Share

Bab 02. Bertemu

Penulis: Tessa Amelia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-17 11:49:28

"Ibu harap kamu tumbuh dengan sehat. Kita juga akan memulai semuanya dari awal. Ibu janji ibu akan bertanggung jawab atas diri kamu. Ibu akan berusaha menjadi ibu yang baik. Kita bisa melewati ini semua, Nak." gumam Alisa sembari mengelus perutnya yang masih rata.

Dia baru saja mendapatkan rumah sewa yang menurutnya layak untuk menjadi tempat tinggalnya saat ini.

Lokasinya dekat dengan stasiun dan tepat menghadap ke arah timur sehingga Alisa bisa melihat semburat fajar yang menyongsong.

Untuk hari ini biarlah dia istirahat, karena besok dia akan memulai harinya yang baru. Dia pun akan segera mencari pekerjaan dan berharap semuanya akan berjalan dengan lancar.

Namun, baru beberapa menit terlelap, Alisa sudah kembali bermimpi tentang kejadian malam itu.

"Aku mohon lepaskan aku. Aku mohon jangan lakukan itu. Aku mohon..." Alisa benar-benar gelisah.

Sosok pria itu, aromanya, dan hentakannya yang kasar di organ intimnya membuat Alisa tercekat dalam tidur.

Dia bahkan tidak bisa bernapas dengan tenang dan keringat dingin mulai membanjiri wajahnya saat ini.

Apalagi saat dia melihat wajah laki-laki itu, Alisa semakin ketakutan dalam mimpinya hingga membuatnya langsung terbangun.

"Astaghfirullah," ucapnya dengan nafas yang memburu.

Dadanya naik turun, jantung yang berdebar kencang setiap kali dia bermimpi buruk tentang laki-laki itu. Dia kembali menangis setelah mengingat apa yang terjadi padanya.

Tangisannya benar-benar terasa sangat menyakitkan. "Aku mohon pergi, jangan datang dalam mimpi ku lagi. Aku mohon..." 

Bahkan rasanya dia tidak ingin lagi mengingat kejadian malam itu, karena rasanya sakit sekali setiap dia mengingat malam mengerikan yang menghancurkan hidupnya saat ini.

***

Apa yang terjadi saat tidur membuat Alisa memilih untuk mengakhiri masa istirahatnya dan mencari pekerjaan.

Oleh karena itu, saat ini langkah kaki mungilnya membawa dia berjalan menyusuri kota kecil tempat di mana dia tinggal sekarang.

Gamis syar'i berwarna hijau miliknya terlihat sangat indah.

Untungnya dia masih memiliki beberapa rupiah yang bisa digunakan untuk membeli beberapa potong pakaian baru dan membayar sewa kontrakan untuk satu bulan.

Sepanjang jalan yang dilewatinya, banyak orang-orang yang terus melihat ke arahnya. Bahkan mereka juga memperhatikan dirinya dengan begitu detail.

Namun, Alisa sama sekali tidak peduli dengan semua itu, karen sudah sejak dulu dia mengalami hal seperti ini.

Jadi, dia sudah terbiasa. Lagipula, ini adalah tempat baru dan lingkungannya juga beragam.

Namun, tak jarang Alisa mendengar sekelebat bisik-bisik berisi pujian akan kecantikannya yang masih bisa terlihat walau dia sudah menutupnya.

"MasyaAllah. Matamu indah sekali, Nak," ucap seorang ibu yang rumahnya ia lewati.

Alisa hanya tersenyum sebagai tanggapan. Tidak dipungkiri bahwa mereka semua mengetahui kecantikannya walau dia tidak memperlihatkan kecantikan itu sendiri.

Langkah kaki membawa Alisa ke sebuah sekolah, di mana tadi mendengar bahwa di sana ada sekolah yang membutuhkan tenaga guru tambahan.

Mendengar hal itu membuat Alisa langsung bersemangat. Dia berharap bahwa dia bisa diterima untuk mengajar di sana.

Namun, sayangnya harapan itu harus kandas.

Sebab,  baru saja ia berjalan masuk ke ruang Tata Usaha, guru yang bekerja di bagian administrasi langsung berkata kalau sekolah itu tak bisa mempekerjakan guru yang tak memiliki kelengkapan identitas.

