" Lalu setelah mengatakan itu Fera pun pergi ke kelas tempat ujiannya dilaksanakan. 

Kelvin juga meneruskan langkahnya mencari kelas mana yang akan dimasukinya kali ini saat ujian. 

Yang rupa-rupanya berada di samping kelasnya Fera. 

Hari ini Fera dan Levi tidak duduk sebangku namun masih sekelas karena guru mengacak nomor meja dengan anak kelas multimedia dan akuntasi sehingga teman-teman mereka pun pada berpencar. 

"Levi!!! Kita sekelas!" 

"Iya Fer, tapi beda bangku!" 

"Itulah jadi sedih, oh iya jangan lupa bagi-bagi yoo"

"Samalah Fer hehe" 

Satu persatu orang memasuki ruangan, Fera sedang berbincang-bincang dengan Levi dikursinya Levi sampai bel pun berbunyi dan Faber memasuki ruangan. Membuat seluruh nafas yang sedang dihirup Fera tertahan di paru-parunya. 

"Vi,"

"Iya kenapa?" jawab Levi penasaran lalu melihat kearah yang dilihat oleh Fera. Dia melihat Faber yang duduk dikursi sebelahnya Fera dan menaruh tasnya dikursi saat dihampiri oleh teman sekelasnya. 

"Wow Fer, Ini benar-benar luar biasa" 

"Iya vi i know, akan kugunakan kesempatan in untuk pdkt dengannya"

"Iya Fer! go Ahead! aku mendukungmu!"

Mereka berbincang sembari melihat kagum kearah kursinya Fera. 

Dalam hatinya Fera berkata 'Apakah ini yang dinamakan dengan takdir?'

Bersambung~

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status