"Listen...and listen to me carefully Raina...You are my wife and I am a very possessive man, so, don't ever forget that you are mine...only mine. Understand?" I peered into his dark gaze which held so much possessiveness for me and I couldn't help but feel scareda.I timidly nodded. "You better understand"... Two broken hearts, a bad past, an arrange marriage. Will these hearts ever mend ? Or they will damage beyond repairs.
View More"AKU TIDAK GILA! AKU TIDAK GILA! LEPASKAN AKU! KAK ARKAN, TOLONG AKU. AKU TIDAK GILA!"
Suara teriakan itu menggema di seluruh ruang sidang sesaat setelah hakim memutuskan hukuman untuk Kiana atas kejahatannya. Dia tidak dipenjara, melainkan dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa, untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan selama kurang lebih satu tahun. Semua itu tidak lain karena pihak pengadilan menemukan kejanggalan pada saat pernyataan Kiana di sidang pertama. Wanita itu sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah dan dengan lantang mengiyakan semua perbuatannya tanpa ragu. Bahkan mengaku puas setelah membunuh ibunya sendiri. Tertawa seperti orang gila. Hingga membuat mereka lantas memanggil seorang ahli kejiwaan untuk memeriksa kesehatan mental Kiana. Sampai tiba saatnya, ketika sebuah vonis yang menyatakan bahwa Kiana memiliki riwayat sakit mental, membuat hakim memberi sebuah keputusan pembebasan wanita itu. Namun tentu, Arkan menolaknya mentah-mentah dan menginginkan sidang kembali digelar untuk mengadili Kiana. Membebaskan Kiana sama saja dengan memberi wanita itu kesempatan untuk membalas atau paling menakutkan, membunuh istrinya. Kiana terlalu berbahaya, dan sampailah pada keputusan untuk memasukkan Kiana ke dalam rumah sakit jiwa, sekaligus melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap kesehatan mentalnya. Kiana yang sama sekali tidak memiliki satu orang pun yang mau berpihak padanya, mau tak mau menuruti semua keputusan. Sekeras apa pun dia menolak dan menentangnya. "BERENGSEK! LEPASKAN AKU! AKU TIDAK AKAN MEMAAFKAN KALIAN SEMUA!" Kiana terus berontak saat dia dibawa paksa menuju jemputan mobil para perawat dari rumah sakit jiwa. Bahkan dengan sangat agresif, dia menggigit lengan salah seorang wanita yang memegangnya kuat. Menatap seorang laki-laki yang terlihat seperti dokter, tengah menatapnya sambil tersenyum. Ya, itu adalah orang yang mengatakan bahwa dia gila. Kemarahan Kiana semakin menjadi melihat senyum laki-laki itu. Bisa-bisanya orang itu tersenyum saat dia berada dalam masalah. Pernyataannya di sidang tadi, membuat Kiana harus mengalami hal mengerikan seperti ini. Mereka semua hanya menatapnya tanpa mau membantu. "AKKHHH, SIALAN! AKU AKAN MEMBALAS PERBUATAN KALIAN! LIHAT NANTI, AKU AKAN MEMBALASNYA!" teriak Kiana semakin tak terkendali. Air matanya bercucuran. Hatinya sesak melihat laki-laki yang dia cintai selama belasan tahun, hanya diam tanpa mau membantunya. Apa salahnya? Kiana hanya mencintai Arkan, tapi dia kini harus mendapatkan apa yang tidak dia mau. Ini semua gara-gara Sashi. Wanita itu merebut Arkan darinya! Harusnya, dia bisa menyingkirkan Sashi dan menjadi istri Arkan, tapi laki-laki itu tidak pernah mencintainya, karena Arkan sangat mencintai istrinya. Air mata Kiana kembali merebak, dia terus memberontak dan berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tangan para perawat. Sampai dengan spontan, kakinya menendang tulang kering kedua perawat itu dan berlari menghampiri Arkan yang berjarak beberapa meter darinya. Dia ingin memeluk laki-laki itu, namun sayang, sebelum sempat terjadi tubuhnya sudah didekap seseorang. Laki-laki yang tadi tersenyum culas ke arahnya. Membisikkan sesuatu ke telinganya, hingga kemudian sebuah benda dingin dan tajam menembus kulitnya. "Aakkhh ...." Kiana meringis kesakitan saat benda itu menancap di kulitnya. Seiring dengan kepalanya yang perlahan mulai berputar hebat. Seketika, Kiana langsung mengerti kalau dia baru saja disuntik bius. Sayangnya, semua terlalu terlambat untuknya memberontak, kesadarannya sudah direnggut paksa. Hanya kegelapan yang bisa dia rasakan saat itu. *** Cahaya matahari yang masuk melalui sela-sela jendela. Menyeruak membangunkan tubuh yang kini tengah tertidur lelap di atas ranjang kecil dengan kedua tangan dan kaki terikat oleh borgol. Layaknya sebuah hewan buas yang akan menyerang pemiliknya jika lepas. "Ughh ...." Suaranya terdengar. Dia tampaknya sudah mulai terusik. Terlihat dari kelopak matanya yang berkedip beberapa kali. Menyesuaikan cahaya yang tepat menyinari wajahnya. Sampai akhirnya, mata itu benar-benar terbuka namun tentu kesadaran belum sepenuhnya pulih. Dia masih linglung. Kepalanya