"Aa' suka nggak dengan pemandangan sunrise?""Suka.""Kenapa Aa' menyukai sunrise?""Ya suka aja," jawab Al singkat."Tanya balik dong, A'," pinta Dina."Tanya apa?""Tanya, kenapa aku suka sunrise?""Memangnya kenapa?""Karena tiap kali aku melihat sunrise, aku akan teringat Aa', Aa' adalah manifestasi sunrise dalam hidupku," ucap Dina dengan senyuman manisnya."Kamu sedang merayu saya?""Nggak sih, hanya mengungkapkan isi hati aja," sahut Dina."Memangnya kenapa kamu anggap saya seperti sunrise?" tanya Al penasaran."Karena kehadiran Aa' di hidupku bagaikan matahari terbit, ia datang untuk menggantikan malam yang gulita dengan cahaya.Sama seperti Aa', hadir di hidup Dina, menyelamatkan Dina dari tempat bak neraka, dan membawa Dina ke tempat seperti surga," jelas Dina tulus sembari memandang lekat kedua mata elang suaminya "Bisa aja kamu," jawab Al bersikap seolah tak tersentuh, padahal jauh dalam lubuk hatinya ia tenga
Setelah menurunkan Vio di depan rumah Oma, Al segera melajukan mobilnya menuju kantor yang letaknya lebih dekat dari rumah Oma."Din, kamu kuliah?" tanya Al masih dengan fokus menyetir."Nggak kok, A', Dina hari ini masih izin, kenapa, A'?" tanya Dina."Saya ada meeting pagi ini, dan waktunya sudah terlalu mepet. Gimana kalau kamu ikut saya ke kantor dulu? Nanti biar Pak Supri jemput kamu di kantor?" tanya Al seraya menambah kecepatan laju mobilnya."Nggak apa-apa, A', nggak perlu minta Pak Supri jemput juga, biar Dina tunggu Aa' sampai selesai, kalau Aa' berkenan," sahut Dina memandang suami di sisinya."Kamu nggak apa-apa? Apa nggak bosan nungguin saya kerja seharian?" tanya Al."Malah seneng bisa dekat-dekat dengan Aa' terus," jawab Dina membuat Al tersenyum hangat. "Tapi kalau Aa' merasa terganggu dengan keberadaan Dina, nanti Dina bisa pulang dengan taksi online," lanjut Dina lagi tak ingin lancang."Nggak, nggak ... Saya nggak terganggu kok," j
"Masa sih?""Beneran, A'," sahut Dina yakin."Alah, kamu aja panggil saya Om saat pertama bertemu," protes Al tak mempercayai ucapan Dina."Iya, tapi bukan karena wajah Aa'," sangkal Dina."Lalu?""Ya, karena Dina pikir yang suka jajan di tempat begituan biasanya Om-Om," sahut Dina polos."Terus menurut kamu kenapa mereka mengira kamu ponakan saya? Padahal 'kan kamu istri saya?" "Itu karena wajah Dina aja yang keterlaluan imutnya, A'," sahut Dina percaya diri dengan menahan senyumnya."Kamu ya, sempat-sempatnya narsis di atas derita saya," sahut Al yang justru merasa terhibur dengan sikap Dina yang berusaha mencairkan suasana."Tapi Aa' setuju nggak kalau Dina ini overdosis imutnya?" tanya Dina lagi."Ehm ... Gimana ya?" ucap Al berlagak berpikir."Coba deh, mikirnya sambil lihat Dina, biar cepet bisa jawabnya," ucap Dina seraya meraih pipi suaminya yang berjambang dan mengarahkannya untuk memandang dirinya."Gimana, imut 'kan?"