Terlebih, salah satu syarat untuk menjadi pengajar di sekolah itu juga tidak boleh memakai cadar.

"Baik pak, saya paham. Kalau begitu saya permisi." pamit Alisa sebelum pergi dari sana.

Alisa pun kembali melangkahkan kakinya untuk mencari pekerjaan. Dia benar-benar berharap bahwa dia bisa mendapatkan pekerjaan.

Walau letih, Alisa masih terus berusaha. Dia tidak boleh menyerah begitu saja, sampai dia mengingat bahwa ada seorang anak di rahimnya saat ini.

"Huek..." Alisa tiba-tiba saja merasa mual.

Jantungnya berdebar kencang dan keringat dingin mulai membasahi wajahnya.

Dia baru mengingat, bahwa dia sudah terlalu jauh berjalan. Bahkan dia juga merasa kram di bagian perutnya.

"Maafin, Ibu, Nak. Ibu lupa," ucapnya sambil mengelus perutnya saat ini.

Alisa duduk di bangku yang disediakan di sisi jalan. Dia beristirahat di sana untuk menghabiskan sepotong roti dan air mineral yang sempat dibelinya tadi.

Di saat dia sedang duduk di taman, tiba-tiba saja ada sebuah mobil melewatinya dan mobil itu membuat bajunya terkena cipratan air kotor yang tergenang.

"Astaghfirullah," ucapnya kaget sambil melihat pakaiannya yang kotor.

Sedangkan orang yang berada di dalam mobil tadi langsung berbalik arah saat ada sesuatu yang tiba-tiba saja membuatnya melihat ke arah belakang.

"Berhenti!" titah pria yang duduk di dalam mobil. Perintah itu  membuat supirnya langsung menghentikan mobilnya saat itu juga.

Sayangnya nasib baik tidak berpihak pada mereka, karena saat mobilnya berhenti polisi langsung menghampiri mereka.

"Berhenti!" teriak  pria itu, Damian, pada wanita yang duduk di bangku taman tadi.

Mendengar ada seseorang yang memanggil membuat Alisa menoleh.

Deg!

Sosok Damian membuat jantungnya Alisa berdebar kencang. Terlebih saat pria itu mulai membuka pintu dan keluar.

Tubuhnya refleks berlari untuk pergi dari sana secepat mungkin. Bahkan dia tidak lagi mempedulikan keadaannya saat ini.

Alisa berlari sekencang yang dia bisa agar menjauh dari laki-laki itu, sedangkan Damian juga berlari mengejar wanita yang sengaja berlari ketika dia memanggilnya.

Damian sangat yakin jika itu pasti  adalah wanita yang dicarinya. Damian sangat yakin karena mata mereka yang serupa.

Namun, baru saja dia hendak mengejar Alisa, seorang polisi langsung menghalanginya.

"Lepaskan saya, Pak!" sentak Damian.

"Ada ditilang, Pak. Mobil anda-"

"Silakan urus semua keperluan Bapak dengan supir saya." kata Damian hingga membuatnya langsung mendorong polisi tadi dan dia mengejar wanita itu.

Alisa yang berlari sudah mulai menjauhi Damian. Dia terus saja berdoa agar dia tidak bertemu dengan laki-laki itu.

"Sial! kemana dia?!" Damian mengumpat kesal saat dia kehilangan jejak Alisa.

Kini dia berdiri tepat di depan sebuah masjid.

Entah mengapa kedua kakinya membawa Damian untuk semakin memasuki tempat tersebut, karena dia yakin bahwa wanita itu berada di tempat ini karena hanya ini saja tempat yang mungkin di menjadi tempat persembunyiannya.

Sedangkan Alisa, kini dia bersembunyi di balik mimbar yang berada di dalam masjid tadi. Saat dia mendengar suara pintu yang terbuka membuat jantung Alisa semakin berdebar kencang.

"Ya Allah, tolong hamba ya Allah. Tolong hamba mu ini ya Rabb..." Alisa berdoa dalam hati agar dua tidak di temukan oleh laki-laki itu.

Dia berusaha menahan rasa sakit di bagian perutnya saat berlari cukup jauh tadi.

