Home / Sci-Fi / Hidden Secret / DILEMA REMAJA

Share

DILEMA REMAJA

Author: Enura
last update Last Updated: 2021-06-01 15:15:00

“Liana sudah siuman, ini mama bawakan susu putih,” ucap ama berjalan menuju ranjang Liana. Sontak Liana terkejut, dan menyembunyikan telunjuknya di bawah selimut.

Setelah kondisi Liana membaik, ia diperbolehkan untuk pulang, karena esok, ia harus tetap sekolah. Sesampainya dirumah, mama membawakan susu hangat dan nasi goreng untuk Liana. Seusai makan, ia pergi untuk membersihkan diri dan beranjak tidur.

***

Kukuruyukkkkkk …

Suara ayam jago berkokok, suaranya yang merdu membuat Liana bangun dari dunia mimpinya. Ia bersiap untuk berangkat kesekolah. Tanpa disangka, Aji sudah menunggunya sejak tadi di ruang tamu. Karena mendapat kabar jika Liana sakit, ia menjadi sangat gelisah.

“Astaga, kenapa kamu disini?” tanya Liana terkejut, hamper saya ia melompat melihat Aji duduk dengan santai di kursi ruang tamunya.

“Selamat pagi,” balasnya dengan santai.

“Liana tidak bilang papa, kalau dijemput teman hari ini,” ucap Papa sembari membawa secangkir kopi.

“Liana pun tidak tahu, Pa,” jawabnya.

“Apakah sudah siap-siapnya?” tanya Aji tersenyum memperhatikan tingkah Liana.

“Sudah ayo berangkat, cepat. Sebelum orang tuaku membututi kita,” ajak Liana berbisik kemudian menarik tangan Aji.

“Tak apa Li, nantikan Mama dan Papamu, juga jadi Mama Papaku,” canda Aji dengan sedikit tertawa, melihat wajah Liana yang semakin memerah.

“Sudah, ayo,” ajak Liana terburu-buru.

Orang tua Liana tertawa di balik pintu, melihat kelakuaan Liana dan Aji. Mereka jadi berfikir Aji adalah pria yang cocok untuk menjaga putri mereka.

“Aji, kenapa tidak mengirim pesan kalau mau jemput?” tanya Lian kesal sambil memakai helm.

“Sudah cepat naik, bawel,” jawab Aji cekikikan.

“Iya, aku naik,” Gumam Liana sambil melotot geram.

Mereka berangkat menuju sekolah bersama. Sesampainya di sana, mereka berjalan berdampingan, tanpa mereka sadari, Salma dan Ratih memperhatikan mereka sambil menahan tawa. Selain mereka berdua, Nia juga memperhatikannya dengan wajah masam.

***

Kring … kring …

Tanda bel istirahat berbunyi. Liana dan Salma ingin makan bakso di kantin sekolah. Tiba-tiba, Nia dan gengnya mengajak paksa Salma dan Liana menuju gudang belakang sekolah.

“Hei, anak kecil. Bayangin kalau kamu punya sesuatu, yang udah kamu perjuangkan, lalu hal itu direbut orang. Gimana rasanya?” tanya Nia mendorong kepala Liana dengan telunjuknya.

“Maksud kamu apa? Liana tidak melakukan apapun,”  protes Salma menatap Nia kesal.

“Kamu, diem ya, ini gak ada urusannya sama kamu,” seru Tika sembari mendorong bahu Salma.

“Gue suka Aji sejak SMP, sekarang dia masuk sekolah kita. Terus, kamu mau ngerebut dia gitu saja, dimana perasaanmu? Kita sama-sama cewek kan. Katanya murid berprestasi, tapi kok tidak punya hati,” caci Nia terus mendorong kepala Liana dengan telunjuknya.

“Aji sendiri yang mendekatiku, aku tidak melakukan kesalahan apapun,” balas Liana menatap Nia.

“Tidak usah banyak alasan. Aji itu punya gue, kamu siapa? Kalian masih belum ada status. Mungkin dia hanya mempermainkanmu saja. Setiap hari kami mengirim pesan dan saling menelpon. Atau mungkin, dia hanya menjadikanmu pelampiasan. Ayo gaes kita pergi,” kata Nia sembari mendorong bahu Liana.

