Share

Episode 7 : Hidup dari Kematian, Tragedi Berdampingan

Aricia bangun di esok paginya. Ia merasakan tubuhnya lebih bugar kemudian panel kembali muncul. Aricia menghela napas mengenai proses pemulihan akibat kelelahan psikis. Aricia tertawa sendiri karena ternyata dirinya mengalami dampak dari stres dan frustasi itu.

"Rasanya ini konyol," gumam Aricia sendiri. Saat Aricia menurunkan kedua kakinya di lantai kayu, masih duduk di pinggiran ranjang kasur. Ia terperanjat mendapati Duke sedang duduk di bangku depan meja riasnya bahkan tengah membaca secarik kertas yang tengah ia pegang.

"Duke, kenapa Anda di sini?" tanya Aricia heran.

Pria itu tak menjawab namun beranjak berdiri sembari menyerahkan secarik kertas itu pada Aricia. "Tampaknya ratu dari kerajaanmu ingin bertemu," ucap Duke.

Aricia meraih secarik kertas itu, ditulis secara resmi oleh seorang wanita. Tulisan yang memberi perintah untuk Aricia menghadapnya secara formal, belum lagi lambang cap bunga plumeria di ujung secarik kertas itu. Aricia menghela napas cukup panjang.

"Tiga hari lagi, Ratu Clara memintaku menghadapnya ke Istana Plumeria," ucap Aricia.

"Setelah itu kau harus ikut denganku ke medan perang, aku butuh Healer untuk menyembuhkanku saat terluka di medan perang." Duke langsung berucap sembari menatap Aricia sejenak kemudian Pria itu beranjak meninggalkan kamarnya.

"Duke tunggu!" cegah Aricia.

Duke menghentikan langkah kakinya. "Apa yang ingin kau katakan?" tanya Duke dingin tanpa menoleh.

Aricia mendadak merasakan kelu pada lidahnya kemudian memilih menggeleng. "Bukan apapun, Duke," ucap Aricia lesu. Aricia hanya bisa menatap Pria itu lekas berlalu meninggalkan ruangannya.

Aricia termangun sendiri. Ia membayangkan betapa menyeramkannya perang, dan marabahaya yang akan ia hadapi. "Aku hanya Healer bukan berarti orang yang bisa membuatmu abadi," gumam Aricia pilu. Ia harus menyadari keberadaannya di samping Duke sebagai budak yang dimanfaatkan.

"Lantas apa bedanya hidup lamaku dengan saat ini?" tanya Aricia seorang diri.

.

.

.

Sementara itu di dataran subur yang indah. Seorang Ratu yang dipuja rakyatnya, seorang wanita elok dan rupawan duduk di dalam kereta kencananya, sosok ratu perawan yang suci. Ratu Clara baru tiba di Kerajaannya. Ia disambut para pelayan yang memengangi gaun panjang suteranya.

Ketika Ratu baru beranjak hendak menuju aula singasana, ksatrianya tiba menghampiri sembari berlutut. "Yang Mulia, jasad Healer Gracewill hilang," ucap Ksatria.

Ratu membelalak terkejut. "Bagaimana bisa?" kejut Sang Ratu.

"Namun kabarnya Healer Gracewill bangkit hidup," sahut Ksatria.

"Apa? tidak mungkin, dia jelas-jelas mati!" Ratu membelalakkan kedua matanya.

"Namun Ratu, Duke Ashkings sudah mengambil Healer Gracewill saat ia bangkit dan kini berada di Kerajaan Helian bersama Duke Ashkings." Ksatria membeberkan pengintaiannya. "Senang rasanya mendengar kabar Aricia kembali hidup," ucap Ksatria tanpa sadar.

Ratu langsung menoleh usai mendengar ucapan Ksatrianya. "Rever, apa maksudmu!" murka Sang Ratu.

Ksatria tercengang usai mendengar Ratu murka. "Ampun Ratu," ucapnya sembari berlutut.