Hari demi hari berlalu, dan hanya tersisa dua hari untuk sampai di hari resepsi Alfaro dan Dina. Walau segala sesuatunya disiapkan serba mendadak, tapi hal itu sama sekali tak membuat rempong calon kedua mempelai. Sebab dalam hal ini semua telah di handle Oma dan beberapa asisten yang telah disiapkan Al.Al dan Dina hanya perlu datang untuk fitting baju dan foto prewedding, selebihnya mereka hanya tinggal menunggu sembari meneguk cawan madu.Seperti siang ini, Al tiba-tiba pulang lebih awal sebab tahu Dina selesai kuliah lebih cepat. Ia rela meninggalkan pekerjaannya demi agar bisa bermesra-mesra dengan bocah tengilnya."Loh, Aa' kok sudah pulang sih? Ini masih jam 2 lho, A'," tanya Dina terkejut saat mendapati suaminya tiba-tiba muncul di kamar."Saya hanya mau memastikan kamu langsung pulang atau ngelayap dulu," sahut Al beralasan."Kalau soal itu 'kan Aa bisa telepon Dina, nggak harus pulang begini," sahut Dina heran dengan alasan suaminya yang tak masuk
"Oiya? Kenapa?""Nggak apa-apa, istimewa aja. Lain dari yang lain," sahut Dina sumringah."Oke, kalau begitu saya akan sering-sering menggunakan panggilan itu untuk kamu," jawab Al menerbitkan senyum di bibir mungil istrinya."Kalau Aa' suka Dina panggil apa?""Sayang." Al menjawab mantap."Sayang? Kenapa Aa' suka dipanggil sayang? Bair romantis ya?" tanya Dina dengan nada menggoda."Nggak juga. Hanya saja saat pertama kali kamu memanggil saya dengan panggilan itu, saya merasakan sesuatu yang berbeda, saya suka," jawab Al membuat Dina semakin mengembangkan senyumnya."Aa' tau nggak sih, bareng sama Aa' tuh bikin rahang Dina capek lho!""Kok gitu?""Soalnya Dina senyum-senyum terus," jawab Dina membuat Al kembali tersenyum."Bagus dong, artinya kamu bahagia bersama saya.""Sangat A', sangat bahagia. Allah begitu baik telah mengirimkan Aa' untuk Dina. Dina tak hentinya bersyukur untuk itu," ungkap Dina tulus.Al membalas ucapan Dina
CINTA SATU MALAM - PESONA OM BUJANG LAPUK (32)"Kenapa, Sayang? Apa ada masalah?" tanya Dina seraya memeluk suaminya dari belakang."Kamu lihat Vio? Hampir seluruh keluarga saya sejenis dengannya, bahkan banyak yang lebih bar-bar darinya. Sejak kecil saya kurang cocok dengan lingkup keluarga Papa, sebab saya tidak merasakan ketulusan dari mereka. Itulah sebabnya, saya memutuskan untuk berimigrasi dari Jakarta ke Surabaya, yang lalu langkah ini diikuti oleh Oma." Al mulai menceritakan prihal keluarganya pada Dina."Oh, gitu ... Tapi kenapa mereka begitu, A'?""Entah mengapa? Tapi sudah lah tak perlu dibahas," ucap Al membuat Dina tak lagi melanjutkan sesi tanya jawabnya, sebab menangkap sikap tak nyaman dari suaminya."Sebaiknya kita istirahat, kemudian bersiap. Selepas maghrib nanti kita jalan ke rumah Oma," ucap Al sembari melangkah kembali ke ranjangnya.Dina mengikuti langkah kaki suaminya, kemudian turut membaringka
"Iya, tapi tidak untuk saya," jawab Al membuat Dina terdiam lalu menoleh ke arah suaminya."Karena hanya saya yang berbeda dari mereka. Saya tidak merasakan keberkahan itu, saya tidak memiliki orang tua, tidak bersaudara, bahkan sebatang kara," ucap Al terdengsr begitu pilu menusuk hati Dina."Ya Allah, aku sangat faham bagaimana perasaan Aa' Al, apa mungkin ini alasan ia merasa tak nyaman berkumpul dengan mereka? Pasti rasanya begitu sakit, saat melihat kerabatnya bahagia dengan keluarga masing-masing, sedangkan ia sendiri bagai seorang yang terasing," batin Dina.Dina meraih tangan Al, membuat lelaki dengan mata elang yang semula memandang kosong ke depan itu kini beralih memandangnya."Aa' jangan sedih ya? Jangan pernah merasa sendiri, karena sekarang 'kan sudah ada Dina yang menjadi team Aa'," ucap Dina menghibur.Al tersenyum tipis."Saya tidak merasakan kesedihan, Din. Karena sudah puluhan tahun saya merasakan hal ini. Saya
Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (33)Hingga tiba-tiba ...Buugk!"Astaghfirullah, Aa' ...!"Terdengar suara bogeman yang mendarat di rahang lelaki kurang ajar itu diiringi suara teriakan Dina yang terkejut dengan aksi suaminya yang tiba-tiba.Sesaat Dina terdiam, menutup mulutnya debgan tangan, melihat darah segar mengucur daru ujung bibir lelaki yang mendapatkan bogeman suaminya.Menyadari hal yang harus dilakukannya, Dina segera memeluk suaminya dari arah belakang dan menariknya mundur perlahan, ia dapat merasakan seluruh tubuh suaminya itu menegang menahan amarah."A', istighfar, A' ... Sabar ...," desis Dina lirih menenangkan suaminya.Plok ... Plok ... Plok ....Lelaki kurang ajar yang baru saja mendapatkan bogeman Al itu kini justru bertepuk tangan."Hebat ... Sungguh hebat, ternyata seorang Alfaro Alfahri bisa bucin juga," ucapnya terdengar seperti sebuah ejekan di telinga Al.