LOGINManuel, lulusan unggulan, psikolog terkenal, muda dan berprestasi. Baik dari penampilan maupun status, semuanya adalah tipe yang disukai wanita.Mike datang ke kantor Manuel.Manuel melihat pria di depannya yang tampak lusuh. Dia bertanya sesuai prosedur, "Maaf, apa sudah buat janji sebelumnya?""Kamu Manuel, 'kan?" Nada Mike penuh provokasi."Ya, aku Manuel. Kamu siapa?" Manuel melihat pria yang tampak marah itu dengan heran.Saat ini, Mike sudah menahan amarah sekuat mungkin. "Tolong jauhi Libby. Dia itu milikku! Lebih baik kamu punya sedikit kesadaran diri dan segera hilang dari hidupnya!"Wajah lembut Manuel tampak sedikit terkejut, tetapi kemudian kembali tenang. Dia kira-kira sudah bisa menebak identitas pria ini. "Kamu mantan suaminya, 'kan? Libby pernah menyebutmu.""Kalau kamu tahu hubungan kami, kamu seharusnya paham bahwa perasaan kami itu bukan sesuatu yang bisa kamu campuri."Mendengar itu, alis Manuel langsung mengerut. Dia melihat Mike yang seperti orang gila dari atas s
Mike menginap di sebuah hotel dekat rumah Qaila. Setiap pagi dia muncul tepat waktu di depan rumah Qaila, membawa berbagai jenis bunga segar. Dia pun memasak sendiri makanan favorit Libby, lalu mengemasnya dan mengantarkannya. Dia bahkan menulis beberapa surat cinta dan menitipkannya pada pembantu untuk diberikan kepada Libby.Seminggu kemudian, Libby akhirnya memutuskan untuk bicara dengannya."Mike, sebenarnya kamu mau apa?" Nada suara Libby penuh jarak, bahkan mengandung rasa muak."Libby, aku salah. Aku datang untuk minta maaf. Bisa nggak kamu kasih aku kesempatan buat menebus semuanya?" Suara Mike sedikit bergetar."Menurutku, aku sudah bicara dengan sangat jelas." Suaranya tenang tanpa sedikit pun kehangatan. "Di antara kita, semuanya sudah berakhir. Tolong jangan lakukan hal-hal yang nggak ada artinya lagi.""Belum berakhir! Buatku, semuanya nggak pernah berakhir!" Mike membantah dengan cemas, matanya memerah."Libby, aku tahu kamu benci aku, kamu dendam padaku, dan semua itu pa
Mike terdiam sejenak, lalu melanjutkan, "Demi membuat perusahaan IPO, aku menyakiti Libby, mengkhianati perasaan Libby padaku. Sekarang aku sudah tahu aku salah. Aku berharap Bibi bisa memberiku satu kesempatan, memberiku kesempatan untuk menebus hubunganku dengan Libby.""Masalah audit perusahaan, aku tahu itu Bibi yang mengendalikan semua itu. Aku pun nggak menyalahkan Bibi karena itu adalah pelajaran yang pantas kudapatkan."Suaranya tercekat karena emosi. "Aku mohon, beri aku satu kesempatan lagi. Bukan kesempatan untuk perusahaan, tapi kesempatan bagiku untuk memperbaiki kesalahan, menjadi manusia baru.""Aku juga mohon ... beri aku dan Libby satu kesempatan. Aku tahu aku nggak pantas, tapi aku benar-benar nggak bisa hidup tanpa dia."Ruangan kantor sunyi. Hanya tersisa suara napas Mike yang berat dan tergesa-gesa.Qaila menatapnya dengan tenang, tetapi matanya setajam pisau, seakan-akan ingin membelah hatinya untuk melihat berapa bagian penyesalan itu benar dan berapa bagian hany
"Prilly, kamu benar-benar berpikir begitu?"Melihat ekspresi terkejut Mike, di wajah Prilly malah muncul lebih banyak ejekan. "Keluarga Marwies melepaskanmu itu bukan hal aneh. Apa mereka harus tetap memelihara bidak yang sudah busuk dan bau ini, lalu menunggumu menyeret mereka turun, jadi bahan tertawaan seluruh lingkaran bisnis?"Setiap kata menusuk hati. Setiap huruf seperti palu berat yang menghancurkan sisa martabat Mike.Selama ini, dia penuh perhitungan, selalu menimbang untung dan rugi. Namun sampai detik ini, dia baru sadar betapa besar kesalahannya.Dulu, Mike mendekati Prilly dengan tujuan lain. Adapun Prilly, bukankah dia juga melihatnya sebagai investasi potensial?Saat investasi potensial itu kehilangan nilai, Prilly menekan tombol hapus dan mengeluarkannya dari permainan.Di hadapan keluarga seperti Keluarga Marwies, bagaimana Mike bisa dibandingkan dengan keluarga besar yang sesungguhnya?Dalam pertarungan antara "uang lama" dan "uang baru", dia kalah telak.Saat itu, M
Dia tidak percaya! Dia tidak bisa percaya bahwa Keluarga Marwies akan begitu kejam, begitu tidak sabaran! Lebih-lebih lagi, dia tidak percaya Prilly akan memilih menjauh darinya saat dia berada dalam kesulitan!Padahal Prilly begitu mencintainya, begitu memahami dirinya!Sekarang dia sudah tidak punya apa-apa lagi. Dia tidak bisa kehilangan satu-satunya perempuan yang mencintainya. Dia harus mencari jawabannya!Setelah merapikan diri, Mike mengemudi menuju rumah mewah Keluarga Marwies di daerah paling elite kota. Rumah di lereng bukit itu melambangkan kekayaan dan status.Semakin dekat, hatinya semakin dingin. Rumah Keluarga Marwies diterangi cahaya gemerlap, dari jauh tampak seperti istana kristal. Di luar gerbang besi berukir, mobil-mobil mewah berjejer, pelayan berseragam menyambut dan mengantar para tamu dengan hormat.Siapa pun bisa melihat bahwa di sana sedang digelar sebuah pesta besar. Mike menghentikan mobil, tetapi langsung diadang oleh satpam."Pak, silakan tunjukkan undanga
Sesaat sebelum keluar negeri, Mike diberitahu bahwa sebelum Grup Bright berhasil melantai di bursa, dia akan dibatasi untuk keluar negeri.Namun, kalau dia tidak pergi mencari Qaila dan Libby untuk menjelaskan situasinya, dengan kondisi perusahaan seperti ini, mustahil perusahaan bisa sukses melantai di bursa.Libby sudah memblokir semua kontaknya, membuatnya sama sekali tidak bisa menghubunginya. Dengan susah payah, dia mendapatkan kontak pribadi Qaila, lalu berkali-kali meneleponnya.Telepon tidak diangkat, dia mengirim pesan. Pesan tidak dibalas, dia mengirim email. Namun, Qaila tetap mengabaikannya.Keputusasaan sedikit demi sedikit menggerogotinya. Dia tidak bisa hanya diam menunggu mati seperti ini, melihat rencana perusahaan untuk melantai di bursa hancur begitu saja.Direktur keuangan mengingatkannya, "Pak Mike, sekarang kita harus bergerak lebih dulu. Karena audit sebelumnya gagal, kita audit di perusahaan lain. Usahakan sebelum IPO, audit kedua bisa selesai."Ucapan itu seola







