Sinar mentari tampak tinggi dengan kilauan panas yang menyengat. Bangunan tinggi bertuliskan 'E. V. Company' itu tampak tenang. Kecuali satu pria yang telah menunggu lebih dari dua hari di sana. Wajahnya tampak kusut dengan sangat menyedihkan. Harapannya tak pernah putus hingga hari ini. Menjadikannya pemandangan yang sangat menyedihkan.
Saat sebuah langkah lebar di sertai para pengawal mengikutinya, pria itu bangkit langsung menghadangnya. Meninggalkan kesedihan dengan api membara di matanya.
"Presiden E. V," panggilnya lantang.
Ernest menoleh. Membuat barisan para pengawalnya menepi. Satu alisnya terangkat dengan pandangan tak mengenali. Hingga Zacheo maju dan membisikkan sesuatu. Lalu senyum Ernest menyambut.
"Kenapa?" hanya kata itu yang keluar.
Masih tersenyum, Ernest memasukkan dua tangannya ke saku. Menatap pria yang tak jauh dar
Mobil Ernest telah terparkir di E. V. Company. Ellina turun saat Ernest membukakan pintu mobil untuknya. Mereka berjalan beriringan hingga memasuki perusahaan. Semua karyawan yang baru saja datang pagi ini tertegun. Mata mereka seakan tak percaya. Bos mereka, datang ke perusahaan dengan seorang gadis cantik. Dan mereka terlihat sangat dekat.Desas desus pun berhembus cepat. Semua mata menunduk saat Ernest melewati semua karyawan. Memasuki lift dan membiarkan Ellina berdiri di sampingnya. Namun tiba-tiba sebuah tangan menghadang pintu lift hingga kembali terbuka. Wajah Zacheo menyambut dengan riang. Ellina tersenyum hangat saat Zacheo berdiri di sampingnya. Sedangkan Ernest merasa tak suka akan kehadiran Zacheo."Selamat pagi, Nona." sapa Zacheo hati-hati. "Aku tak tahu jika Nona akhirnya memutuskan untuk datang ke perusahaan,"Ellina menoleh, tersenyum tipis dan menatap Zacheo sesaat. "Kurasa ak
Typo bertebaran.Part belum di perbaiki.Happy reading.***Suara keyboard itu masih terdengar. Mata Ellina sama sekali tak teralihkan. Ia sendiri bahkan tak menyadari, sejak kapan ia bisa meretas sebaik ini. Yang ia ingat dari kehidupan lalu adalah, komputer seperti hidupnya. Lalu semua ia tinggalkan sejak perjodohan bodoh dan bertemu pria yang bahkan sama sekali tak menatapnya.Dia membunuhku! Tanpa melihat tangisan atau rasa sakit yang kurasakan!Tanpa henti, Ellina tetap melanjutkan aktivitasnya. Beberapa akun muncul dan mencoba melawannya. Mempertahankan sistem mereka agar tetap stabil dan mencoba menyerang Ellina kembali. Ia tersenyum, sangat dingin. Meski tak ada yang melihatnya, namun orang-orang di belaka
Ellina menyesap teh yang tersuguh di depannya. Tanpa alasan, punggungnya terasa panas. Ia menoleh kebelakang dan melihat siluet pria yang berjalan keluar. Sosok itu tampak tak asing baginya."Ada apa?" tanya Ethan mengalihkan perhatian Ellina.Ellina menggeleng. "Tak ada. Kurasa kita harus pergi sekarang,"Ethan mengangguk dan berdiri. Mengikuti Ellina yang berjalan lebih dulu. Memasuki mobil dan melaju menuju Universitas Hyroniemus. Dalam perjalanan tak ada perbincangan yang terjadi. Keduanya tampak tenang dengan pikiran masing-masing.Saat mereka sampai di universitas, Ellina turun tanpa mengajak Ethan masuk. Ia melangkah dengan yakin melewati semua mata yang seakan kagum pada sosoknya. Atau pada raut terkejut akan kembalinya kehadirannya. Beberapa penggemar yang mengidolakan sempat surut dan hilang. Tapi mereka tak pernah melupakan wajah cantik Ellina. Dan saa
Bang! Nero berlari dan langsung menerjang tubuh Ernest. Menendang Ernest kuat hingga tubuh Ernest jatuh ke belakang."Nero!""Tuan Muda!"Ellina dan Ethan berhambur menghampiri. Ellina menahan tubuh Nero dengan memeluknya. Sedangkan Ethan berusaha menghalangi tendangan Nero pada Ernest. Semua terjadi begitu cepat. Alvian dan Lykaios lebih memilih menonton. Kekacauan itu langsung mendapat sorotan. Saat semua yang melihat memegang telepon genggamnya dengan arahan kamera yang tertuju cantik. Dan rekaman video itu langsung tersebar secara cepat di kota Z.Ernest bangun dan menyingkirkan Ethan. Tubuh Ethan tertarik ke samping dan terhempas. Nero yang melihat itu terlihat sangat kalap. Kilatan benci itu terlihat sangat jelas. Dengan amarah yang memuncak hingga tak menyadari bahwa ia melukai tangan Ellina yang tengah memeluk tubuhnya. Menahannya agar tak menyerang Ernest lebih jauh.Ernest menatap dingin. Ekor matanya melihat lengan Ellina yang memerah hingga membiru. Di sisi tangan lainnya