Salma langsung memeluk Liana. Air mata itu bergulir tak tertahankan, hingga membentuk muara kecil di pipi Liana. Kata-kata itu sangat menyakiti hati Liana. Salma mencoba menenangkannya, dan segera kembali ke kelas, seakan-akan tak terjadi apapun.

Sejak saat itu, Liana menghindari Aji. Begitupun dengan Salma, ia hanya bisa bungkam, karena takut Nia akan berbuat yang tidak-tidak kepada Liana. Aji terus bertanya pada Liana, kenapa ia menjauh, dan ada apa. Tapi, jawaban Liana selalu sama, “Aku tidak apa-apa”.

Bagaimana aku bisa memberitahu Aji, aku paham apa yang dipikirkan Nia, aku pun juga seorang wanita. Apakah aku merebutnya dari Nia? Jahat sekali aku. Dan apakah Aji juga menyukaiku seperti aku menyukainya?. Aku tak menyukai rasa ini, rasa yang tak tentu, membuat bimbang, membuat orang lain tersakiti. Rasa bungkam yang aku rasakan ini sangat tak nyaman. Apa aku hanya dibuat pelampiasan oleh Aji, tapi mengapa begitu? Apa salahku? Kepada siapa aku harus berbicara? tak mungkin kepada mama dan papa. Aku tak mau menambahi beban untuk mereka. Ungkapan hati Liana.

Setelah itu, Liana langsung menunaikan sholat Isya’ dan membaca buku kesukaannya, hingga terlelap tidur.

***

Tidak, jangan pergi. mama, papa, jangan tinggalkan Liana sendiri. Liana takut. Tidak, kalian tidak boleh pergi, aku akan memegang tangan kalian. Kumohon jangan pergi. Mama! Papa! Mimpi yang sama.

Orang tua Liana meninggalkannya seorang diri. Namun, ada bayangan seorang lelaki tepat dibelakang mereka. Saat terbangun dari mimpi buruk itu, keringat Liana mulai bercucuran. Berulang kali ia berdoa agar perasaannya tenang. “02.45” waktu yang tertera di jam bekker Liana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hidden Secret   PERANG ATAU MUSNAH

    Salma kemudian mencabut sebuah kabel agar video itu berhenti, sebelum Liana melakukan hal yang tidak bisa dicegah. Semua orang terdiam dan terus memperhatikan Liana.“Aku akan membunuhnya,” ucap Liana kemudian mengaktifkan senjata andalan yang pernah ia siapkan bersama Panji, selama ada di bumi.Melihat itu, Sofi memeluk Liana dan berusaha menenangkannya. Sofi tahu, bahwa alat itu bahkan bisa menembak mati seekor godzila dengan sekali tembakan. Alat itu, dibuat khusus dan hanya Liana yang bisa memakainya.“Ada apa denganmu? Mereka hanya memancingmu Liana. Tidak mungkin, Aji dan Panji dalam kondisi itu,” jelas Sofi terus memeluk Liana.“Apa kakak tuli? Kak Panji jelas-jelas memanggil kakak, dan kini kakak memintaku untuk mengabaikannya? Apa kakak waras,” tanya Liana.Liana melontarkan pertanyaan itu sembari melepaskan pelukan Sofi. Ia berusaha menyembunyikan

  • Hidden Secret   KITA AKAN SEGERA BERTEMU

    Alat buatan Liana telah selesai. Alat berkilau yang ia kerjakan selama 13 jam non stop itu, akan menjadi salah satu komponen terpenting dalam sejarah penyelamatan planet ini.“Astaga, kenapa alat ini bisa berkilau?” tanya Ratih.“Ini adalah sebuah trik,” jawab Liana kemudian membawa alat itu dan pergi ke pusat teknologi kota.Salma dan Ratih bergegas mengikuti Liana. Mereka sadar bahwa saat ini, pilihan hidup mereka hanyalah membantu Liana dan kembali ke bumi bersama Aji dan Panji.***Proses evakuasi kota masih terus dilakukan. Semua penduduk diberi alat pelindung diri yang sudah dirancang khusus, untuk melindungi diri jika kota ini berhasil di ambil alih.“Tenanglah, Ana. Mereka berusaha memprovokasimu,” ucap Sofi terus memantau keadaan di luar sana.Sembari terus memantau lapisan keamanan, Ana mengaktifkan semua perlin