Dia harap anaknya akan baik-baik saja, karena dia tidak ingin terjadi apa pun pada anak yang ada di kandungannya saat ini.

Damian semakin memasuki tempat tersebut. Namun, baru saja dia melangkah memasukinya ada seseorang yang menahan dirinya agar tidak masuk ke dalam.

"Permisi pak, kalau masuk sepatunya tolong dibuka," ucap salah seorang yang menjaga masjid ini.

"Saya sedang mencari seorang wanita yang masuk ke sini." kata Damian karena dia yakin bahwa wanita itu berada di dalam sini.

"Tidak ada siapa pun di sini, Pak."

"Saya yakin tadi dia masuk ke dalam sini tadi, Pak" Damian masih dengan keyakinannya bahwa wanita tadi memang masuk ke dalam sini.

"Saya juga yakin, Pak. Masjid ini baru saya bersihkan dan tidak ada siapa pun di sini." jawab pria itu karena memang dia yakin tidak ada orang yang datang ke masjid ini setelah ia membersihkannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hijrah Cinta Alisa   Bab 63. Setitik Rasa

    Semakin hari hubungan mereka berdua semakin dekat. Alisa dan Damian semakin dekat, karena dia merasa bahwa perjuangan pria itu untuk mereka benar-benar sangat luar biasa. Apalagi saat melihat perhatian Damian pada Abidzar yang sangat luar biasa berhasil membuat Alisa mulai luluh. Dia merasa ada sesuatu dalam dirinya, yang mulai bisa menerima semuanya. Begitu juga dengan Damian. Dia merasa bahwa Alisa mulai menerima kehadiran dirinya. Tapi, di saat dia merasakan kebahagiaan itu tiba-tiba saja ada seseorang yang masuk ke ruangan kerjanya tanpa permisi dan dia adalah Claudia.Melihat Damian yang terlihat berseri-seri seperti itu membuat Claudia kesal. "Lihat, kamu bisa tersenyum seperti itu di saat kamu menceraikan ku! di mana pikiranmu Damian?" seru Claudia yang tidak bisa menerima semua ini. Sulit sekali untuk bertemu dengan pria ini. Bahkan sejak pertama kali dia mendapat surat gugatan perceraian itu, Claudia tidak bisa menemui Damian. Dan beruntungnya mendapatkan kabar bahwa pria i

  • Hijrah Cinta Alisa   Bab 62. Memulai Dari Awal

    Damian dan Alisa berusaha menguatkan diri mereka untuk menjalani semuanya. Mereka berdua masuk ke ruangan Abidzar setelah bicara dengan dokter dan mereka harus siap dengan semua ini. Saat keduanya masuk, Mereka melihat Abidzar yang sudah duduk di atas tempat tidur rumah sakit, bersama dengan seorang perawat. Mereka berdua tersenyum, dan itu membuat Abidzar merasa ada sesuatu yang janggal di sini. "Assalamu'alaikum, anak ibu," ucap Alisa ketika melihat putranya sudah terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya. Abidzar juga tersenyum sambil menjawab ucapan salam dari wanita yang memakai cadar berwarna hijau tersebut. "Waalaikumsalam." jawab Abidzar dengan sedikit canggung, dengan semua ini. Damian ikut merasa senang dan bahagia karena putranya bisa menjawab ucapan salam dari Alisa. Mereka berdua mendekat ke arah Abidzar, dan duduk di dekat putra mereka. Alisa sendiri bingung dan harus melakukan apa. Dia benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini. Terlalu canggung d

  • Hijrah Cinta Alisa   Bab 61. Sadar

    Damian bersama dengan Alisa pergi menemui dokter untuk membahas tentang kesehatan putra mereka. Di sini, Alisa benar-benar mendengarkan dengan seksama walau dia tidak tahu apa yang dibicarakan dokter itu dengan Damian karena mereka bicara dengan menggunakan bahasa Inggris. Tapi, saat melihat reaksi Damian, Alisa yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres di sini. Terlebih saat mereka mengetahui bahwa Abidzar seperti tidak mengenal mereka tadinya. Setelah bicara dengan dokter, dan berjabatan tangan, Damian membawa Alisa keluar dari ruangan itu setelah mengetahui penjelasan dari dokter. "Sebenarnya apa yang terjadi? Abidzar baik-baik saja bukan?" tanya Alisa karena dia juga penasaran mendengar apa yang dijelaskan dokter tadi pada Damian. Damian sendiri juga bingung jelaskannya. Bagimana cara dia menjelaskan semua ini pada Alisa, tentang apa yang terjadi pada putra mereka. "Tenang, Alisa. Abidzar akan baik-baik saja." jawaban yang Damian berikan tidak membuat Alisa merasa puas. Bahka

  • Hijrah Cinta Alisa   Bab 60. Kasih Ibu

    Alisa tidak menyangka jika Damian benar-benar mempersiapkan segalanya untuk sang Putra. Semua dipersiapkan dengan begitu baik, sampai Alyssa terkenal dengan semua fasilitas yang di dapatkan Abidzar. Ada sedikit rasa yang membuatnya terharu, bahwa pria itu benar-benar bertanggung jawab atas putra mereka. Putra mereka? entah mengapa tiba-tiba saja Alisa berpikir demikian. Memang tidak bisa dipungkiri, bahwa Abidzar memang putra mereka. Bahkan semuanya sangat mirip dengan Damian. "Alisa?" panggil Damian tiba-tiba hingga membuat wanita itu langsung menjauh. Dia baru saja memikirkan hal itu, tapi pria itu sudah datang dan membuatnya terkejut.Tapi, Damian sendiri langsung mengerti dengan ketakutan Alisa. Dia tetap berdiri di tempatnya, dan tidak mendekat ke arah Alisa."Aku tidak akan menyakitimu, Alisa. Aku hanya ingin bicara saja. Maksudnya, kau bisa pulang lebih dulu dan biarkan aku yang menunggu Abidzar di sini. Aku-""Tidak perlu. Aku akan tetap di sini. Lagi pula aku membawa pakai

  • Hijrah Cinta Alisa   Bab 59. Perhatian

    Damian buru-buru datang ke rumah sakit setelah berdebat dengan ayahnya. Dia tidak peduli dengan apa yang dipikirkan pria itu tentang dirinya. Yang jelas, dia benar-benar harus bercerai dengan Claudia. Seperti saat ini, dia yakin bahwa Claudia sedang menerima kabar tentang perceraian mereka, maka Claudia terus saja menghubunginya. Tapi, Damian sama sekali tidak peduli. Dia tidak ingin diganggu oleh siapapun, karena dia hanya fokus pada Alisa dan juga Abidzar saja. "Maaf, aku terlambat," ucap Damian ketika dia sampai di rumah sakit. Dia melihat Alisa yang sedang duduk ditemani oleh sopir yang sudah dia siapkan. "Bagaimana hari mu, Alisa?" tanya Damian yang memulai pembicaraan di antara mereka. Berharap bawa Alisa mau menjawab dirinya. "Aku baik-baik saja," jawab alis adalah itu membuat Damian tersenyum walau hanya jawaban sederhana seperti itu sudah membuatnya bahagia. Setidaknya Alisa mulai mau bicara dengannya dan itu membuat Damian semakin bersemangat untuk meluluhkan hati wan

  • Hijrah Cinta Alisa   Bab 58. London

    Alisa langsung menghubungi Tika setelah dia sampai di London. Tak lupa dia juga menceritakan di mana dia berada saat ini, karena pria bernama Damian itu membawanya ke sebuah apartemen untuk di tinggalinya selama di sini. "Terus gimana? Dia tinggal sama kamu juga?" tanya Tika penasaran dengan keberadaan pria itu, karena Tika tau bahwa Alisa tidak akan mungkin mau tinggal satu atap dengan pria yang bukan mahramnya. "Aku tidak tau dimana dia berada saat ini, Tika. Di rumah ini hanya ada aku dan saja. Bahkan sejak dia membukakan pintu untuk ku tidak ada orang lagi di sini. Tapi, yang membuat ku heran kenapa ada begitu banyak pakaian wanita di sini. Bahkan sampai cadarnya juga ada. Dia menyiapkannya dengan begitu lengkap untukku, Tika." jelas Alisa.Dia menceritakan pada Tika tentang apa saja yang terjadi di sini. Sampai apa saja yang di persiapkan untuk dirinya."Sudahlah, nikmati saja dirimu di sana. Fokus untuk kesehatan Abidzar dan segera pulang karena aku merindukan kalian." ujar Ti

  • Hijrah Cinta Alisa   Bab 57. Ikut

    Akhirnya Alisa ikut, walau rasanya sangat berat sekali. Tapi dia melakukan semua ini demi Abidzar, seperti apa uang Tika katakan padanya. Lakukan semua ini demi putranya. Maka dia akan melakukannya. Selama di dalam penerbangan, dia terus saja diam. Tidak ada pembicaraan apa pun di antara mereka berdua. Dimana Alisa masih tetap diam sambil mengkhawatirkan keadaan putranya. Sedangkan Damian, dia kerap kali mencuri pandang ke arah wanita itu. Sayangnya, Alisa sama sekali tidak peduli dengan hal itu. Bahkan dia tidak tahu jika pria yang berada di dekatnya itu kerap kali menjadi panah ke arahnya, karena dia memang tidak memiliki perasaan sepeka itu. "Tidurlah, Alisa. Kau sudah cukup lelah hari ini," ucap Damian karena dia tahu bahwa wanita itu pasti merasa lelah. Sejak tadi dia memperhatikannya, jika Alisa itu merasa ngantuk. Hanya saja dia menahan semua rasa itu demi menjaga anak mereka. "Aku tidak membutuhkan perhatian darimu." jawaban dari Alisa membuat Damian terdiam.

  • Hijrah Cinta Alisa   Bab 56. Rujukan

    Walau Alisa tidak membiarkannya membawa Abidzar, Damian masih tetap pada keputusannya untuk membawa Abidzar luar negeri demi kebaikan putranya. Dia sudah tidak peduli jika Alisa marah, yang terpenting baginya adalah kesehatan putranya. Ya, Alisa yang mendengar bahwa putranya akan dibawa pergi ke luar negeri membuatnya langsung menghampiri pria itu. Dia benar-benar tidak percaya bahwa Damian bisa berbuat sesuka hatinya. "Apa-apaan ini hah? kenapa kamu berbuat sesuka hati kamu?" sentak Alisa ketika berhadapan dengan Damian. Alisa langsung meluapkan emosi dan ketika berhadapan dengan pria itu. Bahkan rasanya dia ingin mencakar wajah Damian saat itu juga. "Apa lagi, Alisa? aku melakukan semuanya demi kebaikan Abidzar. Terserah jika kamu tidak ingin menganggap bahwa aku adalah ayah dari putra mu. Kenyatannya, aku adalah ayahnya dan aku berhak atas diri putraku. Aku memiliki hak yang sama dengan dirimu!" jawab Damian yang membuat Alisa langsung meradang. "Atas dasar apa kamu bisa meng

  • Hijrah Cinta Alisa   Bab 55. Membujuk

    Tika berusaha untuk membujuk Alisa agar mau membawa Abidzar. Tapi, wanita bernama Alisa itu tidak mau melakukannya. Egonya masih setinggi langit dan dia belum bisa menerima keadaan saat ini, bahwa Abidzar memang membutuhkan perawatan yang lebih baik dari di negara ini."Ayolah, Alisa. Kamu tidak bisa egois terus-terusan seperti ini. Bagimana pun kamu harus memikirkan keadaan putramu. Bukan aku menyayangkan pengobatan di sini, hanya bisa jadi luar negeri lebih baik fasilitasnya. Tolong jangan pikirkan apapun tentang laki-laki itu. Fokus saja pada kesehatan mentalmu dan juga putramu, karena saat ini hanya itu yang bisa menolong dirimu sendiri." jelas Tika. Dia berharap bahwa Alisa benar-benar bisa mengontrol dirinya dan tidak terus berputar dalam masa lalunya. Dia tidak menyalahkan siapa-siapa di sini, hanya saja Alisa harus memikirkan keadaan putranya yang membutuhkan penanganan secepatnya. Abidzar masih memiliki kesempatan untuk kembali pulih, dan mungkin saja jalan satu-satunya memb

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status