Dina berjalan beriringan dengan suaminya, memasuki rumah Oma yang bak istana. Sedangkan Vio, ia masih sibuk dengan barang bawaannya di garasi, dibantu dengan pak Umang–Satpam di rumah Omanya.
"Assalamualaikum, Oma," sapa Dina saat melihat sang Oma menyambut kedatangan mereka di ambang pintu."Waalaikumsalam, Din, Al, ayo masuk-masuk," jawab Oma dengan raut bahagianya. Dina kemudian melangkah masuk, mencium tangan sang Oma penuh hormat, yang dibalas pelukan hangat oleh Oma Rose.Oma Rose kemudian memandang Dina penuh makna, "Oma senang deh sama kamu, Din. Cucu Oma banyak, tapi tiap mereka ke sini mana ada yang mau cium tangan Oma kaya kamu begini, paling cium pipi sebentar setelah itu kabur sendiri-sendiri," ucap Oma Rose sembari melirik Al menyindir.Tanpa basa-basi, Al segera mendekat ke arah Oma, kemudian melakukan apa yang baru saja dilakukan oleh Dina."Nah, gitu dong jadi cucu. Hormat dikit ma orang tua," sahut Oma Rose dengan nada"Mbak Jum masak apa hari ini? Aku mau masakan Mbak Jum aja lah, jijik lihat masakan Dina," sahut Vio membuat Oma menggeleng-gelengkan kepala."Mbak Jum tadi masak nasi goreng, Non, mau Mbak ambilkan?" tawar mbak Jum."Iya, Mbak." Mbak Jum pun segera bergegas mengambilkan Vio nasi goreng buatannya.Sedangkan Al yang sudah tak sabar ingin segera mencicipi masakan istrinya, dengan cepat menyenangkan nasi ke piringya, tapi Dina yang berada di sisinya segera mencegah."Biar Dina ambilkan A'," ucapnya kemudian mengambil alih piring di tangan Al."Segini kurang A'?" tanya Dina."Kurang, tambahin dikit lagi," sahut Al membuat Oma dan Vio keheranan."Gila lo, Al, porsi sarapan lo udah kaya pak tukang," sahut Vio ceplas ceplos."Iya, Al, sejak kapan kamu jadi suka sarapan nasi? Mana banyak betul porsinya," sahut Oma Rose juga merasa heran."Sejak Dina masak nasi untuk sarapan," sahut Al sembari mulai menyuapkan n
"Lho, Non? Biar Mbak Jum aja!" pekik Mbak Jum yang melihat Dina membawa tumpukan piring kotor ke dapur."Sssssttttt ... Jangan keras-keras, Mbak!" desis Dina memperingati Mbak Jum, tak ingin keberadaannya diketahui oleh Vio yang sedang video call dengan mamanya di taman belakang."Oh, iya, Maaf, Non," sahut mbak Jum lirih."Mbak Jum tolong bantu bereskan sisa makanan di meja aja ya," sahut Dina sembari meletakkan piring kotor di tempat cucian piring."Siap, Non, itu piringnya ditaruh aja, biar nanti Mbak Jum yang cuci," sahut Mbak Jum tak enak hati, pasalnya baru kali ini ada penghuni rumah mewah ini yang bersedia menginjakkan kaki di dapur untuk membantunya beberes."Iya, Mbak, saya mau ke situ sebentar," sahut Dina berpamit ke taman ingin mencuri dengar pembicaraan Vio dengan mamanya.Perlahan Dina berjalan ke taman, dan mengambil tempat yang aman dari pengelihatan Vio, samar-samar dia mulai mendengar percakapan Vio dengan Mamanya.
"Uhuk ... Uhuk ...."Dengan cekatan Dina segera mengambil segelas air putih dan menyerahkannya pada Vio. Tanpa babibu, Vio segera meneguk air putih di gelas itu hingga tandas.Vio mengatur napasnya sejenak, wajahnya memerah padam karena menahan malu."Lo ngapain sih? tiba-tiba nongol kaya jailangkung aja," sungut Vio."Biasa, jaga-jaga aja di sini, takut ada kucing yang curi-curi makanan," sahut Dina santai.Tak sanggup untuk lebih lama menanggung malu, Vio segera beranjak pergi dari hadapan Dina, namun dengan cepat Dina mencegah."Eh, mau ke mana?" ucap Dina dengan mencekal lengan Vio."Ih, apaan sih? Lepas nggak? Nggak sopan lu ya!" sungut Vio berusaha melepaskan cekalan tangan Dina."Kamu dengar aku baik-baik ya, Vio! Lauk-lauk ini mungkin bisa berhasil kamu curi, tapi jangan harap kamu akan berhasil mencuri suamiku. Akan aku pastikan, aku lebih bermain cantik dibanding kamu!" ucap Dina penuh penekanan, kemud
