Short
Selingkuhannya, Pembunuh Orang Tuanya!

Selingkuhannya, Pembunuh Orang Tuanya!

By:  NuttylaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
7Chapters
4views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Kedua mertuaku disengat lebah beracun tak dikenal dan segera dilarikan ke rumah sakit untuk diselamatkan. Aku buru-buru pergi ke Institut Penelitian Serangga mencari bantuan dari suamiku yang juga kepala institut, agar dia bisa membantu dokter melakukan diagnosis. Namun, suamiku malah memanggil satpam untuk menghalangiku masuk. "Aku nggak menangani pekerjaan setelah jam kerja. Ibunya Riana sakit, aku masih harus buru-buru ke sana untuk merawatnya." Aku mencoba menunjukkan surat pemberitahuan kondisi kritis, tapi dia malah merobeknya. "Setiap hari selalu ada orang yang mati, memangnya kenapa kalau orang tuamu mati?" Setelah ayah dan ibu meninggal, aku mengajukan gugatan ke pengadilan dan menuntut Riana yang sengaja menjatuhkan sarang lebah. Suamiku yang menghilang beberapa hari, tiba-tiba muncul di kursi ahli dan memalsukan opini profesional palsu untuk membebaskan Riana dari hukuman. Saat aku memutuskan untuk pergi ke luar negeri, suamiku marah besar. "Orang tuamu sendiri yang umurnya pendek, apa hubungannya kematian mereka denganku? Aku bekerja seharian, apa salahnya kalau aku ingin istirahat?" "Kamu bahkan ingin menyeret Riana ke dalam masalah. Hanya karena keluargamu sendiri berantakan, kamu ingin menghancurkan orang lain. Jahat benar kamu ini! Orang seperti kamu, pantas saja orang tuanya mati!" Melihat wajahnya yang tega membalikkan fakta, aku tiba-tiba menyadari. Ternyata dia sendiri masih belum tahu kalau dia sebenarnya sudah menjadi seorang yatim piatu.

View More

Chapter 1

Bab 1

Aku buru-buru bergegas ke Institut Penelitian Serangga mencari suamiku untuk menyelamatkan ayah dan ibu, tetapi malah ditolak mentah-mentah di depan pintu.

Satpam langsung mengadangku, "Pak Eldo sudah pulang kerja dan nggak menerima urusan lagi, silakan kembali saja." Aku mati-matian menjelaskan bahwa ini soal nyawa, barulah satpam itu melunak dan mengizinkanku masuk.

Suamiku, Eldo, sedang duduk santai di kantor dengan kaki terangkat dan menikmati teh panas dengan tenang.

"Sayang! Cepat ikut aku! Ayah dan Ibu dalam bahaya!"

Eldo hanya mengangkat tatapan dingin dan berkata dengan nada datar, "Bisa ada masalah apa? Kamu tahu sendiri aku nggak menangani urusan setelah jam kerja."

Aku terengah-engah saking cemasnya dan terus mendesaknya, "Ayah dan Ibu disengat ratu lebah, sekarang kondisi mereka kritis!"

Tak kusangka Eldo malah mendengus dingin dan menatapku dengan mengejek. "Disengat ratu lebah, ya bawa saja ke rumah sakit! Buat apa cari aku! Lagi pula, sebentar lagi aku harus jaga orang tua Riana, nggak ada waktu urus masalah remeh di keluargamu!"

Aku benar-benar tidak sempat bertengkar karena cemburu, sehingga hanya bisa berteriak panik, "Ini soal nyawa! Saat genting begini, kamu masih sempat mengurus orang tua adik kelasmu itu?"

Mendengar teriakanku, wajah Eldo seketika menjadi suram. "Angela! Kalau mau bicara, bicara baik-baik! Jangan selalu sindir-sindir! Memangnya kenapa kalau aku bantu Riana jaga ibunya? Berhenti tunjukkan sikap galakmu itu, aku muak melihatnya!"

Waktu terus berjalan. Aku tidak peduli lagi dengan kemarahanku dan buru-buru mengeluarkan surat pemberitahuan kondisi kritis.

Siapa sangka, Eldo langsung merebutnya dan merobek-robeknya. "Sudah cukup! Mau orang tuamu mati pun, apa hubungannya denganku? Aku cuma ingin istirahat setelah pulang kerja, salahnya di mana? Kalau orang tuamu berumur pendek, siapa yang bisa disalahkan!"

