"Morning, Priscilla." sapa Abimana.
"Morning too dokter Abimana," sahut Priscilla tanpa menoleh sedikitpun, ia masih sibuk membaca novel yang perawat Lia bawakan kemarin.
"Serius banget bacanya, bagus ya novel yang perawat Lia bawakan?" tanya Abimana tapi hanya di balas anggukan kepala oleh Priscilla.
Abimana melepas jarum infus yang menancap di urat nadi tangan kiri Priscilla, sebenarnya ini tugas perawat tapi karena Priscilla adalah pasien istimewa jadi Abimana yang turun langsung menangani semua kebutuhannya.
"Kamu sudah sarapan?"
Priscilla menutup buku novelnya, tapi sebelum itu Priscilla meletakkan dulu sebuah markah buku untuk menandai halaman yang terakhir ia baca.
"Belum, perawat Ghea belum membawakan saya makanan dokter Abimana." Senyumnya tipis, wajah Priscilla nampak pucat dan sedikit kurus.
"Mau sarapan bareng say
Leonard mengaduk semen yang akan di gunakan untuk membangun sebuah gedung perkantoran, seorang bos yang dulu bergelimang harta Kini berubah menjadi seorang buruh kasar dengan gaji yang tidak seberapa. Hari ini Leonard akan menerima gaji pertamanya sebagai buruh kasar, tidak banyak namun cukup untuk hidup berdua. Ya, Leonard akan menjemput Priscilla untuk tinggal bersamanya. Leonard menyewa sebuah kontrakan tiga petak di belakang warung makan Nadine, untuk kebutuhan makan Nadine biasanya mengirimkan Leonard lauk pauk dari warungnya. Terkadang jika sedang libur Leonard membantu Nadine di warung, mengantarkan pesanan makanan ke pelanggan Nadine menggunakan motor.Setelah semua lepas dari genggamannya, Leonard baru menyadari betapa buruk perlakuannya dulu pada Priscilla dan Julie. Menyelingkuhi Julie saat istrinya itu tengah sakit parah, membuang Priscilla saat hidupnya sedang terpuruk dan membuat Priscilla menderita di tangan seorang lelaki biadab hing
Diandra membongkar isi dompet Jay kecuali di bagian ATM dan uang tunai, pertama-tama Diandra mengambil kartu nama dan identitas Jay untuk mengetahui alamatnya. Setelah mengetahui alamat rumah Jay, lalu ia mengambil dua lembar foto ukuran dompet yang ada di dalam dompet Jay."Wah, ini Jayden? ganteng banget!" pekiknya, yang Diandra lihat saat ini adalah foto Jay saat kuliah. Penampilannya masih nampak polos, tanpa piercing dan tatonya juga belum terlalu banyak.Tapi Diandra nampak tidak suka saat melihat foto yang kedua, itu adalah foto selfie Priscilla dan Jay saat masih tinggal bersama. Diandra merobek foto itu hingga hancur tidak terbentuk, wajahnya mendadak berubah badmood.Diandra baru menyadari nama belakang Jay adalah Dinata, yang Diandra tau Dinata itu adalah nama belakang seorang pengusaha yang cukup terkenal dan sukses. Diandra mengambil ponselnya dan mencari tau tentang Jay di internet, berita tent
Diandra memarkirkan mobil sedan miliknya, dan melenggang masuk ke gedung perkantoran milik Andrew. Hari ini ia mengenakan rok span setengah paha dan atasan crop top berwarna pastel, tidak lupa juga ia mengenakan blazer untuk menutupi sedikit bagian atas tubuhnya. Diandra harus terlihat tampil seksi namun juga elegan saat bertemu Jay, rambut panjang bergelombangnya ia gerai dengan kacamata tersemat di atas kepalanya."Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang resepsionis."Saya ingin bertemu Jayden, apa dia sedang berada di kantor saat ini?""Pak Jayden ada di ruangannya saat ini, mohon tunggu sebentar nyonya."'Sial, aku udah tampil secantik ini kok dipanggil nyonya. Emang muka aku tua banget apa?!' gerutu Diandra dalam hati."Maaf, dengan nyonya siapa?""Bilang saja saya orang yang menemukan dompetnya di cafe," sahut Diandra ketus.
