Share

Bab 6

Author: Jayfi
Malam itu, Libby langsung diikat oleh Mike dan dilemparkan ke ruang bawah tanah.

Di balik pintu besi, suara Mike sedingin es. "Libby, aku sudah bilang kamu nggak boleh memberi tahu Prilly. Kenapa kamu selalu nggak menurut?"

Tubuh Libby langsung gemetar hebat. Napasnya memburu. Dia memakai seluruh tenaganya untuk memukul keras pintu besi itu. "Bukan aku! Aku nggak mencarinya .... Cepat keluarkan aku .... Aku bisa mati di sini ...."

Tenaganya semakin melemah, sementara pria di luar pintu tidak menunjukkan sedikit pun belas kasihan.

"Libby, kalau sudah berbuat salah, harus menerima hukuman. Hari ini kamu diam di dalam sana untuk introspeksi diri."

Begitu cahaya terakhir padam, ruang bawah tanah itu sepenuhnya tenggelam dalam kegelapan yang pekat.

Padahal dia tahu Libby memiliki klaustrofobia yang parah, tetapi tetap menghukumnya dengan cara yang paling ditakutinya.

Libby meringkukkan tubuh di sudut ruangan, memeluk dirinya sendiri. Napasnya tersengal-sengal.

Sebelum kehilangan kesadaran, sekelebat ingatan muncul di benaknya. Tahun itu dia sedang mencuci piring di dapur belakang restoran. Saat para koki pulang, dapur dikunci, menyisakan dirinya sendirian.

Dalam keputusasaan, dia menelepon Mike untuk meminta bantuan. Jaraknya sepuluh kilometer, tetapi Mike hanya butuh sepuluh menit untuk sampai dan menyelamatkannya.

Belakangan dia baru tahu, demi tiba secepat mungkin, Mike menerobos belasan lampu merah sepanjang jalan.

Libby menangis sambil memarahinya bodoh. Bagaimana kalau sampai kecelakaan?

Mike justru memeluknya erat. "Hidupmu lebih penting dari hidupku. Tanpamu, hidupku nggak ada artinya."

Dulu, Mike memang pernah mencintainya dengan begitu tulus. Namun, sekarang demi Prilly, hidup mati Libby pun tak lagi dia pedulikan.

Setetes air mata mengalir di sudut mata. Libby akhirnya benar-benar pingsan.

....

Keesokan paginya, barulah dia ditarik keluar dari ruang bawah tanah. Sinar matahari menyinari wajahnya. Terlalu silau.

Mike duduk dengan setelan jas di halaman. Dia mengamati Libby yang begitu berantakan dengan santai. "Gimana rasanya dikurung? Kalau nanti kamu berani ganggu Prilly lagi, hukumannya nggak akan sesederhana semalam."

Hati Libby menegang. Mike mengenalnya, tentu tahu di mana letak luka yang paling menyakitkan.

Libby mengangkat wajah dan memandang pria itu. Hawa dingin merayap di tulang belakang. Dengan mata memerah, dia berusaha berdiri, lalu tiba-tiba tersenyum. "Nggak akan lagi."

Mike tidak menoleh lagi dan pergi dengan terburu-buru.

Libby berjalan tertatih-tatih menuju rumah sakit. Dia tidak ingin Qaila melihat keadaannya yang mengenaskan.

Namun, baru beberapa langkah melewati gerbang, pandangannya mendadak menjadi gelap. Beberapa pria bertubuh besar menculiknya ke dalam mobil.

Saat membuka mata lagi, dia mendapati dirinya dan Prilly sama-sama diikat di sebuah pabrik tua. Dua pria masing-masing menodongkan pisau ke leher mereka.

Tak lama kemudian, Mike tiba. Melihat pemandangan itu, tatapannya langsung panik. "Kalian siapa? Lepaskan mereka berdua! Kalau ada masalah, hadapi aku!"

"Pak Mike garang sekali!" Seorang pria kurus keluar dari balik bayangan. Suaranya sedingin udara malam. "Entah Pak Mike masih ingat aku atau nggak?"

Begitu melihat wajah pria itu, ekspresi Mike berubah drastis. "Winston? Apa kamu gila? Kejadian waktu itu bukan salahku. Karena kondisi tubuhmu, kantor pusat menyerahkan kesempatan promosi itu padaku."

"Begitu ya? Semua orang tahu demi naik jabatan, kamu rela melakukan apa saja. Aku menganggapmu sahabat, tapi kamu justru mengkhianatiku. Sekarang perusahaanmu mau melantai di bursa, sementara aku nggak punya apa-apa." Winston terkekeh-kekeh. Tatapannya menyapu Prilly dan Libby.