  • Hidden Secret   PERLINDUNGAN UTAMA

    Semua orang berkumpul di kediaman utama, termasuk Ana dan penjaga kota. Setelah bedebat dengan kakaknya, Liana terkejut mendengar sirine diikuti dengan sensor merah yang menyala dimana-mana.“Apa yang terjadi?” tanya Ratih terkejut sembari menggenggam tangan Salma.“Mereka datang!” teriak salah seorang penjaga yang tergesa-gesa masuk ke kediaman utama.“Situasi darurat, amankan kota!” perintah kepala penjaga kota kemudian berlari keluar.Tanpa mengatakan sepatah kata, Ana berlari keluar dan segera menuju ke pusat teknologi. Entah apa yang akan terjadi, Sofi menarik tangan Liana dan melarangnya untuk ikut campur.“Liana dengarkan aku,” perintah Sofi sembari memegang tangan Liana.“Apa yang kakak lakukan? Kita harus mengikuti Ana,” tanya Liana terkejut ketika Sofi menghentikan langkahnya.“Tidak! Kamu tidak boleh ikut campur. Ka-k

  • Hidden Secret   SELAMA INI MEREKA BERSEMBUNYI

    Tiba-tiba suara larangan terdengar. Suara yang tidak asing bagi Liana, namun ia sendiri tidak tahu suara siapa itu. Liana terus memegang liontinnya erat-erat. Berharap sesuatu yang buruk tidak terjadi. Namun…“Pergilah Liana. Lari… cepat….” Teriakan larangan itu kembali mengusik Liana.Tanpa tahu apa arti dari suara itu, Liana dengan cepat mengaktifkan VEBU dan pergi meninggalkan tempat itu. Rasa berat hati meninggalkan tempat yang ia cari seharian penuh untuk menjawab tanda tanya di otaknya.***Sesampainya di kediaman utama, Liana terkejut beberapa penjaga beserta Ana memenuhi kediamannya. Terlihat pula Ratih dan Salma dengan raut wajah khawatir, sekaligus marah tanpa Liana tau apa penyebabnya.“Mengapa semuanya berkumpul di sini?” tanya Liana begitu sampai dan melihat semua orang.Tidak seorang pun membuka bibir mereka untuk

  • Hidden Secret   APA YANG TERSEMBUNYI DI SANA

    Mendengar perkataan kakaknya, Liana pun mencatat semua yang ia dengar. Sofi tidak lagi mengigau, atau terbangun sedikitpun. Namun, ucapannya itu, jelas membuat Liana merasa sangat penasaran.“Apa yang baru saja diucapkan kak Sofi? Mungkinkah, ingatan itu adalah kejadian yang tidak diketahui oleh siapapun, saat kak Sofi menghilang,” tanya Liana kepada dirinya sembari merapikan selimut Sofi.***Hari sudah berganti. Matahari di atas daratan mungkin sudah terbit saat ini. Tinggal di kota bawah tanah dengan waktu yang sama dengan daratan, membuat semua orang melupakan kenyataan bahwa mereka sudah hidup cukup lama di bawah sana.Dengan sinar matahari yang diserap langsung dari atas, mereka kerap kali tidak sadar bahwa saat ini tengah menjalani kehidupan di dalam bumi.“Selamat pagi,” sapa Ratih sembari membawa sepotong roti.“Apakah kak Sofi masih tertidur?&rdqu

  • Hidden Secret   CERITA SOFI (II)

    “Mama akan melindungimu, jadi jangan bersuara.” Satu kalimat yang membungkam Sofi selama 5 tahun pertama dia tinggal di planet ini.Selama itulah, dia tidak berkomunikasi dengan siapapun. Bahkan, Sofi kerap kali menangis ketika mendengar bunyi benda keras yang berjatuhan.Kedua orang tua Ana berusaha untuk merawatnya seperti putri mereka sendiri. Namun, apadaya jika seorang anak terus merindukan kasih saying orang tua kandung mereka.“Saat itu, aku sedang menunggu,” ucap Sofi singkat.“Apa yang sebenarnya kakak tunggu?” tanya Liana semakin penasaran.“Mama,” jawab Sofi kemudian meneteskan air mata.Liana kemudian menggenggam kedua tangan Sofi erat. Ia sadar bahwa tidak seharusnya bertanya hal itu, karena akan membuat kakaknya semakin sedih. Namun, Liana ingin Sofi berbagih kesedihan itu dengannya.“Mama berkata,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status