pun terasa berdenyut, seperti sebuah batu menghantamnya keras. Butuh beberapa menit untuk Kiana bangun sepenuhnya dan menyadari di mana dia berada saat ini. Sebuah kamar berukuran kurang lebih dari 4 x 4 meter, terlihat olehnya. Menyadari, begitu asing ruangan itu baginya. Hingga ketika rasa penasaran membuatnya ingin melihat dan duduk, suara rantai yang bergemerincing spontan mengalihkan perhatian Kiana. "Apa ini?" tanyanya sambil terus menatap kedua tangannya yang terborgol. Lalu beralih melihat dua kakinya, yang juga mengalami hal yang sama. Wajahnya sontak menjadi pucat pasi. Tubuhnya bergetar hebat. Serangan panik seketika kembali menghantui Kiana. Dia menjerit dan berusaha melepaskan diri. Menatap sekitar dengan waswas. Kiana benar-benar tidak tahu apa yang terjadi padanya saat ini. Ruangan itu hanya ruangan putih seperti sebuah kamar rawat. Namun hanya ada satu ranjang, yaitu ranjang yang saat ini tengah Kiana tempati. Ventilasi yang hanya berasal dari jendela yang ada di sebelah kirinya. Begitu pun dengan sinar matahari yang memancar dari sana. Di mana? Ingatan Kiana kembali berputar. Memikirkan apa yang terjadi padanya hingga dia berada di tempat asing. Sampai, sebuah ingatan tentang kejadian tadi siang di dalam sidang, kembali muncul dan mengacaukan pikirannya. Membuat Kiana kembali menjerit. Dia mengingat saat dirinya disuntik bius hingga jauh pingsan. Ketika orang-orang itu memutuskan memasukkannya ke dalam rumah sakit jiwa. "TIDAK! INI TIDAK MUNGKIN!" teriaknya. Mata Kiana tertuju ke arah pintu kamar. Dia berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan borgol di tangannya. Tidak mungkin, 'kan ini rumah sakit jiwa itu? Kiana tidak gila, dan dia tidak bisa berada di sana. Dia harus keluar untuk menjalani hidupnya seperti dulu. Kiana tidak mau terkurung seperti ini. Sayangnya, borgol itu benar-benar sulit dilepaskan. Dia sama sekali tidak bisa beranjak dari ranjang. Sendiri, di sana. Namun ketika melihat kalau hari sudah pagi, harusnya sudah ada perawat yang datang ke sini. Alhasil, dalam keadaan yang masih panik, Kiana menunggu kedatangan seseorang sambil sesekali, telinganya mendengar suara pasien-pasien lain di luar. Hingga di tengah telinganya yang mendengarkan kegiatan itu, suara langkah kaki seseorang terdengar. Mendekat ke arah tempatnya diborgol. Kiana bersiap untuk menyemburkan sumpah serapahnya pada orang yang masuk itu. Dia hendak memaki, sampai pintu akhirnya terbuka. Memunculkan seorang laki-laki bertubuh besar yang berjalan pelan ke arahnya. Di ambang pintu, laki-laki itu menyeringai hingga Kiana tersentak kaget melihatnya. Laki-laki itu, laki-laki yang sama dengan sosok yang membiusnya kemarin. Dia juga yang mengatakan kalau Kiana gila! "KAU!" "Apa kau tidak bisa tenang?" Kiana menatap benci ke arah laki-laki yang diduga merupakan seorang psikiater di rumah sakit jiwa ini. Sampai dia kemudian kembali memberontak, namun tentunya, semua itu hanya sia-sia. "BEBASKAN AKU! AKU INGIN PULANG!" Laki-laki itu dengan pelan berjalan ke arahnya. Menatap Kiana dari jarak yang cukup dekat, membuat Kiana langsung bisa menatap wajah tampan dan rahang tegasnya. Dia bisa melihat tatapan tajam dan sorot penuh kebencian di ssana. Kiana yakin, dia tidak salah lihat. "Tempatmu sekarang adalah di sini. Kau akan tinggal di sini, selamanya."Agastya~ (Period when Agastya and Raina were separated )I walked inside my cabin and sighed. I feel tired, my muscles feel sore, and I am sleep-deprived. I walked toward my chair and sat on it. I opened my laptop and started reading the file of the patient I was treating. Someone knocked on the door "Come in--" I said and heard the footsteps walking inside of my cabin. "Good morning, son--" I craned my neck up and saw Dr. Mihir Aaron my father-in-law standing with a box in his hand. He smiled at me, his eyes warm and smile radiating positivity. That is what I needed. He sat on the chair in front of me and opened the lid of the container. "I thought why not have dinner with my favorite person," he says and I smile at him in gratitude because he said what he meant. Even though I and his daughter are together, we both have gotten closer over the past three years. He served plme the sprouts and a glass of mango juice and forwarded the plate toward me. I thanked him and took the spo
