Villa di ujung utara itu tampak sunyi pagi ini. Deburan ombak terdengar dengan suara burung camar sesekali. Ellina membiarkan perawat merawat luka di punggungnya. Matanya menatap laut lepas melalui jendela kaca."Nona, luka nona telah pulih. Dan kesehatan nona jauh lebih baik.""Hmm," jawabnya pelan. "Bisakah aku memiliki waktu untuk menggerakkan tubuhku sedikit lebih banyak? Aku merasa lelah berada di kamar ini,"Perawat itu tercenung. "Itu, aku tak memiliki jawabannya. Sebenarnya semua keputusan ada di tangan Tuan Muda Kenzie. Kami hanya mengikuti semua aturannya."Ellina terlihat sedikit kecewa.Jadi ini dia lagi? Kenapa begitu sulit?Saat perawat baru saja keluar dari kamar pengobatan, Ellina membersihkan dirinya. Karena luka di punggungnya telah pulih, dia bisa membersihkan dirinya sendiri. Seorang pelayan membawakan sebuah gaun putih tak berlengan dengan motif guguran bunga mawar merah. Gaun di atas lutut itu tanpak sangat cocok di atas kulitnya yang putih.Tak menyentuh sarapan
Sudut mata Kenzie berkedut saat tubuh lemah itu menabrak tubuhnya. Tatapannya jelas menghujam ke gadis yang jauh lebih pendek dari tinggi tubuhnya. Tangannya menahan lengan gadis itu keras. Membuat lengan gadis itu memerah dengan desisan pelan yang tak ingin dia dengar."Apa yang kurang dariku? Kenapa kau tak menginginkan menjadi wanitaku?"Mata Ellina bergerak takut. Dia mencoba menarik tangannya tapi tenaganya tak cukup kuat. Saat ini tubuh mereka sangat dekat. Tapi dia jelas melihat kilat kemarahan di mata pria dingin di hadapannya. Itu seperti badai api yang akan membakar seluruh tubuhnya."Lalu kenapa kau mengurungku?"Tak menjawab pertanyaan Kenzie dan kembali melemparkan pertanyaan yang dipikirkannya. Ellina berusaha mundur dan sialnya langkah Kenzie mengikutinya. Hal itu terus belanjut hingga punggung Ellina membentur dinding.Kenzie jelas merasa tertekan dengan petanyaan Ellina. Dia seorang pria, tapi kenapa dia tak bisa menjelaskan perasaannya? Kenapa dia tak memiliki jawaba
Sudut mata Ellina meneliti kerapian Lander dalam berpakaian. Ia mengerutkan keningnya sesaat. "Lander, kau akan pergi?"Lander mengangguk. "Untuk hari ini, aku akan pergi bersama Tuan Muda.""Kemana kalian pergi?" tanya Ellina antusias. Itu artinya sehari ini tak akan ada orang yang mengawasinya."Kesebuah pertemuan di Hight Mountain Club.""Oh, itu artinya kau tak bisa menemaniku?" tanya Ellina memastikan. Lander mengangguk lagi. "Nona akan di temani oleh --""Tidak," potong Ellina sebelum Lander menyelesaikan kata-katanya. "Aku tidak akan pergi kemanapun, jadi aku tak membutuhkan pengawal. Aku hanya ingin berkeliling Villa. Lagi pula ada banyak pelayan disini. Aku bisa meminta salah satu dari mereka untuk menemaniku."Mendengar itu Lander baru menyadari bahwa Ellina menjadi sangat patuh. Dia tak lagi melihat kemauan Ellina yang ingin melarikan diri dari sini. "Bisa kau tunjukkan padaku, letak dapurnya?" tanya Ellina sambil mengedarkan pandangannya. "Karena kau sangat baik dalam me
"Kalian," tanya Kenzie tak menemukan kata-kata yang pas. Dia melihat piring yang terhidang roti di meja makan."Tu-tuan, ini tak seperti yang kau pikirkan," ucap Lander kacau. Dia merasakan seakan hukuman mati baru saja di jatuhkan untuknya. "Ini, Nona memintaku untuk, untuk--""Ini sarapanmu,"Lander bungkam sata tiba-tiba Ellina meyodorkan sebuah piring pada Kenzie."Kau tak perlu marah pada Lander. Aku yang memintanya untuk menemaniku sarapan,"Lander mengangguk. Dia mundur beberapa langkah meninggalkan tempat duduknya. Melirik Kenzie yang hanya diam. Sedangkan Ellina masih menikmati sarapan paginya, seakan akan tak peduli pada kehadiran Kenzie.Tiba-tiba perasaan Lander menjadi buruk. Bibirnya terbuka dan ingin mengucapkan sesuatu. Tapi tak ada satu suara pun yang keluar. Dia merasa suaranya tercekik di tenggorokan. Membuatnya menahan napas dan mengeluarkan keringat dingin.Ya Tuhan, aku merasa seakan tertangkap tengah berselingkuh dengan majikanku sendiri. Kenapa aku duduk dan m