Sang Ratu tersentak karena dia yang susah payah berkelakuan manis jadi buruk di depan pujaan hatinya sendiri. "Beri surat perintah resmi agar Healer Gracewill menemuiku, biar aku pastikan sendiri kematiannya," perintah Ratu.

"Baik Yang Mulia!" Ksatria pun beranjak meninggalkan Ratu meski dia sempat heran atas sikap Sang Ratu padanya. "Tak biasanya Ratu begitu."

Sementara itu Ratu buru-buru masuk ke kamarnya yang luas dan nan megah itu. Dia murka dengan kedua mata melotot dan dada naik turun. Ratu Clara membanting seluruh barang di atas meja riasnya ke sembarang arah.

"Sial! Healer busuk itu kenapa tidak mati!" bentak Sang Ratu pada angin yang kosong.

Ratu Clara Rosendale, penguasa Kerajaan Plumeria para Healer berasal. Ratu yang masih muda dan kekanak-kanakan itu hanya menipu dibalik senyum manis dan sikap pendiamnya yang dibuat-buat. "Keparat! aku sudah jelas-jelas meracuninya sampai mati!" teriak Sang Ratu murka.

"Aku tidak akan bisa membiarkanmu berkeliaran dengan bebas sampai ada di Helian, dasar Wanita Penggoda!" kesal Sang Ratu. Dialah otak dibalik kematian asli dari Aricia Gracewill. Ratu yang sejak lama menaruh rasa dengki padanya. Tiada yang tahu kebenaran ini selain Ratu dan Healer Gracewill yang sudah tiada itu.

Ratu duduk di pinggiran ranjang kasurnya yang menghadap lukisannya bersama kedua orang tuanya itu. "Aku bersumpah Ayah, Ibu, aku akan menghancurkan seluruh keluarga Gracewill termasuk Bangsawan Kecil sombong itu! Healer Angkuh itu, Aricia Gracewill," ucap Sang Ratu.

Tiga Hari Kemudian ...

Malam Hari, Kediaman Duke Ashkings

Aricia tengah mengemasi barang-barangnya karena subuh dia akan mengendarai kuda untuk menuju Kerajaan Plumeria. Aricia padahal baru tiba dari medan perang, berkat kemampuannya Duke bahkan pasukan terbebas dari luka berat meski sebagai gantinya Aricia masih merasa lelah.

"Aku harus membawa perbekalan, oh iya aku lupa ...," ucap Aricia terjeda usai pandangannya mendadak kabur.

Sepasang tangan kekar langsung menangkap tubuh Aricia yang nyaris jatuh itu. Duke tiba dengan sigap menahan tubuh Aricia. "Kau kelelahan, Healer," ucap Duke.

Aricia mendadak sadar dan menggeleng. "Anda selalu datang tiba-tiba ke ruangan orang lain," celetuk Aricia kemudian menyingkirkan tangan Duke dari kedua bahunya. Aricia langsung menduduki dirinya di ujung ranjang kasur meski kepalanya masih terasa pusing.

"Akan aku antar besok pagi," ucap Duke.

Aricia langsung menggeleng. "Tidak perlu Duke," sahut Aricia.

"Kenapa kau keras kepala, Aricia, aku berniat baik padamu," ucap Duke dingin, tanda ia tersinggung.

Aricia menatap langsung sepasang mata biru milik Duke Ashking alias Victor Frederic Ashkings itu. "Aku bekerja dan jangan merasa hutang budi," ucap Aricia tajam.

Duke menyeringai tipis, ini kali pertamanya seorang Wanita menolak ajakannya meski hanya diantar menuju Kerajaan Tetangga. "Hentikan tindakan keras kepalamu itu!" bentak Duke.

"Itu juga berlaku untukmu, Duke," sahut Aricia menantangnya.

Duke mengeraskan rahangnya namun menahan diri agar tak meledak di depan Aricia. Ia mengganti wajah datar menatap Aricia. "Kau memang jadi berbeda, dulu angkuh sekarang semakin angkuh," ucapnya.

"Tidak ada penolakan besok, aku akan mengantarmu menuju Plumeria," putus Duke sembari beranjak pergi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status