Ellina mengerucutkan bibirnya. Meletakkan kartu yang ia pegang di depan Ernest. "Aku tak menginginkannya,"Ernest membelalakan matanya. "Kenapa?""Kenapa aku harus memiliki kartu yang dimiliki banyak orang," ujar Ellina sangat lirih, lebih mirip seperti gerutuan kesal. Namun Ernest dan empat pria di sampingnya dapat mendengar itu semua. Ethan yang mendegar itu membelalakan matanya. Terkutuklah kata-kata itu. Ya Tuhan, kenapa dia mengatakan itu. Zacheo, ya, Zacheo. Saat ini aku butuh Zacheo.Nero yang duduk tak jauh dari Ellina langsung meminum air dari gelas di depannya. Ah, aku tahu Tuan Muda E. V. sedikit gila. Tapi aku tak siap melihat kehidupan keluarga lain hancur. Alvian yang melihat raut wajah Ernest tertawa tipis. Itu antara sedih dan khawatir. Ia benar-benar menatap Ellina lekat dan menggerutu dalam hati. Shit! Persetan dengan kecantikannya, tapi tidakkah dia tahu? Kata-katanya baru saja membangunkannya harimau yang tertidur. Lebih dari itu semua, kenapa aku juga memiliki s
Pikirannya melayang jauh. Ingatan tentang sosok gadis cantik yang lekat di kepalanya tanpa sadar membuatnya mengehela napas kasar. "Kau kembali, setelah sekian lama."Kenzie tersenyum tipis tanpa sadar. Ia sangat ingat bahwa orang-orangnya tak ada yang dapat menemukan keberadaan Ellina satu tahun lalu. Kabar dan keberadaan gadis itu seakan tertutup sangat rapi. Tak ada yang dapat menemukannya meski ia telah mengerahkan orang-orang terbaik. Kini ia tahu kenapa ia memiliki jalan buntu. "Ernest Avram," gumamnya. "Sejak kapan kau mengenalnya? Kenapa aku tak tahu jika dia mengenalmu?" Perkiraan Kenzie menuju kebenaran. Jika ia tak memiliki akses sedikit pun tentang keberadaan Ellina satu tahun lalu itu karena ada dua hal kemungkinan. Pertama, gadis itu mati. Kedua, ia bersembunyi di balik orang-orang yang setara dengan keberadaannya. Dan kemunculan Ernest di video itu cukup membuat Kenzie memilih pilihan kedua. "Kau bersamanya? Kenapa aku tak tahu hal sepenting itu?" Ekspresi Kenzie
Maple Villa tampak hangat malam ini. Lykaios, Alvian, Nero, Ethan dan Ernest tengah duduk di ruang tengah dengan secangkir teh hangat di tangan masing-masing. Ketukan lantai terdengar saat langkah kaki menuruni tangga. Itu Ellina, dengan pakaian santai yang baru saja mandi lalu turun untuk membicarakan proyek yang akan ia tangani. Semua mata menoleh untuk melihat asal suara. Senyum Ellina terkembang membuat riak bahagia di wajahnya. Ernest bangkit menuju Ellina. Menaiki beberapa anak tangga lalu mengulurkan tangannya dan Ellina menerima itu langsung. "Terimakasih,""Hati-hati, kau tak perlu berlari."Mereka berdua turun dari tangga bersama. Senyum Ernest terkembang. Tapi itu menjadi terlihat memuakkan untuk empat pria yang duduk di tengah ruang tengah. Mereka berempat menjadi kesal dengan seluruh perlakuan Ernest pada Ellina. Namun mereka tak dapat mengungkapkannya karena Ellina sendiri terlihat nyaman. Dengan posisi duduk, Nero menarik satu bangku yang paling dekat dengannya. A
Ellina melangkah menuruni tangga sebelum akhirnya sebuah klakson mobil di luar Maple Villa mmembuatnya bergegas. Saat seorang pelayan membuka pintu, Ellina telah lebih dulu melangkah keluar. Menatap Ernest yang tersenyum di dalam mobil. "Kau datang lebih pagi?" Ernest memiringkan kepalanya ke kiri. Memberi perintah agar Ellina masuk. "Aku harus pergi mengurus sesuatu."Saat Ellina telah duduk di samping Ernest dan mobil melaju pelan, ia menoleh ke samping. Menatap Ernest yang fokus pada jalanan. "Berapa lama?""Satu minggu."Ellina manggut-manggut dan mencibir. "Bersama Zacheo?"Menganguk, Ernest menatap Ellina sesaat. "Ethan akan mengurusi keperluanmu. Jadi selama aku tak dapat menjemputmu, Ethan akan menggantikanku.""Tak perlu. Aku bisa memesan taksi,""Tak aman." potong Ernest cepat. "Usahakan jangan pulang larut malam. Tidak, seharusnya kau tak perlu datang ke kantor selama aku tidak ada."Ellina tertawa. Menatap Ernest lama dan terdiam dalam senyum manis. "Kau sekhawatir itu