♡Agastya♡Three Years Later I rested my head on the cold tile wall, as my heart pounded against my chest with trepidation. How can I do this to my wife? I at the age of 33 and she at the age of 28, are having a baby and she is in the operation theater, bringing our baby into this world. I should have gotten my vasectomy done. Instead of depending on contraceptive pills. Her pregnancy is delicate and fragile. Her body is not strong enough for pregnancy but still, she insisted on keeping the baby. And here we are, delivering our baby, prematurely. And if something happens to her, I will never be able to forgive myself, heck I will die if she won't survive. While being together for three years after five year long gap , we never once thought of babies, because we never desired them. We were more focused on our careers me being a cardiologist and her being a literature professor. Apart from our professional life, we indulged ourselves in traveling around the world, this was the life
Raina~"But I thought you love me, like love me kind of love me" I whined, a deep jealousy surged into my veins. I rubbed my temple and heard her sigh. "I still love you, Raina. Like love you kind of love you. And I think I will always will, but it feels so alone here. When you were here, it did not irk me, but now that you are back with your husband I feel so alone. So, I guess it is the right decision." she says over the other side of the phone, from London. "But you are lesbian, then why are you doing this, Susannah?" I ask, this time confused and more irritatingly. Because she can't ruin someone's life just because she is alone and feels lonely. I heard a teary chuckle and I frowned. I do not think if I said anything funny. "B is not a silent letter, Raina. Just because I love you it does not mean I do not like men. They swell at the places where a woman does not." she says, in a trying sexy voice. "But you will forget me, Susannah, if you marry". I say and my eyes are sprink
♡Raina♡I pushed the bell button again and again, desperately until it was jerked open, followed by a curse " Why the fuck, you can't wait?" He opened the door, shirtless, giving me a wonderful view of his olive skin. "Raina, what are you doing here?" He asks, frowning. I shivered as his eyes raked over my body and gulped. I pushed him inside and slammed the door behind me. "what is wrong with you?" He asks, there was a slight tremor in his voice."Why did you tell that man, that I am your wife?" I ask, I need answers. I need to know what is he thinking about me. " What? " His lips parted but he opens and closes them like a fish. Is he hiding something from me? "What, what Agastya? Tell me why would you say something like that? I signed those divorce papers, we are not husband and wife anymore." As much as I want to be his again, I need to know if he still feels the same for me. He stared at me, boring his brown pools into my hazelnut ones. He steps closer and closer until we ar
Two years later A girl around 25, with short hair reaching an inch above her shoulder, in a short, sky-blue denim skirt reaching just below her hips, paired with a pink floral cami top, holding a luxury bag in her hand walked out of the airport. A sigh of contentment escaped from her lips, as she took a long breath, inhaling the air of her homeland, after five years.She glance around and smiled, her country, her people, everywhere. Her gaze struck at a tall man, with grey hair, standing there with open arms. She squealed and ran towards him and jumped into his arms. Tears flowed from the eyes father and daughter duo, they stayed in each other's embrace for some minutes before withdrawing themselves. The old man shuffled his daughter's hair and hold her hands, leading her towards their car. Soon the other man, who was standing far away, smiled sadly and sank inside his car. She has changed, her body got mature, with big tits, and juicy thighs. Moreover, her old charm has returned,
Raina~ Three years later~ I sighed and gave fake smile to Joe. I want to stuff his mouth with Taco Bell so that he shuts up with his mouth. God, he is so annoying. Always bragging about his fucking achievements and how much wealth he has made in such a nickel of time. Trust, me this junk should meet my husband once. Then he will know what real hard-working money is called. I face-palmed myself, fuck I once again call Agastya my husband. When will I stop addressing him as my husband? I must not forget that I divorced him. We are divorced now. And we have not contacted with each other for over three years now. I am pretty much sure that he must have found some pretty woman by now. I just hope she ain't good looking as me, she ain't good in giving him butterflies as me. Even though Agastya has moved on, I still want to be the in his mind all the time. I want to be the one who he imagined while running himself. I grabbed the glass of wine and chugged it down my throat in one gulp.
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments