Setelah liburan si kembar usai dan cutinya dari kerja hampir mepet, Sinar memilih kembali ke Bandung. Ia sudah menyewa sebuah rumah dekat dengan sekolah si kembar dan bahkan menyewa baby sitter.
"Bun, rumah kita kenapa? Kok pulangnya ke sini? Gak ada kolam renangnya!" rengek Aurora.
Gadis kecil itu memang menyukai kolam renang dan sangat ingin menikmati fasilitas yang ada di rumahnya dulu.
"Kamu itu loadingnya lama ya? Aku kan udah bilang, ayah sama bunda tuh berantem makannya gak serumah lagi," bela Aksara.
"Aksara, jangan berantem dengan adikmu. Aurora, jangan marah terus dong!"
Pusing memang menghadapi si kembar yang selalu saja bertengkar sejak pisah rumah dengan Bagas. Untuk Aksara sendiri, bocah laki-laki itu sangat mengerti apa yang terjadi.
Tapi si kembar yang satunya hanya menuntut ke mana perginya sang ayah.
"Sampai kapan pun aku gak mau serumah sama orang yang suka bohong, Bun!" rajuk Aksara. Ia
Takdir memang tak bisa diterka, Sinar baru saja resmi bercerai dengan Bagas beberapa jam yang lalu setelah hakim ketok palu. Galau? Banget! Tapi harus strong dong!Pikirannya gak muluk-muluk kalau ditanya sakit hati atau enggak. Di usianya yang masih 26 tahun, Sinar resmi menyandang status janda dengan dua anak."Aku mesti ucapin selamat atau berduka cita nih," ledek Arya. Ia memang selalu hadir dalam persidangan karena menjadi pengacara Sinar."Haha, kedua-duanya juga boleh. By the way, Gebby bawa si kembar makan di mana? Nama restorannya unik banget," Sinar membaca sekali lagi pesan yang ia terima dari temannya dan memberikan ponselnya persis di depan wajah Arya."Oh, ini restoran ala-ala kids jaman now gitu deh! Mungkin efek jatuh cinta memang bisa sedramatis itu. Aku yakin si kembar betah di sana," Arya sudah memencet tombol remote mobilnya dan mengajak Sinar keluar dari kantor pengadilan negri.Tapi langkah Sinar tertahan. A
Sejak mendengar pertanyaan dari Aksara mengenai ayah baru, Arya mendadak jadi kaku mirip batu. Ia mati kutu menghadapi bocah kecil itu yang memang suka ceplas-ceplos."Udah sampai," ucap Arya begitu mobilnya berhenti tepat di depan rumah Sinar.Paling membahagiakan baginya setelah wanita itu bercerai adalah jarak antara rumahnya dengan rumah Sinar tak sejauh rumah Sinar yang dulu saat masih berstatus istri sah Bagas. Kencengin pdkt-nya nih, jangan kasih kendor!"Mau mampir?" Sinar menengok ke kursi belakang. Ah, anak-anaknya pasti terlalu kenyang sampai ketiduran."Sepertinya harus mampir, kamu gak mungkin gendong mereka sama-sama kan?"Tanpa izin, Arya sudah keluar dari kursi depan dan membuka kursi belakang, menarik tubuh Aksara dengan hati-hati dalam gendongannya.Yang paling menggelitik bagi Sinar adalah melihat anaknya berada dalam pelukan Arya. Sudah berapa lama Aksara tak merasakan dekapan ayahnya?Memang, kadang-kad
"Bunda!" seru Aurora ketika melihat wanita yang berjalan keluar dari mobil menelantangkan kedua tangannya ke arah Aurora.Sinar baru saja sampai di sekolah dasar Cahaya Kasih. Si kembar memang sudah besar, Sinar teramat senang dengan perkembangan anak-anaknya."Tadi di sekolah disuruh apa sama bu guru?" begitu memeluk Aurora, Sinar merasa bebannya sedikit terangkat. Menjadi single parent memang membuatnya lebih getol dalam mencari pundi-pundi rupiah."Kenalan aja sama teman-teman, tapi kak Aksa cuma kenalin nama doang. Padahal kan disuruh nyebutin nama orang tua," memang sih, Aurora tahu apa perbuatan Bagas terhadap bunda tapi gadis kecil itu masih berharap kedua orang tuanya bisa baikan.Sinar sendiri tahu, kebencian Aksara makin menjadi-jadi. Apalagi bocah laki-laki itu tahu kalau Bagas akan menikah lagi. Siapa lagi kalau bukan dengan Sariti?Miris sekali bukan? Padahal mereka belum ada sebulan bercerai, tapi mungkin itulah tak
Setelah menutup panggilan telepon, Sinar kembali duduk di samping Arya. Sudah lama sekali ia tak curhat dengan pria itu, menceritakan tentang kehidupannya setelah bercerai, tentang si kembar yang makin banyak maunya juga tentang apa saja yang terjadi padanya belakangan ini."Hah, awalnya berat banget hidup hanya bertiga. Awalnya sih kupikir mudah, karena dari dulu aku gak pernah bergantung sama Bagas. Tapi ternyata peran suami sangat penting di setiap keluarga," tutur Sinar.Arya mulai curiga. Kenapa wanita itu seakan ingin menikah lagi? Apakah Sinar sudah sembuh dari patah hatinya?"Apa susahnya memang? Ini kamu ngomong kayak gitu seakan mau nikah lagi deh," hela napas Arya menjadi pertanda bahwa pria itu khawatir Sinar dekat dengan orang lain, bukan hanya dirinya saja.Ah, sejak kapan coba Arya dekat dengan Sinar? Ia masih abu-abu soal apa saja yang menyangkut tentang wanita itu."Ya pasti aku akan menikah lah, Ar. Aku masih nor
Setelah menimang-nimang pilihannya mengenai si kembar, akhirnya Sinar berlapang dada untuk memberikan keringanan pada Bagas. Ia memperbolehkan mantan suaminya itu merawat si kembar seminggu ke depan. "Nanti kalau ayah bentak-bentak aku gimana, Bun? Kan kita udah gak mau ngomong lagi sama ayah," resah Aurora.Sinar menggeleng, mengatakan tak akan ada hal buruk terjadi pada si kembar. Untuk masalah pernikahan, Bagas memang sudah sangat menyakitinya. Tapi ia yakin pria itu akan menyayangi darah dagingnya sendiri. "Ada Kakak yang jagain kamu, Rora. Lagian kan sekarang aku udah pinter berantem," bangga Aksara."Memangnya belajar dari siapa sih? Sombong banget!" Aurora sudah bisa mengaksenkan huruf R dengan sempurna."Dari om Arya lah, calon ayah baru kita!"Mendengar ungkapan konyol Aksara, Sinar hanya geleng-geleng kepala. Ia tak habis pikir kenapa anaknya begitu menyukai Arya Sagara. Tapi memang sih, pria i
Kalau bukan karena suara ponselnya yang berdering, Sinar pasti akan menanyakan lebih lanjut sejauh apa Arya menyukainya. Ah, sepertinya semesta sedang mengajaknya bercanda."A-aku harus ke kantor sekarang," ucapnya gemetar.Tanpa permisi, Arya menyatukan jemarinya dengan jemari Sinar. Memberikan kenyamanan agar wanita itu tak gugup setelah mendengar pengakuan cintanya yang terkesan mendadak.Mereka kembali keluar dari rumah Arya dan masuk ke mobil. Bahkan Sinar sama sekali tak keberatan jemarinya digenggam oleh Arya tanpa izin. Sebenarnya apa yang dirasakan olehnya sih tentang sosok Arya Sagara?Dalam perjalanan pun mereka hanya tenggelam dalam diam dan Arya memang membiarkan suasana menjadi sunyi. Ia akan memberikan waktu bagi wanita itu berpikir tentang ungkapannya tadi.Tanpa sadar, mobil Arya sudah menepi tepat di depan agensi Victoria grup. "Sinar, kita sudah sampai,""Ah iya, terima kasih." wanita itu begitu terburu-buru ka
Taktik Sariti kali ini adalah mencoba membuat drama di depan Bagas. Ia bertingkah seolah korban akibat kenakalan si kembar dan pura-pura kesakitan."Mas, tapi mereka nakalnya minta ampun. Mereka memang gak mau punya adik dari aku!"Tentu saja Aksara sudah pasang badan, merasa harus melindungi Aurora semisal ayahnya pilih kasih dan mengabaikan mereka. "Itu semua gak benar, Ayah! Aku dan Rora gak mungkin nyakitin seseorang. Justru Bi Sariti lah yang mau menyiksa kami!"Sungguh! Si kembar merasa kalau sekarang dunia ayahnya begitu menyeramkan bagi mereka. Kalau begini caranya, mana betah mereka tinggal bersama dengan Bagas?"Aksara, Aurora.. minta maaf sama Dik Sariti. Bagaimanapun juga, dia akan menjadi ibu kalian," bela Bagas.Sariti besar kepala dan masih melanjutkan aksi sesenggukannya. Ia akan membuat pria itu benar-benar bertekuk lutut hanya padanya."Tapi Ayah..""Jangan membantah, apa bunda kalian yang mengajari
Oke, setelah penjelasan guru si kembar sudah selesai dan mengucapkan salam. Aksara cepat-cepat menarik tangan Aurora untuk menuju ke minimarket terdekat. Beruntung bocah laki-laki itu memang sudah bisa menyeberang. Selain cerdas, cerdik dan juga banyak akalnya, Aksara selalu berusaha untuk melindungi adiknya dalam marabahaya."Ngapain kita ke minimarket, Kak? Bukannya kita nungguin om Arya untuk jemput kita? Kamu udah SMS dia kan?""Bawel banget sih! Apa susahnya nurut? Kita ke minimarket itu untuk beli masker buat penyamaran, biar pak satpam rumah nggak nyariin kita dan gak tahu kalau kita lagi ngerjain misi untuk kabur."Aurora hanya mengangkat bahunya, mengikuti kakak kembarnya untuk membeli masker sambil menunggu kedatangan om Arya. Mungkin sebentar lagi pria heronya akan segera datang.Setelah membeli masker dan benar saja Arya sudah menunggu di depan mobil sambil menyipitkan mata melihat ke arah mereka. Ada apa si kembar menghubunginya dan m