Sudah hampir sebulan Hani dan bayinya hanya di rumah saja, kegiatannya pun hanya di dalam kamar jika keluar pun ia hanya untuk makan saja, popok bayi pun sebenarnya sudah mau habis, namun karena Hani masih tidak mau berbicara dengan Tirta jadi ia tak memberitahukannya.Seperti biasa saat sarapan pagi pintu kamar Hani pun di ketuk agar segera Hani bergabung untuk makan pagi bersama Tirta."Han, sebenarnya aku berharap kamu bicara sama aku tapi entah apa salah aku sama kamu sampai-sampai kamu diamkan aku seperti ini" ucap Tirta yang mulai jenuh dengan kelakuan Hani."Aku berangkat kerja dulu ya, kamu mau nggak nanti jalan-jalan ke mall, kalau mau kamu siap-siap ya biar pas aku pulang nanti kita langsung berangkat ke mall" ucap Tirta lagi lalu ia beranjak dari meja makan tanpa menunggu jawaban dari Hani."Entah salah apa, dasar wong gendeng" dumel Hani pelan saat Tirta sudah tidak terlihat lagi.Saat ini Hani dan bayinya hanya di temani oleh asisten rumah tangga yang di bawa Tirta dari I
Tirta masih menunggu Hani dengan sabar di depan kamarnya Hani, ia berharap kali ini Hani akan berdandan cantik dan menarik, hatinya tambah berbunga-bunga dan bergetar membayangkan betapa cantiknya wanita yang ia cintai setelah berdandan.Namun ketika Hani keluar dari kamar senyum yang tadinya terkembang di wajah Tirta kini sirna, ia bingung dengan apa yang di llakukan Hani di dalam kamar berpuluh-puluh menit lamanya, karena setelah selesai berdandan hasilnya tak seperti yang ia bayangkan."Hani, kan aku sudah membelikan kamu baju-baju bermerk semua ada di dalam koper lalu kenapa kamu juga tidak berias, malah pakai lipstik yang membuat wajahmu tambah seram" ucap Tirta kesal.Hani tak menghiraukannya ia berjalan melewati Tirta dengan santainya sambil menggendong bayinya."Han, apa kamu masih perlu waktu untuk bersiap-siap lagi? tanya Tirta"."Ndak, buat aku seperti ini sudah spesial, kalau kamu tidak suka ya sudah jangan di lihat lagi pula mau ke mall kan bukannya mau ke pesta" ucap Han
Tirta dan Hani kini sedang di restoran, Tirta berusaha membuka percakapan agar memecahkan tembok dingin antara mereka, namun setelah pembicaraan di mulai Hani meledak, ia tanpa sadarnya berbicara dengan keras dan dengan tangisan yang beruraian air mata, semua sakit yang ia pendam selama ini kini di ungkapkannya."Han, maafin aku jika aku harus seperti ini, aku hanya tidak siap kehilangan kamu selamanya" ucap Tirta sambil berusaha memegang tangan Hani."Aku dulu milikmu, tapi ndak pernah kamu perjuangkan, aku kamu tinggalkan sendirian, aku berjuang sendirian saat kamu menikah dengan perempuan itu, kamu tau ndak bagaimana perjuangan aku melupakan kamu, sekarang aku sudah milik orang lain Tirta, jadi kenapa kamu lakukan ini sama aku, kenapa Tirta? tanya Hani dengan beruraian air mata"."Ssshhh, saat aku menerima perjodohan itu, aku punya alasan yang ndak aku ungkapkan sama kamu Han, apa sekarang kamu masih mau mendengar alasan ku" jawab Tirta."Apa bisa menghapus rasa sakit ku yang kamu
Tirta hanya mempunyai waktu tiga puluh menit untuk membeli sesuatu yang ingin ia berikan kepada Hani, ia bergegas pergi untuk membeli barang itu dan kembali ke ruangan menyusui tempat ia meninggalkan Hani dan bayinya di sana.Ia berharap Hani tak pergi dan meninggalkannya, dengan nafas terengah-engah ia sampai kembali dan mendapati pintu ruangan itu sedikit terbuka, sangat terkejut ia melihat hal itu tanpa permisi ia pun segera membuka pintu yang sudah sedikit terbuka itu.Namun ternyata Hani masih ada di ruangan itu dan masih menyusui bayinya, Tirta tersentak hingga menelan air liurnya saat melihat Hani yang sebelah dadanya masih terbuka.Tirta langsung membalikkan badannya dengan spontan dengan detak jantung yang semakin kencang lagi dari sebelumnya, Hani pun langsung menutup bagian dadanya yang tebuka."Bisa tunggu di luar aja ndak sih? tanya Hani ketus"."Ya maaf" jawab Tirta.Tirta merasa bersalah, ia keluar dan menutup pelan pintu ruangan itu, namun tak bisa di pungkirinya ada g
