Home / Fantasi / Healer Kesayangan Sang Duke / Episode 8 : Melalang Buana

Share

Episode 8 : Melalang Buana

last update Last Updated: 2024-03-18 00:39:49

[Plumeria, Kerajaan Para Healer]

Pemberitahuan muncul dari pandangan Aricia saat tiba di depan sebuah istana megah serba permata hijau. Aricia menuruni anak tangga dari kereta kuda namun sebuah tangan dengan sigap menangkap dengan gentleman. Aricia melirik ketus Duke yang rupanya berusaha membantu Aricia menuruni tangga.

"Aku bisa sendiri," ketus Aricia garang. 

Duke Si Wajah datar menatap Aricia dengan dingin. Ia menunduk sedikit agar setara dengan telinga Aricia. "Perbaiki perkataanmu, Healer," peringatnya. Suara nan dingin dan penuh ancaman itu berhasil membuat bulu kuduk Aricia meremang. 

"Aricia Gracewill, Selamat datang kembali di Plumeria," ucap seorang Pria berzirah yang mendatangi Aricia. 

[Ksatria Rever Francieli, Ksatria suci dari Plumeria]

Panel pemberitahuan itu muncul dan Pria itu menarik perhatian Aricia seperti seorang tokoh novel romansa remaja. Pria yang jadi tipikal madu menarik perhatian. Pria yang tampan rupawan dan ramah, tentu saja pandai bergaul. Pria itu mendatangi Alessa lebih dulu seolah mengenalnya cukup lama. 

"Aricia, ini sungguhan dirimu," ucap Pria itu. 

Aricia menatap heran. Pria yang charming ini tak pernah sekali Aricia kenali. "Maaf ... siapa?" celetuk Aricia.

"Demi Dewi, Aricia ini aku Rever Francieli, kita berteman sejak kecil!" 

Duke menjadi risih dengan interaksi Ksatria itu. Duke lantas mendeham basah. "Healer, aku menunggumu," sela Duke.

"Sejak kapan kau berinteraksi dengan Monster Dingin ini, Ricchie?" celetuk Ksatria itu tampak familiar dengan Aricia. 

Aricia melirik wajah masam Duke saat itu. Ingin sekali Aricia tertawa terbahak-bahak karena sikapnya Duke saat itu sama sekali bukan seperti sikap biasanya yang dingin dan kaku. "Seperti yang Anda tahu, aku ini baru bangkit dari kematian jadi ingatanku sedikit .... hilang." Aricia beralasan. 

"Oh, pantas saja, kalau begitu Ratu sudah menunggu kedatanganmu, Ricchie," ucap Ksatria itu sembari meraih pergelangan tangan Aricia dengan santai.

Duke membelalakkan kedua mata biru terangnya kemudian meraih tangan Aricia. Ia menahan pergerakan Ksatria yang hendak menggandeng Aricia memasuki istana. "Perhatikan posisimu, Francieli," tegas Duke tampak marah.

"Wahai Duke Ashkings, Anda bersusah payah dan jauh-jauh dari Helian menuju Plumeria untuk keributan ini?" sindir Ksatria Ashkings. "Ricchie berasal dari Plumeria, ini negaranya, rumahnya," ucap Ksatria itu.

Aricia menggeleng sebelum kepalanya meledak karena pusing. Tampaknya Kerajaan Helian dan Plumeria memang tak begitu akur. Maka dari itu Aricia melepaskan kedua tangan Pria yang sedang merebutkannya. "Aku bisa sendiri, jadi Duke lebih baik kembalilah ke Helian dan kau, Francieli tunjukkan jalanku menemui Ratu," ucap Aricia kesal. 

Aricia terpukau oleh koridor istana yang megah dan luas, belum lagi ornamen batu-batu permata hijau disetiap pilarnya yang megah itu. Aricia hanya berjalan lurus mengekori langkah Sang Ksatria. Beberapa saat lalu Aricia meninggalkan Duke Ashkings seorang diri di dekat kereka kudanya. 

"Ricchie katakan sesuatu, bagaimana kau bisa hidup lagi?" tanya Ksatria Rever dengan nada yang sendu. 

Aricia tertegun mendengar pertanyaan itu. Tidak mungkin ia ceritakan jika dia dari zaman berbeda kemudian tewas dan ada di tubuh Aricia Gracewill yang kebetulan saat ini seharusnya sudah mati muda. Aricia menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu.

"Karena ... aku menolak takdir mati muda," jawab Aricia dengan asal.

"Oh, ternyata Dewi mengabulkan doamu ya," sahut polos Ksatria itu.

Aricia menghela napas dan tersenyum seadanya. Hidup lamanya begitu kejam dan ia tak bisa percaya dengan orang-orang sekitarnya berkat hal itu. "Mungkin saja," ucap Aricia saat tiiba di depan sebuah pintu berukiran emas. 

Ratu sudah duduk di atas takhtanya, matanya terpaku pada kedatangan Aricia. Wanita bermahkota berlian yang indah pula. Wajahnya ditutupi oleh selendang tipis namun masih menampaki siluet Wanita muda yang cantik rupawan dengan gaun megahnya itu. Dia hanya menatap Aricia tanpa ekspresi apapun.

