Usai membagikan hadiah pada anak-anak di panti, Jeff tidak langsung pulang. Pria itu menyempatkan diri untuk bermain dan seru-seruan dengan mereka sampai dia merasa lelah. Jeff duduk sebentar di atas rerumputan sambil meminum air mineral dingin yang di suguhkan. "Nak Jeff, pasti capek ya meladeni mereka." Ucap Anita seraya menyodorkan pisang goreng pada Jeff. "Enggak, Bu. Saya senang bermain dengan mereka." "Syukurlah. Mereka juga senang kalau kamu datang. Ah iya, di makan dulu Nak Jeff." "Ibu, nggak usah repot-repot." Anita hanya tersenyum lalu duduk di samping Jeff. "Ibu enggak merasa di repotkan. Ayo silahkan di makan." Karena merasa tidak sopan kalau diabaikan, akhirnya Jeff mengambil satu pisang goreng tersebut untuk kemudian dia cicipi. "Nak Jeff, tolong ucapkan terima kasih banyak pada Pak Handoko yang sudah memberikan banyak bantuan untuk panti ini." "Tentu Bu." "Ibu juga berterima kasih banyak pada Nak Jeff yang rela membuan
Rinji terdiam cukup lama usai mendengar pertanyaan itu. Tentu saja, dia bingung. Harus kah dia menjawab jujur, atau berbohong demi kedua identitas nya terjaga? Hingga pada akhirnya Rinji memilih mengatakan ini. "Ayah saya sakit. Jadi saya harus merawatnya." Bukan kah itu yang paling tepat. Dia tidak berbohong, tidak juga mengatakan yang sebenarnya. Tapi pada kenyataan nya, memang benar kan, Ayah nya sakit meskipun sebenarnya Rinji tidak sepenuhnya merawatnya. Dia malahan menggantikan tugas dan tanggung jawab ayah nya di perusahaan. "Ah... Jadi waktu itu kamu terburu-buru ke rumah sakit karena ayah mu?""Iya." Baiklah, Jeff sudah mendapatkan jawaban atas pertanyaan nya selama ini, semenjak Rinji menghilang. "Kamu tahu, Mama saya sempat sedih karena kamu berhenti kerja.""Iya, dia bilang juga begitu." "Hm. Dia suka banget sama kamu. Karena katanya cuma Rinji yang bisa diajak bekerja sama untuk menipu saya supaya datang ke butik
Rinji baru saja menutup laptop nya ketika ponsel nya bergetar dan menampilkan nama Jeff di sana. Lantas dia pun mengambil nya untuk kemudian dia buka isi pesan nya. Ternyata isinya foto langit malam, dimana ada bulan sabit dan dua bintang berjejeran di sekitar nya. Lalu di bawahnya keterangan seperti ini;saya sedang menikmati malam dan melihat bulan sabit. Saya jadi teringat kamu Rinji. Kamu mirip bulan sabit.Karena hal tersebut, Rinji jadi terkekeh sebelum kemudian kedua jempol nya menari diatas benda pipih untuk membalas pesan tersebut. To: Jeff Wahh... Langit nya cantik. Kenapa saya sama kaya bulan sabit?Terkirim. Dan tidak perlu waktu lama, Rinji langsung mendapatkan balasan nya. From: JeffBulan sabit begitu sederhana. Sinar nya hanya setengah. Tetapi dia tetap percaya diri untuk menunjuk kan diri nya. Dan karena kepercayaan diri nya itu lah, dunia yang kebagian gelap nya malam jadi terang karena pantulan sinar nya, mes
Usai menghabiskan waktu bersama di dalam toserba, akhirnya Rinji dan Jeff keluar bersamaan dengan troli yang didorong Jeff menuju parkiran. Belanjaan mereka terlalu banyak, hingga tidak bisa jika hanya dibawa oleh dua pasang tangan. Meskipun datang sendiri-sendiri, tetapi pulang nya, mereka sepakat untuk barengan. Lagian tujuan mereka sama. Dan tentu saja, Rinji juga pura-pura tidak membawa mobil, padahal mobilnya terparkir tepat bersebelahan dengan milik Jeff. "Kita langsung ke Panti atau mau cari makan dulu?" Tanya Jeff setelah pintu bagasi mobilnya tertutup."Hng.... Makan dulu aja gimana?""Ayo." Lalu Jeff pun menuntun gadis tersebut untuk masuk kedalam mobilnya. Untuk beberapa saat, suasana di dalam mobil hening. Tidak ada satu pun yang memulai obrolan, hingga kemudian dering ponsel Jeff berbunyi. Pria itu pun menjawab nya, tanpa membaca terlebih dahulu siapa yang memanggil nya. "Jeff, kamu dimana?" Suara cempreng seorang wanita terdengar dari seberang sana. Ya, siapa lagi k
Pada akhirnya, malam ini Jeff lebih memilih untuk menemui Vella, alih-alih berkunjung ke Panti Asuhan bersama Rinji, seperti yang sudah dia janji kan beberapa hari lalu. Bukan maksud Jeff untuk ingkar janji, hanya saja, seperti nya Vella sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Begitu mobil nya terparkir di halaman utama rumah bergaya Amerika tersebut, Jeff buru-buru melangkah kan kaki nya masuk ke dalam. Di ketuk nya pintu kamar gadis itu dengan cepat. "Vella, ini saya." Ucap Jeff. Ada setetes peluh yang membasahi dahi nya. Namun, pria itu tidak menggubris nya sama sekali. Dia hanya mengkhawatirkan perempuan yang ada di dalam kamar tersebut, yang tak kunjung merespons nya."Vella, saya masuk ya?" Masih tetap sama. Tidak ada sahutan sama sekali, hingga kemudian, Jeff pun langsung memutar knop pintu. Pria itu sedikit lega karena Vella tidak mengunci kamar nya.Namun, saat Jeff memasuki kamar tersebut, tidak ada cahaya sedikit pun yang menerangi nya. Jeff semakin panik dibuat
Pukul sebelas lewat lima puluh lima. Jeff akhirnya bisa duduk santai seorang diri di tepi kolam hanya untuk memandangi air kolam yang tenang. Satu persatu orang-orang tadi bergegas pulang. Pesta pun sudah berakhir. Dan Vella, perempuan itu tidak berdaya karena alkohol memenuhi tubuh nya. Jeff berniat pulang, namun niat nya dia urung kan ketika melihat notifikasi ponsel nya. Nama Rinji tertera di sana, membuat Jeff mengukir senyum tipis nya.From: RinjiJeff, maaf mengganggu, tapi sepertinya dompet saya ketinggalan di mobil kamu.Saat membaca nya, Jeff terkekeh pelan sambil geleng-geleng kepala. Dia kemudian berdecih. "Dasar gadis ceroboh." Dan di akhiri dengan kekehan lagi.Astaga gadis itu benar-benar lucu, pikir nya. Alih-alih membalas pesan itu, Jeff malah langsung menghubungi nya."Halo?" Suara serak Rinji segera menyambut telinga Jeff. Pria itu meringis, sedikit merasa bersalah karena sudah membangun kan Rinji."Kamu sudah tidur, Rinji?""Hah? Oh, nyaris. Thanks, Jeff, kalau k
Dalam perjalanan menuju kantor, Rinji hanya terdiam sembari menatap pada jalanan yang basah. Jakarta pagi ini di temani gerimis yang mengundang rindu, kalau kata Dildar, ketika hujan turun. Ah cowok itu. Rinji jadi merindukan nya. Rasa nya sudah sangat lama tidak berjumpa dengan nya. Berkomunikasi pun, Rinji jarang melakukan nya, sebab dia terlalu sibuk dengan pekerjaan. "Mona?""Iya, Bu?" "Kapan saya senggang?""Hari senin, bulan depan, Bu." Rinji kontan mengesah seraya memejam kan mata nya."Bagaimana dengan jadwal saya hari ini?"Kontan Mona membuka I-pad nya, lantas membacakan jadwal untuk Ibu Bos nya."Jadwal Ibu hari ini, ada meeting dengan pemilik Saino Group, terus di lanjut dengan rapat umum pemegang saham di Kanora Corp, sekaligus makan siang bersama mereka, setelah itu Ibu harus menghadiri event pagelaran seni di Bandung---""Tunggu, Bandung? Jadi hari ini saya ada jadwal ke luar kota?"Anggukan kepala Mona membuat Rinji mengesah sekali lagi. Itu artinya, dia tidak akan b
Sejak dua tahun terakhir, Alabaster Building selalu menjadi topik pembicaraan yang selalu di bahas di kalangan konglomerat. Imbas nya, nama Abraham Alatas, selaku pemilik resmi gedung tinggi 45 lantai tersebut menjadi terkenal. Rasanya tidak ada yang tidak tahu dengan nama itu, termasuk Jeff. Akan tetapi, Jeff hanya tahu Abraham Alatas, tidak dengan putri semata wayang nya yang sangat mirip dengan Rinji. "Beberapa waktu lalu, dia resmi menggantikan posisi Ayah nya yang sekarang sedang sekarat di rumah sakit." Ucap Joshua lagi. Padahal Jeff juga tahu berita tersebut, tapi dia baru memahami nya sekarang, kalau ternyata putri semata wayang Abraham Alatas adalah Jianna Alatas yang memiliki wajah dan perawakan persis seperti Rinji. Demi Tuhan, bahkan dari samping seperti ini pun mereka terlihat sama. "Cantik ya Jeff?" Jeff tidak bisa berkata-kata saat Joshua membisikkan kalimat itu tepat di telinga nya. Pria baruh baya itu kemudian terkekeh sambil bergumam, "Anak muda... Tahu saja ma