Sesampainya mereka di bandara, seketika suasana langsung berubah haru. Priscilla yang sedari kemarin berusaha untuk tetap tenang akhirnya menangis juga saat tinggal beberapa waktu lagi Jay akan pergi, begitu juga Niko yang nampak galau karena akan ditinggal Jay padahal mereka baru saja dekat belum lama ini. "Kamu baik-baik ya disana, makan dan tidur yang teratur. Rajin-rajin hubungin aku, terus jangan genit sama cewek-cewek bule. inget!" Priscilla menyentil hidung Jay, Jay hanya bisa tertawa pelan saat mendengar ucapan terakhir istrinya. "Iya istriku sayang, kamu juga jaga diri ya selama jauh dari aku." Jay mengecup ujung kepala Priscilla. "Nik, gue titip anak sama istri gue ya. Jangan sampe ada yang berani godain dia," "Tenang aja Jay, saya bakal jagain Priscilla dan Sera dengan baik." "Kamu tenang aja Jay, papi ada disini buat menantu dan cucu papi. Gak akan ada yang berani ganggu mereka selama ada papi," ujar Andrew. Jay memeluk Priscilla sejenak, dan
Malam hari, Di bawah temaramnya lampu balkon kamar, Priscilla berdiri menatap ke arah bintang yang tengah bersinar dengan indahnya. Rambut panjangnya tergerai indah ke belakang tersapu angin malam, bulu matanya yang lentik menciptakan sebuah bayangan di bawah matanya. Priscilla berbalik dan tersenyum hangat ke arah Jay, salah satu tangannya mengulur untuk menyambut Jay ke dalam pelukannya. Gadis yang dulu ia tolong saat ingin bunuh diri, ternyata adalah jodohnya. Rasa kasihan di hati Jay yang dulu ada untuk Priscilla, kini sudah berganti menjadi rasa cinta yang begitu mendalam untuk perempuan yang ada di hadapannya. Jay tidak pernah menyangka bahwa ia akan mencintai seorang perempuan sampai seperti ini, Priscilla benar-benar membuat Jay tergila-gila padanya. Jay menyambut uluran tangan Priscilla dan menggenggamnya erat, netra mereka saling bertemu dan mengisyaratkan betapa mereka saling mencintai satu sama lain. Jay memeluk Priscilla erat, dan menjamah tiap inci
Priscilla menutup kancing baju tidurnya yang tadi sempat dilepas oleh Stefan, ia masih syok dengan tingkah liar Stefan. Priscilla menduga Stefan tengah mabuk, dari mulutnya tercium bau alkohol yang cukup menyengat."Aku bakal tanggung jawab kok, kamu gak percaya sama aku?"Bujuk Stefan, membuat Priscilla bingung. Lima tahun Priscilla mengenal Stefan, dan sudah lima tahun pula mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Stefan yang Priscilla kenal sangat baik dan sangat menjaga dirinya entah mengapa malam ini sangat berbeda, stefan meminta hal yang diluar batas dalam hubungan berpacaran."Kamu takut apa si Sil? Kamu kenal mami aku, mereka welcome sama kamu. Kalo kamu sampe hamil aku pasti bakal tanggung jawab Sil,""Tapi kamu janji Stef?"Stefan mengangguk dan terus meyakinkan Priscilla, dengan setengah hati Priscilla mengiyakan permintaan Stefan. Ia hanya berharap jika suatu saat na
Sudah hampir empat hari Stefan tidak menghubunginya, Priscilla sudah tidak bisa bersabar lagi untuk menuntut penjelasan dari Stefan. Hari ini Priscilla berniat menemui Stefan di rumahnya, tapi entah mengapa tubuhnya hari ini terasa lemas. Suhu tubuhnya normal, tapi Priscilla merasa seperti orang sakit."Priscilla sarapan yuk? mami udah masak sup ikan kesukaan kamu nih." Panggil Julie dari luar kamar Priscilla.Mendengar kata sup ikan membuat Priscilla sedikit bersemangat untuk beranjak dari ranjang, apalagi ia memang sudah merasa lapar sekali tidak seperti biasanya."Aku otw ke bawah mi!" Teriak Priscilla.Ponsel Priscilla berdering, setting alarm pengingat haid Priscilla berbunyi. Priscilla baru ingat kalau hari ini jadwal menstruasi tiba, tapi Priscillia sama sekali belum merasakan tanda-tanda haid."Telat kali ya gara-gara kebanyakan minum alkohol." Ucapnya.Di balik pe