"Aricia Gracewill, selamat datang," ucap Ratu.

[Ratu Clara Rosendale, Virgin Queen yang memimpin kerajaan Plumeria]

Lagi-lagi panel yang hanya bisa Aricia lihat itu terpampang jelas di depannya. Aricia segera menunduk memberi hormat pada Ratu itu. "Hamba mendatangimu Yang Mulia, sesuai dengan undangan yang Anda perintahkan," ucap Aricia. 

Suara langkah derapan kaki terdengar dari arah anak tangga singasana. Ratu tiba-tiba ada di depan Aricia kemudian mengarahkan tangannya untuk menyentuh dagu Aricia agar menghadap padanya. Tangannya terasa dingin meski tampak cantik. 

"Tatap aku Wahai Healer, keajaibanmu usai tiada dan hidup kembali," perintah Ratu.

Aricia membalas tatapan Sang Ratu. Kedua mata merah rubynya menatap sepasang mata hijau yang mirip dengan permata-permata di istana ini. Saat itu Aricia menyadari satu hal, Ratu memang berbicara lembut tapi tatapannya sinis pada Aricia. 

"Ratu, apakah ada yang aneh dariku?" tanya Aricia. 

Aricia, sosok yang seharusnya telah pergi dari dunia ini, kini bangkit kembali. Sebuah berita yang mengguncang kekuasaannya. Dia tak pernah mempercayai bahwa Aricia akan kembali dari kematian, seperti legenda hidup yang menjelma kembali. Kini sosok yang Ia benci itu ada di hadapannya.

"Aku turut berduka atas kematianmu dan turut berbahagia atas kehidupanmu lagi," sahut Ratu sembari melepaskan tangannya dari dagu Aricia.

Ha ... tipikal Wanita penipu seperti anatagonis dalam sinetron, batin Aricia seolah sudah bisa menerka sifat dari Ratu Clara ini. 

"Namun ... kau seharusnya masih mengingat sumpah setiamu sebagai rakyat bangsa Plumeria," ucap Ratu.

Aricia menaikkan sebelah alisnya karena bingung dengan ucapan Sang Ratu. "Apa maksudmu, Yang Mulia?" tanya Aricia berani.

"Kau harus melaksanakan tugasmu sebagai Healer, kau harus menetap di Plumeria dan tinggalah di Markas Penyembuh," titah Ratu.

Kedua mata Aricia membelalak sempurna. "Yang Mulia, Anda pasti bercanda?" 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 73 : True Ending

    "Sungguh? bagaimana diriku saat itu?" tanya Victor dengan santai."Anda ... salah satu cara keabadian dari Iblis yang gagal didapatkan," jawab Aricia. "Aricia kau tahu, aku benci dongeng ...," ucap Pria itu segera Aricia sela."Dan aku mencintaimu, di versi apa pun itu!" jerit Aricia sembari memundurkan langkahnya. Kedua matanya membelalak karena menatap hal yang tak dapat ia percayai, ia baru saja mengungkapkan perasaannya karena rasa rindu menghantui dirinya. Aricia terisak sendiri. "Aku menderita karena harus berpisah darimu meskipun semua ini karena kebodohanku," ucap Aricia. Aricia berlutut sembari terus terisak. "Meski kau menipuku, memakai wujud dan rupanya, berbicara dengan suaranya, tapi ... aku ....," ucap Aricia tertahan. Ia menyeka air matanya sendiri. "Kau tetap licik, menggunakan penderitaanku untuk menjebakku Iblis!" bentak Aricia. Wajah Aricia menanggah, ia menatap sosok Victor Katsh Braun yang sedang menyeringai tipis padanya. Bagaimana Aricia baru bisa menyadariny

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 72 : Gagal Abadi

    "Memangnya kenapa?" "Jika benar maka kau tak dapat luput dari hadapanku,""Ya, kenapa?""Demi membuktikan jika dongeng turun temurun itu benar maka jika Healer Gracewill bereinkarnasi maka keluarga Katsh Braun bertanggung jawab atas keselamatannya," "Tidak perlu,""Kalau begitu bagaimana jika kita menikah saja?""Apa katamu?!" kedua mata Aricia melotot sempurna. Sudahlah kembali pada hidup yang tak diinginkan tapi ia dijebak lagi untuk menikah dengan Victor lagi. Sejenak saat itu Aricia terdiam, dia pernah menolak Victor meski bertolak belakang dengan perasaannya. "Beri aku waktu untuk memikirkannya," ucap Aricia. Victor Katsh Braun mengangguk. Ia beranjak berdiri untuk pergi dari ruang perawatan ini. Pria itu sempat menatap Aricia sejenak. Samar-samar benaknya menampilkan kilas sosok wanita yang mirip dengan Aricia meski ia sendiri yakin belum pernah bertemu dengan Aricia. "Tuan Braun?" tanya Aricia menatap Pria yang melamun di hadapannya itu.Victor menggeleng. "Maaf, aku akan p

