Share

Bab 18 Surat Perjanjian

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Kulihat seisi rumah tampak lengang. Tak ada yang banyak bicara. Mereka sibuk dengan urusannya. Begitupula mertuaku, dia hanya membalas salamku. Tak bicara sepatah kata pun.

Aku seolah masuk ke dalam tempat asing. Tak ada yang baik untukku. Bahkan mas Hakim sendiri bersikap sama. Ini kesalahanku, keadaan ini jadi bertambah parah. Seharusnya aku bersikap lebih sabar pada mas Hakim. Kini aku seperti orang asing.

Tiba-tiba perutku merasa lapar. Aku ingin makan. Namun aku segan untuk makan disini.

"Mas Hakim."

"Apa?"

"Aku belum makan siang."

"Masih lapar. Tapi kamu bisa kabur."

"Aku benar-benar lapar, Mas."

"Ambil sendiri sana!"

"Tapi aku takut ibumu masih marah padaku. Aku tak enak ambil makanan."

"Kamu tahu darimana dia marah? Mangkanya jangan main kabur saja."

"Yah sudah aku ambil."

Baru aku mau ke dapur. Lalu aku mendengar mbak Namira sedang ribut. Hingga kuurungkan untuk mengambil makanan.

"Sudahlah, Bu. Orang kayak gitu bikin malu saja. Aneh s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status