"Mike, dulu kamu memaksa perusahaan untuk memilihmu. Jadi sekarang, gimana kalau kamu juga memilih sekali? Di antara dua perempuan ini, pilih satu. Yang satu lagi, aku yang bakal urus."

Prilly menangis sejadi-jadinya, menjerit ketakutan, "Mike, tolong aku! Kamu harus selamatkan aku!"

Libby menahan napas. Jantungnya berdebar kencang.

Mike akhirnya benar-benar panik. "Lepaskan mereka. Kamu mau uang, 'kan? Berapa? Sebut saja. Aku kasih semuanya."

Tatapan Winston tiba-tiba menjadi ganas. "Kalau Pak Mike nggak mau memilih, ya sudah, satu pun nggak akan kukembalikan."

Dia memberi isyarat. Para penjahat di samping mereka serempak menusukkan pisau ke arah Prilly dan Libby.

Darah langsung berceceran di lantai.

Prilly menjerit sekeras-kerasnya, sementara Libby mengepalkan tangan dengan erat. Wajahnya pucat seperti kertas. Keringat dingin mengalir deras dari pelipis. Seluruh tubuhnya bergetar menahan sakit.

Melihat itu, Mike tak bisa tenang lagi. Matanya memerah. Dia memekik, "Berhenti! Aku pilih!"

Winston menyeringai dengan dingin dan kejam. "Kalau begitu, Pak Mike mau pilih siapa? Istri yang menemanimu bertahun-tahun? Atau putri Keluarga Marwies yang bisa membantumu menjadi orang terkaya?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hatiku Hancur Bersama Perceraian yang Dilayangkan   Bab 17

    Manuel, lulusan unggulan, psikolog terkenal, muda dan berprestasi. Baik dari penampilan maupun status, semuanya adalah tipe yang disukai wanita.Mike datang ke kantor Manuel.Manuel melihat pria di depannya yang tampak lusuh. Dia bertanya sesuai prosedur, "Maaf, apa sudah buat janji sebelumnya?""Kamu Manuel, 'kan?" Nada Mike penuh provokasi."Ya, aku Manuel. Kamu siapa?" Manuel melihat pria yang tampak marah itu dengan heran.Saat ini, Mike sudah menahan amarah sekuat mungkin. "Tolong jauhi Libby. Dia itu milikku! Lebih baik kamu punya sedikit kesadaran diri dan segera hilang dari hidupnya!"Wajah lembut Manuel tampak sedikit terkejut, tetapi kemudian kembali tenang. Dia kira-kira sudah bisa menebak identitas pria ini. "Kamu mantan suaminya, 'kan? Libby pernah menyebutmu.""Kalau kamu tahu hubungan kami, kamu seharusnya paham bahwa perasaan kami itu bukan sesuatu yang bisa kamu campuri."Mendengar itu, alis Manuel langsung mengerut. Dia melihat Mike yang seperti orang gila dari atas s

  • Hatiku Hancur Bersama Perceraian yang Dilayangkan   Bab 16

    Mike menginap di sebuah hotel dekat rumah Qaila. Setiap pagi dia muncul tepat waktu di depan rumah Qaila, membawa berbagai jenis bunga segar. Dia pun memasak sendiri makanan favorit Libby, lalu mengemasnya dan mengantarkannya. Dia bahkan menulis beberapa surat cinta dan menitipkannya pada pembantu untuk diberikan kepada Libby.Seminggu kemudian, Libby akhirnya memutuskan untuk bicara dengannya."Mike, sebenarnya kamu mau apa?" Nada suara Libby penuh jarak, bahkan mengandung rasa muak."Libby, aku salah. Aku datang untuk minta maaf. Bisa nggak kamu kasih aku kesempatan buat menebus semuanya?" Suara Mike sedikit bergetar."Menurutku, aku sudah bicara dengan sangat jelas." Suaranya tenang tanpa sedikit pun kehangatan. "Di antara kita, semuanya sudah berakhir. Tolong jangan lakukan hal-hal yang nggak ada artinya lagi.""Belum berakhir! Buatku, semuanya nggak pernah berakhir!" Mike membantah dengan cemas, matanya memerah."Libby, aku tahu kamu benci aku, kamu dendam padaku, dan semua itu pa