Sudah satu bulan kejadian memalukan itu berlalu, namun Leonard masih enggan menyapa Priscilla. Hanya Julie yang selalu ada untuknya, walaupun Priscilla tau bahwa Julie juga kecewa berat padanya.Bahkan kekhawatiran Priscilla satu bulan yang lalu hampir terlupakan juga olehnya, hari ini siklus datang bulannya tiba tapi lagi-lagi darah haid itu tidak kunjung keluar juga. Priscilla menarik laci nakas yang ada di samping tempat tidurnya, mengambil benda yang selama ini ia sembunyikan. Priscilla tidak ingin menundanya lagi, jantungnya berdegup kencang saat alat itu mulai bekerja.'tolong aku tuhan.' batin Priscilla.Ia membuka matanya perlahan dan menatap hasil yang muncul di testpack tersebut, seketika bahunya melemas dan testpack itu jatuh dari genggaman tangannya."Aku hamil?"Ucap Priscilla seakan tidak percaya, tubuhnya bergetar. Masalah dengan kedua orangtuanya saja belum selesai, kini sudah muncul masal
"Priscilla, bangun sayang sudah siang."Ini sudah ke tiga kalinya Julie berusaha membangunkan Priscilla, namun tidak satupun jawaban terdengar dari dalam kamarnya. Ini tidak seperti biasanya, selelap apapun tidur Priscilla ia tidak akan pernah bangun lewat dari jam sembilan pagi. Julie yang sudah tidak sabar menunggu membuka paksa pintu kamar Priscilla dengan kunci cadangan."Sila?" Panggil Julie lagi.Kamar Priscilla kosong dan tempat tidurnya tertata rapih, Julie memeriksa ke dalam kamar mandi namun Priscilla juga tidak ada disana. Langkah Julie terhenti saat kakinya tanpa sengaja menyentuh sebuah benda yang tidak asing baginya, Julie mengambil benda kecil tersebut dan seketika tubuhnya jatuh tidak berdaya."Papi!" Teriak Julie, membuat Leonard terkejut."Ada apa mi?"Julie tidak sanggup berbicara, ia menyerahkan testpack tersebut pada Leonard. Rahang Leonard menge
Priscilla mulai merasa sangat bosan, seharian penuh yang ia lakukan hanya duduk dan membantu Yeyen berjualan di warung. Priscilla sudah tidak tahan lagi dan meminta izin pada Yeyen untuk berjalan-jalan sebentar, Yeyen awalnya tidak mengizinkan karena takut Priscilla akan tersasar tapi Priscilla terus membujuknya.Priscilla pergi keluar hanya dengan menggunakan daster usang milik Yeyen, cuma itu yang pas di badan Priscilla. Walaupun begitu ia masih tetap cantik.Terlalu menikmati perjalanannya, Priscilla sampai terlampau jauh berjalan dan tidak mengingat arah. Ia tersesat di sebuah jalur gang sempit, di ujung gang ada beberapa anak muda yang tengah berkumpul. Tatapan mereka membuat Priscilla tidak nyaman, Priscilla membalikkan badan berusaha menghindar dari mereka tapi sayang salah satu dari mereka mengejarnya."Hai cantik," sapa preman kampung itu.Priscilla tidak menyahutinya dan terus berjalan secepat mu
"Al?" Panggil Jay sambil mengetuk pintu kontrakan Alexa.Dua menit mereka menunggu akhirnya Alexa keluar dari rumahnya, ia menyambut Jay dengan senyum penuh di bibirnya. Tapi senyumnya hilang saat pandangannya teralihkan ke arah Priscilla, Alexa belum pernah melihatnya selama ini."Siapa dia Jay?" Jarinya menunjuk ke arah Priscilla."Dia temen gue, Al boleh gue minta tolong sama lo?""Tolong apa?" Perasaan Alexa mulai tidak enak, ia bisa menebak bahwa Jay akan menitipkannya disini."Gue titip dia di kontrakan lo boleh? Cuma beberapa hari aja sampe gue nemu tempat tinggal buat dia."Alexa tidak langsung menyahuti permintaan Jay, ia melirik dulu Priscilla dari atas hingga ke bawah. Pandangannya langsung berbinar saat melihat cincin dan gelang berharga fantastis tertaut di tangan Priscilla, ia bisa menebak Priscilla bukan anak dari kalangan sepertinya dan Jay.