"Bulan madu, Oma?" sahut keduanya bersamaan."Iya, bulan madu. Kalian belum merencanakan bulan madu 'kan?" tanya Oma Rose memastikan.Al dan Dina menggeleng bersama."Ya sudah, kalau gitu nanti Oma yang uruskan. Kalian akan bulan madu ke Seoul, anggap ini sebagai hadiah pernikahan dari Oma," sahut Oma Rose bersemangat."Tapi nggak bisa gitu dong, Oma ....""Kenapa? Dina pasti suka kalau kamu ajak ke Seoul. Ya 'kan, Din?" tanya Oma Rose langsung pada Dina."Pasti, Oma. Dina akan sangat bahagia kalau Aa' Al ajak Dina bulan madu. Nggak harus ke Seoul, di sini-sini aja juga Dina dah senang banget," sahut Dina tak kalah bersemangat."Tuh, Al, kamu dengar sendiri 'kan apa kata istrimu?" sahut Oma Rose."Iya, Oma. Tapi 'kan ...." ucapan Al terpotong oleh suara dering dari ponselnya."Bentar ya, Oma, Al angkat telepon Reno dulu."[Halo, Ren?][Halo Al, sorry ganggu waktu liburan lo. Gue kelup
Dari bayi udah ganteng, ya?" ucap Dina yang tiba-tiba sudah berada di sisinya."Astaga, Din. Ngagetin aja," sahut Al sembari kembali meletakkan pigura di tangannya."Itu Aa' kan yang di dalam foto?" tanya Dina memastikan."Iya," jawab Al singkat."Jadi itu Mama dan Papa?"Al mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan istrinya."Mereka tampak sangat mencintai Aa'," komentar Dina."Tapi mereka meninggalkan saya sorang diri," sahut Al dengan sorot penuh luka."Itu bukan kemauan mereka A', mereka hanya mengikuti takdir Allah yang tak dapat ditolaknya," sahut Dina meluruskan.Al hanya menghela nafasnya tanpa menjawab ucapan Dina. Baginya, alasan takdir sudah sangat basi. Semua orang memintanya untuk bersabar dan ikhlas menerima kepergian kedua orang tuanya dengan alasan itu, tapi baginya, menerima takdir Tuhan yang pahit tak semudah membalikkan telapak tangan."Aa' pasti kangen ya?" tanya Dina memec
Kamu kenapa, Din?" tanya Al pada Dina yang tampak melamun. Percakapan Vio dengan Mamanya yang merencanakan hal buruk pada suaminya sukses memenuhi isi pikiran Dina."Oh, A', nggak apa-apa," jawab Dina kikuk."Kenapa melamun? Ada yang mengganggu pikiran kamu?" tanya Al perhatian."Nggak ada sih, A', cuma masih berusaha mencerna kehadiran Vio yang tiba-tiba aja," jelas Dina tak sepenuhnya berbohong."Kenapa? Sikap Vio membuat kamu tidak nyaman ya? Jangan dimasukkan hati, dia memang begitu orangnya," ucap Al menyarankan."Iya, A'," sahut Dina tersenyum. Mereka tengah menikmati suasana pagi yang mulai memanas di area kolam renang. Setelah memberi Oma bantal dan selimut untuk menunjang kenyamanan tidurnya, Al dan Dina memutuskan untuk menghabiskan waktu berkeliling rumah Oma sembari berbincang ringan."A', boleh aku tanya sesuatu?""Silakan.""Sedekat apa Aa' sama Vio?" tanya Dina lugas, membuat Al memandan
"Gengsian banget sih, A'!" sahut Dina."Kamu tuh yang kege-eran!" seru Al tak mau kalah."Tapi nggak apa-apa kok, A', Dina senang digenggam-genggam Aa',"ucap Dina dengan pandangan manjanya, "lagi, dong!" lanjutnya sembari menyodorkan kedua tangannya ke hadapan Al."Ogah!" sahut Al berlalu dari hadapan Dina berjalan ke kolam renang, senyumnya yang tertahan akhirnya terukir saat ia telah berhasil memunggungi Dina. Al berdiri di tepi kolam dengan kedua tangan berada di saku celana jeansnya."Tuh kan! Senyum-senyum!" pekik Dina yang tiba-tiba menyumbul dari bawah, membuat Al terlonjak kaget melihatnya."Astaga, Dina!" pekik Al terkejut."Dasar om om gengsian!" gumam Dina pelan hampir tak terdengar sembari menyedekapkan kedua tangannya."Apa kamu bilang? Coba ulangi sekali lagi!" titah Al yang mendengar gumaman lirih istrinya.Dina membalikkan badannya menghadap Al, kemudian membetuk hati dengan kedua jarinya, "Saran
"Al sama Dina mana sih? Kok nggak kelihatan batang hidungnya? Udah sore juga, apa mereka dah pulang ya? Tapi mobil Al masih ada," batin Vio celingukan mencari keberadaan Al dan Dina."Gue ke kamar Al aja lah," lanjut Vio dalam hati, kemudian mulai menaiki anak tangga."Eh, Vi! Mau ke mana kamu?" teriak Oma Rose."Ke kamar Al," sahut Vio singkat."Bocah ngawur!" seru Oma Rose melihat Vio yang mulai menaiki tangga."Kenapa sih, Oma?""Turun, Vi!""Nggak mau, Oma!""Turun nggak, Vi!" seru Oma Rose sekali lagi."Iiihh, Oma! Kenapa sih?" sahut Vio kesal sembari menuruni anak tangga dengan menghentak-hentakkan kakinya."Kamu tuh ngapain mau ke kamar Al? Dia nggak suka kamarnya dijamah orang lain." Oma Rose memperingati, beliau paham betul bagaimana kepribadian cucu-cucunya."Ya, kan Vio cuma mau manggil Al, Oma! Nggak asal masuk-masuk," sungut Vio."Sama aja kamu ganggu! Kamu lupa m