Angel, buah hati Hani dan Clark kini telah bisa berjalan sendiri, kehidupan Hani yang lebih banyak ia habiskan di kamar dengan anaknya membuat Tirta tidak banyak mengetahui perkembangan bayi mungil itu.Ketika Tirta mengetuk pintu kamar Hani untuk mengajaknya berbicara, tiba-tiba bayi mungil yang tumbuh besar itu sudah dapat berjalan sendiri, hal ini membuat Tirta terkejut ia tersenyum lebar melihat perkembangan Angel, bahkan saat ia mengulurkan tangannya untuk menggapai Angel, ia malah mendapatkan sambutan dengan kata papa yang mampu meluluhkan hatinya yang kini mulai mencintai Angel."Han, boleh aku gendong ya" pinta Tirta."Untuk apa, dia sudah bisa jalan kok ndak perlu di gendong lagi" ucap Hani ketus."Pleasseee" mohon Tirta."Hmmm" gumam Hani.Mendapatkan persetujuan itu, hati Tirta langsung meloncat kegirangan, ia langsung menggendong anak laki-laki tampan itu dan membawanya keluar pekarangan rumah, Hani pun mengikutinya dari belakang.Udara dingin menyengat di kulit Hani, ia m
"Selamat Ulang tahun Hani, untuk tahun ini mungkin kita merayakan sederhana seperti ini saja, tetapi aku janji suatu saat nanti kita akan merayakannya secara mewah ya" ujar Tirta."Ndak perlu, kamu kan tau aku tidak perduli dengan kemewahan" ucap Hani."Ya aku tau, itu sebabnya aku selalu memuja kamu, ini kado dari aku semoga kamu suka ya" ujar Tirta sambil memberikan sebuah kotak yang ia beli sewaktu mereka di mall kemarin."Apa ini?? Waaaooww indah sekali permata ini tapi maaf aku tidak bisa menerimanya kalau aku belum tau apa maksud dari semua pemberianmu ini" ucap Hani lalu mengembalikan lagi kotak permata itu."Tenang saja ini hanya kado ulang tahun dari aku, aku memang sangat mencintai kamu dan besar harapan aku kamu mau membuka pintu hati mu untuk aku, atau setidaknya ijinkan kita bisa mulai dengan sebuah persahabatan" pinta Tirta."Kalau ini sebagai kado ulang tahun aku terima dan aku ucapkan terimakasih, tapi untuk membuka pintu hati, ayolah Tirta!! aku masih SAH menjadi seor
Tirta masih berdiri tegak di depan pintu kamar Hani, ia bingung apakah ia salah mengajak Hani dan Angel ke taman di sebrang jalan, ia perlahan ingin mengambil hati Hani lagi dan memilikinya.Sekian lama Tirta menunggu di depan pintu kamar, akhirnya ia memutuskan untuk pergi dari tempat ia berdiri, baru saja ia membalikkan badannya suara wanita itu kembali terdengar lagi."Kami sudah siap" ucap Hani sambil menggendong Angel.Tirta menengok ke belakang dengan melemparkan senyum manisnya, ia langsung membalikkan badannya dan mengambil Angel dari gendongan Hani."Sini sama papa ya, anak gantengnya papa ini ya" ucap Tirta."Ayo ma, kok malah bengong di situ" ujar Tirta lalu ia mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Hani.Kini untuk pertama kalinya mereka melewati pagar rumah itu bersama, di taman sudah banyak anak-anak yang bermain saat mereka sampai di taman itu, Tirta kemudian menurunkan Angel dari gendongannya.Angel berlari dengan girangnya, tawa dari bibir nya terdengar penuh ke
Hani melihat Clark ketika berada di mall, namun karena ramainya pengunjung dan kencangnya suara musik Clark tidak mendengar namanya di panggil, Hani yang melihat Clark di hampiri oleh seorang wanita pun menjadi berhenti mengejar mereka yang pergi entah kemana, Hani kecewa dan bertanya-tanya dalam hatinya."Wanita itu, bukannya dia yang bekerja di hotel waktu itu ya, iya aku ingat sekali sewaktu kami mau pindah ke rumah, Clark meminta ku untuk masuk dan mereka berbicara di luar mobil" ucap Hani di dalam hatinya."Kamu kenapa Han kok bengong, aku cariin kamu dari tadi loh" ujar Tirta."Tirta, ya ampun aku sampai terkejut, kamu sudah selesai? tanya Hani"."Ayo, mau kemana kita sayang, sini strollernya Angel aku bawa ya" ucap Tirta.Lalu Tirta dan Hani pun berjalan ke supermarket yang ada di mall itu untuk membeli semua keperluan mereka yang sudah habis."Han, kenapa sih kok kamu jadi banyak melamun, perasaan tadi masih cerewet" tungkas Tirta."Apaan sih kamu ahhhhh, cubit nih" ucap Hani