Tanpa adanya perbincangan, makan malam saat ini sunyi oleh suara manusia namun dentingan garpu dan sendok memenuhi riuhnya keheningan. Aricia dipaksa makan malam bersama Duke, meski saat ini Aricia hanya merasakan makan malam yang nuansa dingin. Secara tiba-tiba melalui pesan yang disampaikan dari Davis, seorang Duke Victor yang senantiasa sibuk hendak makan malam bersamanya, alhasil Aricia harus berpakaian rapi, bersiap-siap dengan cantik dan tentu saja melakukan mandi dengan rendaman rempah yang wangi.Aricia memandangi Duke yang sedang memotong daging asapnya dengan elegan. Ya, Pria itu memang anggun dalam tindakan kesehariannya sebagai bangsawan terhormat tapi ia cukup begis di medan perang. Aricia tahu dari desas-desus disekitaran mansion jika tuan pemilik mansion ini tak sengan-segan memenggal pengkhianat yang tinggal di tempat ini bahkan kabarnya Duke pernah kembali ke mansion membawa gagang pedang yang masih terdapat tangan seseorang.Aricia mendadak gugup kala Duke membalas t
"Apa ... apa yang sudah kau lakukan!" kedua mata Aricia membelalak dengan wajahnya yang merah seperti kepiting rebus. Aricia masih tak menyangka jika Duke melayangkan ciuman padanya, apalagi wajah Pria berambut pirang itu masih sama datarnya. Aricia jadi kesal karena itu ciuman pertamanya. Aricia memalingkan wajahnya karena kesal. "Kau mencuri ciuman pertamaku!" "Kalau begitu, aku merasa terhormat," sahut Duke. "Kau benar-benar gila," cibir Aricia. Duke melirik Aricia yang salah tingkah dan marah padanya, menurutnya Aricia menggemaskan. "Kau bisa mengatakan semua yang kau mau padaku," ucap Duke."Kau melakukannya dengan sengaja karena bercanda,""Aku menghargai setiap usaha kerasmu, setiap keinginanmu dan sikapmu yang bergerak mendahulukan orang lain daripadamu, sehingga aku anggap ... aku menyukaimu," Bunyi kembang api memecahkan keheningan lagi, sorak rakyat dan warna-warni kembang api di gelapnya malam. Festival indah ini dan malam ini, Aricia malah disuguhkan dengan ucapan Du
"Sebenarnya aku kesal karena serangga-serangga itu menganggu kencan kita," ucap Duke."Aku masih tidak habis pikir denganmu, Victor," celetuk Aricia dengan mendengkus kesalnya. Duke langsung meraih pinggang Aricia agar mendekatinya, ia menghirup cerukan leher mulus Aricia sembari berbisik. "Ini tugasku untuk melindungi rakyatku sementara tugasmu mendukungku." Duke berbisik.Aricia meremang, ia buru-buru menghindari Duke. "A-apa maksudmu?" elak Aricia. "Tugasku juga untuk membasmi serangga-serangga itu," sahut Aricia tak terima, karena ini Quest yang harus ia selesaikan demi menghindari pinalti yang buruk."Aricia ... berdirilah dibelakang, sembuhkan yang terluka dan berlindung," ucap Duke sembari menghadang gerombolan Serangga yang menyerbu. Duke Victor, keturunan dari naga api suci. Tidak ada yang tahu asal-usul kekuatan suci itu berakhir padanya namun kabarnya Duke terdahulu memiliki asmara dengan salah seorang keturunan Naga Api Suci kemudian berakhir memiliki anak haram, dia ada
"Sebenarnya apa yang terjadi padamu?" tanya Aricia sendu sendiri. Ia mengambil kain di dahi Duke kemudian kembali merendamnya pada air dingin namun sebelum itu Duke mendekati pria yang pulas itu.Aricia mendekatkan dahinya pada dahinya Duke. "Panasnya sudah reda," ucap Aricia. "Kenapa kau menempeli wajahmu padaku?""Wuah!" Aricia terperanjat kaget sampai ia melompat mundur. Aricia heran menatap Duke yang menduduki dirinya diranjang sembari memengangi kepalanya. Pria itu mengeram sexy dengan suara serak khas bangun tidur. Aricia menegak salivanya sendiri sembari meletakkan kain kompresnya. "A-aku akan siapkan sarapan," ucap Aricia buru-buru keluar dari kamar Duke. Aricia memang meracau, Duke yang mendengar ucapan Aricia yang hendak membuatkan sarapan untuknya hanya bisa terkekeh seorang diri. "Dasar Healer yang payah," gumamnya. Pria itu pun kembali merebahkan dirinya sembari menatap langit-langit kamarnya itu.Ia teringat lagi kejadian yang lalu. Ia melihat sendiri Aricia menguarka