  • Hatiku Hancur Bersama Perceraian yang Dilayangkan   Bab 15

    Mike terdiam sejenak, lalu melanjutkan, "Demi membuat perusahaan IPO, aku menyakiti Libby, mengkhianati perasaan Libby padaku. Sekarang aku sudah tahu aku salah. Aku berharap Bibi bisa memberiku satu kesempatan, memberiku kesempatan untuk menebus hubunganku dengan Libby.""Masalah audit perusahaan, aku tahu itu Bibi yang mengendalikan semua itu. Aku pun nggak menyalahkan Bibi karena itu adalah pelajaran yang pantas kudapatkan."Suaranya tercekat karena emosi. "Aku mohon, beri aku satu kesempatan lagi. Bukan kesempatan untuk perusahaan, tapi kesempatan bagiku untuk memperbaiki kesalahan, menjadi manusia baru.""Aku juga mohon ... beri aku dan Libby satu kesempatan. Aku tahu aku nggak pantas, tapi aku benar-benar nggak bisa hidup tanpa dia."Ruangan kantor sunyi. Hanya tersisa suara napas Mike yang berat dan tergesa-gesa.Qaila menatapnya dengan tenang, tetapi matanya setajam pisau, seakan-akan ingin membelah hatinya untuk melihat berapa bagian penyesalan itu benar dan berapa bagian hany

  • Hatiku Hancur Bersama Perceraian yang Dilayangkan   Bab 14

    "Prilly, kamu benar-benar berpikir begitu?"Melihat ekspresi terkejut Mike, di wajah Prilly malah muncul lebih banyak ejekan. "Keluarga Marwies melepaskanmu itu bukan hal aneh. Apa mereka harus tetap memelihara bidak yang sudah busuk dan bau ini, lalu menunggumu menyeret mereka turun, jadi bahan tertawaan seluruh lingkaran bisnis?"Setiap kata menusuk hati. Setiap huruf seperti palu berat yang menghancurkan sisa martabat Mike.Selama ini, dia penuh perhitungan, selalu menimbang untung dan rugi. Namun sampai detik ini, dia baru sadar betapa besar kesalahannya.Dulu, Mike mendekati Prilly dengan tujuan lain. Adapun Prilly, bukankah dia juga melihatnya sebagai investasi potensial?Saat investasi potensial itu kehilangan nilai, Prilly menekan tombol hapus dan mengeluarkannya dari permainan.Di hadapan keluarga seperti Keluarga Marwies, bagaimana Mike bisa dibandingkan dengan keluarga besar yang sesungguhnya?Dalam pertarungan antara "uang lama" dan "uang baru", dia kalah telak.Saat itu, M

  • Hatiku Hancur Bersama Perceraian yang Dilayangkan   Bab 13

    Dia tidak percaya! Dia tidak bisa percaya bahwa Keluarga Marwies akan begitu kejam, begitu tidak sabaran! Lebih-lebih lagi, dia tidak percaya Prilly akan memilih menjauh darinya saat dia berada dalam kesulitan!Padahal Prilly begitu mencintainya, begitu memahami dirinya!Sekarang dia sudah tidak punya apa-apa lagi. Dia tidak bisa kehilangan satu-satunya perempuan yang mencintainya. Dia harus mencari jawabannya!Setelah merapikan diri, Mike mengemudi menuju rumah mewah Keluarga Marwies di daerah paling elite kota. Rumah di lereng bukit itu melambangkan kekayaan dan status.Semakin dekat, hatinya semakin dingin. Rumah Keluarga Marwies diterangi cahaya gemerlap, dari jauh tampak seperti istana kristal. Di luar gerbang besi berukir, mobil-mobil mewah berjejer, pelayan berseragam menyambut dan mengantar para tamu dengan hormat.Siapa pun bisa melihat bahwa di sana sedang digelar sebuah pesta besar. Mike menghentikan mobil, tetapi langsung diadang oleh satpam."Pak, silakan tunjukkan undanga

  • Hatiku Hancur Bersama Perceraian yang Dilayangkan   Bab 12

    Sesaat sebelum keluar negeri, Mike diberitahu bahwa sebelum Grup Bright berhasil melantai di bursa, dia akan dibatasi untuk keluar negeri.Namun, kalau dia tidak pergi mencari Qaila dan Libby untuk menjelaskan situasinya, dengan kondisi perusahaan seperti ini, mustahil perusahaan bisa sukses melantai di bursa.Libby sudah memblokir semua kontaknya, membuatnya sama sekali tidak bisa menghubunginya. Dengan susah payah, dia mendapatkan kontak pribadi Qaila, lalu berkali-kali meneleponnya.Telepon tidak diangkat, dia mengirim pesan. Pesan tidak dibalas, dia mengirim email. Namun, Qaila tetap mengabaikannya.Keputusasaan sedikit demi sedikit menggerogotinya. Dia tidak bisa hanya diam menunggu mati seperti ini, melihat rencana perusahaan untuk melantai di bursa hancur begitu saja.Direktur keuangan mengingatkannya, "Pak Mike, sekarang kita harus bergerak lebih dulu. Karena audit sebelumnya gagal, kita audit di perusahaan lain. Usahakan sebelum IPO, audit kedua bisa selesai."Ucapan itu seola

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status