Share

Episode 8 : Melalang Buana

[Plumeria, Kerajaan Para Healer]

Pemberitahuan muncul dari pandangan Aricia saat tiba di depan sebuah istana megah serba permata hijau. Aricia menuruni anak tangga dari kereta kuda namun sebuah tangan dengan sigap menangkap dengan gentleman. Aricia melirik ketus Duke yang rupanya berusaha membantu Aricia menuruni tangga.

"Aku bisa sendiri," ketus Aricia garang. 

Duke Si Wajah datar menatap Aricia dengan dingin. Ia menunduk sedikit agar setara dengan telinga Aricia. "Perbaiki perkataanmu, Healer," peringatnya. Suara nan dingin dan penuh ancaman itu berhasil membuat bulu kuduk Aricia meremang. 

"Aricia Gracewill, Selamat datang kembali di Plumeria," ucap seorang Pria berzirah yang mendatangi Aricia. 

[Ksatria Rever Francieli, Ksatria suci dari Plumeria]

Panel pemberitahuan itu muncul dan Pria itu menarik perhatian Aricia seperti seorang tokoh novel romansa remaja. Pria yang jadi tipikal madu menarik perhatian. Pria yang tampan rupawan dan ramah, tentu saja pandai bergaul. Pria itu mendatangi Alessa lebih dulu seolah mengenalnya cukup lama. 

"Aricia, ini sungguhan dirimu," ucap Pria itu. 

Aricia menatap heran. Pria yang charming ini tak pernah sekali Aricia kenali. "Maaf ... siapa?" celetuk Aricia.

"Demi Dewi, Aricia ini aku Rever Francieli, kita berteman sejak kecil!" 

Duke menjadi risih dengan interaksi Ksatria itu. Duke lantas mendeham basah. "Healer, aku menunggumu," sela Duke.

"Sejak kapan kau berinteraksi dengan Monster Dingin ini, Ricchie?" celetuk Ksatria itu tampak familiar dengan Aricia. 

Aricia melirik wajah masam Duke saat itu. Ingin sekali Aricia tertawa terbahak-bahak karena sikapnya Duke saat itu sama sekali bukan seperti sikap biasanya yang dingin dan kaku. "Seperti yang Anda tahu, aku ini baru bangkit dari kematian jadi ingatanku sedikit .... hilang." Aricia beralasan. 

"Oh, pantas saja, kalau begitu Ratu sudah menunggu kedatanganmu, Ricchie," ucap Ksatria itu sembari meraih pergelangan tangan Aricia dengan santai.

Duke membelalakkan kedua mata biru terangnya kemudian meraih tangan Aricia. Ia menahan pergerakan Ksatria yang hendak menggandeng Aricia memasuki istana. "Perhatikan posisimu, Francieli," tegas Duke tampak marah.

"Wahai Duke Ashkings, Anda bersusah payah dan jauh-jauh dari Helian menuju Plumeria untuk keributan ini?" sindir Ksatria Ashkings. "Ricchie berasal dari Plumeria, ini negaranya, rumahnya," ucap Ksatria itu.

Aricia menggeleng sebelum kepalanya meledak karena pusing. Tampaknya Kerajaan Helian dan Plumeria memang tak begitu akur. Maka dari itu Aricia melepaskan kedua tangan Pria yang sedang merebutkannya. "Aku bisa sendiri, jadi Duke lebih baik kembalilah ke Helian dan kau, Francieli tunjukkan jalanku menemui Ratu," ucap Aricia kesal. 

Aricia terpukau oleh koridor istana yang megah dan luas, belum lagi ornamen batu-batu permata hijau disetiap pilarnya yang megah itu. Aricia hanya berjalan lurus mengekori langkah Sang Ksatria. Beberapa saat lalu Aricia meninggalkan Duke Ashkings seorang diri di dekat kereka kudanya. 

"Ricchie katakan sesuatu, bagaimana kau bisa hidup lagi?" tanya Ksatria Rever dengan nada yang sendu. 

Aricia tertegun mendengar pertanyaan itu. Tidak mungkin ia ceritakan jika dia dari zaman berbeda kemudian tewas dan ada di tubuh Aricia Gracewill yang kebetulan saat ini seharusnya sudah mati muda. Aricia menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu.

"Karena ... aku menolak takdir mati muda," jawab Aricia dengan asal.

"Oh, ternyata Dewi mengabulkan doamu ya," sahut polos Ksatria itu.

Aricia menghela napas dan tersenyum seadanya. Hidup lamanya begitu kejam dan ia tak bisa percaya dengan orang-orang sekitarnya berkat hal itu. "Mungkin saja," ucap Aricia saat tiiba di depan sebuah pintu berukiran emas. 

Ratu sudah duduk di atas takhtanya, matanya terpaku pada kedatangan Aricia. Wanita bermahkota berlian yang indah pula. Wajahnya ditutupi oleh selendang tipis namun masih menampaki siluet Wanita muda yang cantik rupawan dengan gaun megahnya itu. Dia hanya menatap Aricia tanpa ekspresi apapun.

"Aricia Gracewill, selamat datang," ucap Ratu.

[Ratu Clara Rosendale, Virgin Queen yang memimpin kerajaan Plumeria]

Lagi-lagi panel yang hanya bisa Aricia lihat itu terpampang jelas di depannya. Aricia segera menunduk memberi hormat pada Ratu itu. "Hamba mendatangimu Yang Mulia, sesuai dengan undangan yang Anda perintahkan," ucap Aricia. 

Suara langkah derapan kaki terdengar dari arah anak tangga singasana. Ratu tiba-tiba ada di depan Aricia kemudian mengarahkan tangannya untuk menyentuh dagu Aricia agar menghadap padanya. Tangannya terasa dingin meski tampak cantik. 

"Tatap aku Wahai Healer, keajaibanmu usai tiada dan hidup kembali," perintah Ratu.

Aricia membalas tatapan Sang Ratu. Kedua mata merah rubynya menatap sepasang mata hijau yang mirip dengan permata-permata di istana ini. Saat itu Aricia menyadari satu hal, Ratu memang berbicara lembut tapi tatapannya sinis pada Aricia. 

"Ratu, apakah ada yang aneh dariku?" tanya Aricia. 

Aricia, sosok yang seharusnya telah pergi dari dunia ini, kini bangkit kembali. Sebuah berita yang mengguncang kekuasaannya. Dia tak pernah mempercayai bahwa Aricia akan kembali dari kematian, seperti legenda hidup yang menjelma kembali. Kini sosok yang Ia benci itu ada di hadapannya.

"Aku turut berduka atas kematianmu dan turut berbahagia atas kehidupanmu lagi," sahut Ratu sembari melepaskan tangannya dari dagu Aricia.

Ha ... tipikal Wanita penipu seperti anatagonis dalam sinetron, batin Aricia seolah sudah bisa menerka sifat dari Ratu Clara ini. 

"Namun ... kau seharusnya masih mengingat sumpah setiamu sebagai rakyat bangsa Plumeria," ucap Ratu.

Aricia menaikkan sebelah alisnya karena bingung dengan ucapan Sang Ratu. "Apa maksudmu, Yang Mulia?" tanya Aricia berani.

"Kau harus melaksanakan tugasmu sebagai Healer, kau harus menetap di Plumeria dan tinggalah di Markas Penyembuh," titah Ratu.

Kedua mata Aricia membelalak sempurna. "Yang Mulia, Anda pasti bercanda?" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status