“Baik, Alphonse ... Aku ingin memberikan berkas laporan dari Duke Victor karena ia berhalangan hadir, Duke sedang sakit.”“Terima kasih sudah bekerja keras atas misimu Aricia.”“Bukan masalah Alphonse, juga demi kesetiaanku terhadap Duke.”Alphonse mendadak membuka kedua matanya dan menatap Aricia yang berdiri tak jauh darinya. “Boleh kuminta sesuatu?”“Apa itu?”“Kemarilah ...,"“Kemarilah," ucap sang Pangeran sembari beranjak duduk. Dia menepuk-nepuk bangku yang kosong disampingnya. Memerintah Aricia untuk duduk disana.Aricia pun mengikuti permintaan sang Pangeran. Dia duduk disana, kemudian sepasang iris violet Aricia terkejut ketika Alphonse Caleum membaringkan kepalanya diatas sepasang paha Aricia yang terduduk. “A-ah ... uhm ... Y-yang mulia?” Gugup Aricia.Pangeran Alphonse malah merebahkan dirinya dengan santai, dia kembali memejamkan kedua kelopak matanya. “Cuaca hari ini bagus bukan?” tanya Pangeran Muda itu kepada Aricia.Aricia membungkam, tindakan seperti ini tidaklah p
"Dengan membiarkannya kembali ke Helian, kau pikir ini bukan penghinaan bagiku?" "Aku sungguh tak menyangka, bangsawan rendahan itu berani menghinaku!" Ratu Clara yang cantik jelita itu menampaki raut wajah aslinya yang begis. Ia murka seorang diri di dalam ruangannya yang mewah dan bergemilang harta itu. Ia berbicara dengan cermin yang memantulkan bayangan dirinya. "Rever bahkan juga jatuh cinta padanya, sekarang Duke dingin dari Utara Helian itu pun sama, padahal apa bagusnya Tikus Got itu!" bentak Ratu Clara murka. "Yang Mulia, hamba melaporkan ... hari ini Healer Gracewill baru saja mendatangi Istana Helian," ucap Suara Seseorang dari luar pintu ruangannya. Pranggg! Ratu Clara melempar gelas kaca yang semula terletak di atas nakas meja. Napasnya menderu dan dadanya naik turun usai mendengar laporan itu. Ia bahkan diam-diam menyuruh orang suruhannya mengawasi Aricia dan kini Ratu Clara semakin dengki karena Istana Helian mengundang Aricia, ia tahu jika Aricia begitu dihargai
"Aricia!"Aricia terkejut kala Pria bermata biru itu mendatanginya. "Bukannya kau sedang berpatroli?" celetuk Aricia."Benar, aku memang sedang bekerja," jawab Duke Victor.Aricia memutarkan kedua bola matanya dengan malas sembari memalingkan wajah kesalnya. Bucin kelewatan, batinnya. "Hari ini, kau tampak cantik," ucap Duke Victor sembari melangkah mendekati Aricia."Aku salut padamu masih bisa mengenaliku dengan penampilan seperti ini," sahut Aricia. Mengingat penyamaran warna mata dan rambutnya jadi berbeda. Ia meraih dagu Aricia agar Aricia menatapnya karena semula Aricia hanya memalingkan wajahnya. Aricia mendadak menatap Pria itu yang sudah duduk di depannya dengan ekspresi menyebalkan. Aricia semula ingin melakukan penelitian kecilnya mengenai dunia ini dan mencari tahu informasi mengenai dirinya namun tanpa disangka malah bertemu dengan Duke di kota."Aricia ... aku masih akan berpatroli, jadi kau mau ikut atau menunggu di Istana?" Duke Victor bertanya sembari menatap kedua
"Aku tahu kedudukanku wahai Dewa, tapi aku merasa dipermainkan atas ketidaktahuanku yang harus terbiasa dengan hidup dari Gadis Healer yang tidak bersalah ini," sahut Aricia berani."Lantas ... apa yang akan membuatmu sudi mengemban tugas ini, Wahai Anakku, Healer?" tanya seorang Wanita berambut hijau cerah.[Dewi Penyembuhan, Panacea][Entitas kuat berusaha membuat kontak jiwa dengan Player?][ya/tidak]Aricia menghela napas cukup panjang, ia tak menduga sosok Dewi hendak menjalin kontak jiwa dengannya. Semua ini pasti ada alasannya tersendiri. "Sejak awal kedatanganku pada dunia ini, Dewi Verdandy mendengar keluhanku atas ketidaktahuan ini sehingga untuk membalas budinya, aku akan mengikuti Dewi Verdandy," putus Aricia."Tapi kau menyangkalnya?" sahut Dewi Panacea.Aricia mengangguk memang semula dia menyangkal perkataan Dewi Verdandy. "Aku hanya merasa tidak adil oleh kematian Aricia Sang Healer legendaris ini harus digantikan olehku," ucap Aricia.Wanita berambut hijau itu mengula