Tanpa sadar Ellina berlari ke ruang utama. Memburu sesuatu saat tersadar ada suara mobil halus yang mulai melaju. Langkahnya cepat, dia berdiri di tengah pintu dengan tangan memegang daun pintu kuat. Dari matanya yang jernih, dia jelas bisa melihat mobil hitam sport itu mulai melaju meninggalkan Villa."Pergi tanpa pamit."Ujung bibir bawah Ellina mengulum bibir atasnya sedikit. Wajahnya terlihat suram dengan kenyataan yang baru dia lihat. Namun hal itu membuat ekspresi di wajahnya terlihat mengemaskan."Nona,"Ellina menoleh. Itu adalah bibi pelayan yang dia minta untuk menemaninya."Apakah Nona akan keliling villa sekarang?"Memikirkan itu Ellina mengangguk. Dia tersenyum nyaris lebar dengan mata berbinar. Seakan lupa suasana hatinya yang memburuk beberapa saat lalu."Bisakah kita mulai sekarang?" tanya Ellina dengan menggengam kedua tangan pelayan itu tiba-tiba. "Bibi, aku akan kembali. Aku akan hanya mengambil sebuah buku jadi bibi jangan meninggalkan aku."Pelayan itu tertegun. D
Huh, Menghela napas pendek, satu sudut bibir Ellina terangkat tipis. Apa dia terlihat sangat menyedihkan meski dia tak memiliki nama keluarga di belakang namanya? Apakah hanya karena dia bukan lagi anggota keluarga Rexton, keluarga Reegan berpikir dia tak memiliki tujuan? Tak memiliki singgahan? Apakah dia terlihat sangat miskin hingga kedua orang tua Kenzie berpikir uang dapat menggerakkan hatinya? Bahkan jika dia sangat kekurangan, dia tak membutuhkan uluran tangan siapa pun untuk keuangan! Karena dia merasa sanggup berdiri sendiri hanya dengan mengandalkan kemampuannya! Jadi, apa alasan dia harus menerima penghinaan ini? Bahkan jika itu Kenzie, dia juga tak menginginkannya! Orang-orang kaya ini, benar-benar sangat mengerikan! Dalam satu waktu menginginkan dia menjadi anggota keluarga dalam acara perjodohan, lalu membuangnya jika dia tak memiliki nilai! Siapa yang berani menilai tentang semua hal yang tak dia miliki? Meski jika ayah dan ibu kandungnya mati, tak ada satu pun oran
Mobil itu melaju meninggalkan halaman villa di ujung selatan. Ellina duduk di belakang dengan tenang, tangannya membalikkan buku yang sempat dia baca sebelum kedatangan orang tua Kenzie. Ini adalah satu-satunya barang yang dia bawa dari villa. Sedetik kemudian matanya terpaku pada cincin di jari manisnya, entah bagaimana perasaannya menjadi rumit. "Kita akan memasuki kota setengah jam lagi," tegur Raven datar. Azzura melirik ke belakang karena merasa Ellina sangat tenang. "Apa ada yang kau butuhkan?" Ellina mendongak, menggeser buku di tangannya tanpa minat. Matanya menatap jalanan yang mulai ramai dan tanpa sadar senyumnya mengembang. Satu bulan, selama satu bulan dia jauh dari keramaian. Dia terkurung tanpa alasan dan saat dia bisa kembali, itu adalah untuk pergi dari kota tempat ia di besarkan. Beberapa orang tak menginginkannya ada di kota ini, tapi deretan orang yang harus dia temui juga terbayang rapi. Tak mendapati jawaban, Azzura melirik Ellina sekali lagi. "Apakah ada yan
Azzura adalah orang yang paling waswas tepat ketika pemberangkatan Ellina dari bandara. Dia selalu melihat telepon genggamnya yang tak pernah jauh darinya. Melirik Raven yang tenang, tentu tak ada yang tahu apa yang dia rencanakan. Bagaimana bisa dia rela gadis yang tak layak itu memeras keluarga setelah menggoda putranya? Bagaimana bisa gadis rendahan yang tak memiliki apa-apa memiliki saham keluarga Reegan dengan begitu mudah? Tak peduli apa yang telah dia lakukan putranya, itu tetap putra kesayangannya dan keluarganya tak harus membayar kompensasi apa pun! Sedikit pun, gadis itu tak berhak mendapatkan kompensasinya. Jadi, kenapa jika suaminya mengirimnya jauh ke lain negara? Dia hanya perlu mengasingkannya ke tempat yang tak semestinya lalu membunuhnya secara tiba-tiba. Tak akan ada yang curiga, karena dia meletakkan orangnya dengan sangat hati-hati. Bahkan suaminya tak menyadarinya, bahwa dia benar-benar berniat melenyapkan Ellina. *Jika rumah utama keluarga Reegan tampak tenan