Usai bicara, Eldo melihat jam di pergelangan tangannya dan mengambil jas, lalu hendak pergi dengan tergesa-gesa.

"Jangan halangi aku! Kalau sampai aku terlambat jaga orang tua Riana, aku nggak akan biarkan masalah ini begitu saja!"

Aku mencoba menghalangi, tapi Eldo malah mendorongku dengan kasar. Tatapan matanya penuh dengan rasa jijik, seolah-olah sedang melihat sampah di pinggir jalan.

Belum sempat aku berpikir lebih jauh, tiba-tiba masuk telepon dari rumah sakit. "Bu Angela! Orang tua Anda sudah kritis, segera kembali ke rumah sakit!" Begitu telepon terputus, aku segera naik mobil menuju rumah sakit.

Di dalam mobil, sopir menambah kecepatan, sementara pikiranku terasa kosong seketika.

Tadi pagi, ayah dan ibu mertuaku pergi ke gunung untuk memetik jamur liar. Mereka bilang jamur itu bergizi tinggi, bisa dimasak menjadi sup untuk menyehatkan tubuh. Ibu mertua selalu mengkhawatirkan tubuhku yang lemah dan sering kali mengusahakan berbagai cara agar aku bisa mendapat asupan gizi.

"Angela, kamu tunggu saja di rumah, ya. Udara di gunung terlalu dingin, kamu jangan ikut naik."

Namun hingga siang hari, sosok mereka berdua tak kunjung terlihat kembali. Yang datang justru sebuah telepon.

"Halo, ada dua orang tua yang disengat ratu lebah, apa Anda keluarganya? Cepat datang ke sini!" Saat aku tiba di lokasi, ayah dan ibu mertua sudah jatuh koma. Tubuh mereka penuh dengan bengkak merah, hanya samar-samar masih bisa dikenali wajahnya.

Tanganku bergetar tanpa bisa dikendalikan, tubuhku terasa dingin membeku seolah terperosok ke dalam lubang es.

"Masih bengong apa! Cepat panggil ambulans!" Tersadar oleh teriakan orang sekitar, barulah aku kembali ke realita.

Karena kejadian terjadi di lereng gunung, butuh waktu hampir setengah jam sebelum tim medis berhasil sampai. Melihat kondisi kedua mertuaku, dokter di ambulans mengerutkan dahi dengan wajah serius.

"Andai saja kita tahu jenis ratu lebah apa yang menyengat, masih ada harapan. Tapi kalau obatnya nggak tepat sasaran, terlambat sedikit saja bisa berakibat fatal!" Mendengar itu, jantungku seolah tersentak keras.

"Suamiku bekerja di Institut Penelitian Serangga, dia pasti tahu!" Aku segera meminta dokter agar membawa ayah dan ibu mertua ke rumah sakit lebih dulu, sementara aku berniat menyusul bersama Eldo.

Namun, tak pernah terbayangkan olehku bahwa Eldo tega mengabaikan orang tuanya sendiri demi merawat orang tua Riana.

Saat aku tiba di rumah sakit, dokter hanya bisa menggelengkan kepala dengan penuh penyesalan.

"Maaf sekali, Bu Angela, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Racun itu menyebar sangat cepat ke sistem saraf pusat. Karena tidak bisa diberi obat yang tepat, nyawa mereka sudah tak tertolong lagi. Silakan masuk untuk melihat mereka terakhir kalinya."

Menatap ayah dan ibu mertuaku yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit, hatiku terasa pedih.

Tubuh mereka yang disengat ratu lebah, wajahnya sudah berubah dan sekujur badannya bengkak, bahkan saluran pernapasan pun tertekan hingga tak bisa bicara.

"Anak ... anakku ...."

Aku buru-buru mendekat untuk menggenggam tangan ibu mertua, lalu menundukkan telinga agar bisa mendengar suaranya yang sangat lemah. Belum sempat dia menyelesaikan kata-katanya, tangan ibu mertua terkulai lemas.

Detik berikutnya, alat monitor detak jantung mengeluarkan bunyi alarm tajam yang memekakkan.

Tak lama setelah ibu mertua pergi, ayah mertua pun mengembuskan napas terakhir. Hanya dalam satu hari, Eldo kehilangan kedua orang tuanya dan seketika menjadi seorang yang sebatang kara.
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
7 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status