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 71: Kehidupan Tak Diinginkan

    "Aku mengenalmu, jauh sebelum kau bertemu denganku," ucap Aricia. Perasaannya bergemuruh tentu saja, sosok lelaki yang membuatnya cinta setengah mati dan juga membuat Aricia rela mengorbankan dirinya. Aricia sendiri meragukan arti perasaannya pada Victor tapi saat kehidupan itu ditinggalkan kemudian kembali, justru Victor kembali hadir pada sosok Pria ini.Victor Katsh Braun hanya memandangi Aricia dengan heran. Dia tak kenal Aricia sebelum Erika yang mengenalkan Gadis yang hendak bekerja sebagai perawat neneknya itu. "Jangan menatapku begitu, kau seperti orang patah hati padahal aku baru pertama kali bertemu denganmu," ucap Victor dengan nada dingin meskipun suaranya berat. "Lantas kenapa?!" sahut Aricia menginggikan suaranya. "Kenapa? apakah kau mau uang untuk membalas budi jasamu?" sahut Victor tak mau mengalah. Aricia malah menatap geram Victor. Di dunia yang ia kenal, Victor Frederick Ashkings memanglah pria yang arogan. Seharusnya ia terbiasa tapi ini dunia asalnya. Bagaimana

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 70 : Reset

    [Sistem akan melakukan reset pada protagonis]"Eh? apa maksudnya? apakah aku selesai?" tanya Aricia yang bergumam dalam kehampaan itu. Aricia terdiam mendapati dirinya di ruang hampa. Aricia menatap keheningan semua ini. Ia seorang diri kemudian beranjak berdiri. "Aku di mana?" Aricia bergumam seorang diri. Aricia menatap cahaya-cahaya yang berkilau ke sekitarnya kemudian berkumpul membentuk sosok seorang wanita yang bercahaya. Aricia bahkan tak bisa melihat jelas rupa wajahnya. "Siapa kau?" tanya Aricia."Aku selama ini membimbingmu," jawab Wanita itu.Kedua mata Aricia membulat sempurna. "Kaukah Sistem?" Aricia menunjuk Wanita itu. Sang Wanita hanya mengangguk pelan. Sekujur tubuhnya hanyalah cahaya, sampai ia mendekati Aricia kemudian menyentuh pipi kanannya. "Kau memilih Ending yang menyakitkan dirimu sendiri, Aricia." Sang Wanita berucap sembari membelai wajah Aricia. "Kalau begitu, apakah semua orang yang mengenalku sudah melupakanku?" tanya Aricia bernada sendu. Ia memikirkan

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 69 : Protagonis Utama Yang Mati

    "Kalian datang berdua?" Ratu Clara bertanya dengan nada angkuhnya. Ia duduk di singasana hitam, istana yang sudah suram dan banyak monster besar yang menjadi bawahannya. Sekejab mata, Plumeria yang putih sudah jadi gelap. Aricia berdiri di sebelah Victor, Duke yang seharusnya tak perlu bersikap sejauh ini. "Aku berniat mati sendiri, asal kau tahu." Aricia berceletuk sembari tersenyum kecil. "Katakan, bagaimana cara memulihkan semua kekacauan yang kau buat, bedebah!" bentak Aricia yang langsung merubah raut wajahnya.Ratu Clara tertawa terbahak-bahak. Ia menertawakan Aricia yang berani menantang mautnya sendiri. "Clara sudah tiada, aku baru saja melahap habis jiwanya seperti yang ia inginkan ... dia hanya mau kematianmu!" bentak Ratu Clara sembari menuruni singasananya. Aricia langsung waspada. "Victor, aku tak mau kau yang berkorban," tegas Aricia.Duke Victor tertegun mendengar ketangguhan Aricia. Seorang Wanita yang berdiri lebih dulu di depannya bagaikan ksatria yang tangguh. Sek

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 68 : Takdir Masa Depan

    "Tabib Agung ... Helian memberi sinyal meminta bantuan!" "Victor!" teriak Aricia panik. Ia mengabaikan deretan para bangsawan yang menatap Aricia. Saat itu Aricia merasakan jika tangannya digenggam oleh Tabib Agung Gilovich. Aricia langsung menoleh mendapati wajah cemas dari Pria Tua itu. "Guru, anggaplah aku manusia dari antah berantah ... yang telah siap mati," ucap Aricia tersenyum lembut. Tabib Agung Gilovich menggeleng. "Belati itu masih bisa menyegelnya tapi kekasihmu jadi kunci keabadiannya," sahut Pria itu."Aku tahu, aku tahu." Aricia menurunkan tangan Sang Tabib. "Aku tak akan mengambil takhta, aku tidak tahu apakah aku masih hidup usai berhadapan dengan Ratu kalian ... sebaliknya, carilah garis keturunan yang aku yakin masih ada," perintah Aricia dengan suara mengalun lembutnya. Aricia keluar dari Markas Penyembuh. Ia menghela napas, terasa penat karena semuanya tak kunjung usai. Aricia berhenti di depan gerbang Plumeria. Ia merasakan angin senja berhembus pelan membelai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status