Jay tidak henti-hentinya menatap Priscilla yang tengah menyantap black forest di hadapannya, tidak sedetikpun Jay mengalihkan perhatiannya pada Priscilla sampai makanan yang ia pesan kini sudah dingin. Priscilla tentu salah tingkah di perhatikan seperti ini, tapi ia tahan kegugupannya di depan Jay dan tetap terlihat biasa saja."Makan yang banyak ya?" ucap Jay seraya tersenyum."Aku udah makan tiga piring emang masih kurang banyak di mata kakak?"Jay hanya tertawa sekaligus terkejut melihat mie kuah yang ada di depannya sudah sangat mekar, lantas ia menyingkirkan mie itu dan malah mengambil black forest milik Priscilla."Kakak!" Priscilla menepis punggung tangan Jay dengan garpu plastik."Kakak mau juga Sil black forestnya,""Pesen lagi aja ih," gerutu Priscilla sembari menarik cake itu lagi ke hadapannya."Gak mau, kakak mau
Pagi menjelang, namun Jay masih juga belum keluar dari kamarnya dan makanan yang Diandra siapkan semalam masih utuh tidak tersentuh. Niko sama sekali tidak berselera untuk menyentuh masakan Diandra, walaupun sepertinya masakan Diandra cukup enak. Niko yakin kalau sejak kemarin Jay juga belum makan, karena bahan makanan sudah tinggal sedikit jadi Niko memutuskan untuk membuat salad dan roti panggang saja."Jay, saya bawain jus dan roti panggang." ucapnya sembari mengetuk pintu Jay berkali-kali.Lima menit Niko menunggu tapi Jay tidak kunjung keluar juga, ia akhirnya membawa lagi baki berisi sarapan itu ke dapur. Karena hari ini Niko sedang libur, ia memutuskan untuk pergi membawa Dominic dan Molly berjalan santai di taman. Tapi baru saja ia hendak pergi ke luar, tiba-tiba sebuah mobil masuk ke pekarangan rumahnya. Mobil itu tidak asing bagi Niko, ia jadi ragu untuk meninggalkan rumah karena kedatangan tamu ini."Morning Niko!" teriak Diandra dari dala
"Udah siap nak?" tanya Leonard."Udah pi, cuma ini aja kok barang-barang Priscilla."Priscilla menatap ke luar jendela, pikirannya jauh melayang ke kejadian kemarin. Betapa menyakitkan ucapannya pada Jay, lelaki yang sudah menolongnya saat keadaannya terpuruk. Lelaki yang sangat Priscilla cintai, tapi tega ia sakiti hanya karena keegoisannya sendiri. Priscilla padahal tau Jay akan selalu menerimanya, tapi ia lebih memilih meninggalkan lelaki itu.Semua barang sudah di kemas, kini saatnya Priscilla pulang bersama Leonard ke istana kecil milik Leonard. Besar rumah itu hanya secuil dari rumah lamanya, tapi Leonard berharap dari sana mereka bisa memulai kehidupan yang baru dan ia bisa belajar menjadi ayah yang sepatutnya untuk Priscilla."Priscilla," panggil seseorang, membuyarkan lamunan Priscilla."Niko?""Saya harus bicara sama kamu, maaf pak Leon
"Masuk sayang, maaf papi gak bisa lagi kasih tempat tinggal yang mewah buat kamu." ucapnya."Gak apa pi, mau dimanapun kita tinggal Priscilla gak masalah,""Kalau gitu papi tinggal dulu ya? papi harus kembali ke proyek untuk bekerja." Priscilla mengangguk, lalu menyeret kopernya masuk ke dalam rumah.Di dalam kontrakan ini belum terisi banyak barang, hanya ada kasur, lemari, tv jadul berukuran 14 inci, dan peralatan memasak ala kadarnya. Saat Priscilla tengah membereskan bajunya, seseorang masuk ke dalam rumah untuk membawakan makan seperti biasa."Priscilla?""Nadine?"Untuk sesaat mereka saling bertatap, namun tiba-tiba Nadine menghambur dan memeluk Priscilla erat juga meminta maaf padanya. Priscilla tidak tau harus berbicara apa padanya, tapi yang Priscilla lihat Nadine kini sudah banyak berubah. Nadine menceritakan semua yang dia alami sejak di usir oleh Leonard dari apartemen, hingga kini bisa bertemu dengan Leonard lagi disini."Ini ada lauk buat kalia
Hari pertama Priscilla pindah ke perkampungan ini semua warga menyambutnya dengan ramah, bahkan sampai ada yang memberikan baju dan perlengkapan bayi untuknya. Karena semua barang bayi ada pada Jay, jadi Priscilla tidak memegang satupun barang untuk calon anaknya. Tidak hanya warga sekitar yang datang, Nani dan Abimana juga datang untuk melihat rumah baru Priscilla. Sebagai hadiah pindahan, Nani memberikan beberapa makanan buah dan juga stok susu hamil yang sangat banyak, sedangkan Abimana hanya memberikan lima baju daster dengan model modern juga sepasang sepatu dan sendal untuk Priscilla karena Abimana lihat Priscilla tidak memiliki alas kaki yang layak. "Maaf aku cuma kasih ini, tapi hadiah selanjutnya aku bakal kasih kamu lahiran di rumah sakit tanpa biaya sepeserpun. Gimana?" tanya Abimana seraya menaik turunkan alisnya."Bener ya dok? jangan bokis loh." "Bener dong, kalo perlu saya kasih ruangan VIP buat kamu." Di tengah obrolan yang sedang berlangsung h