Hari ini aku masih libur kerja karena hari minggu. Saat aku bangun tidur aku dikagetkan oleh Sari baju kotor semua sudah bersih dan berjejer rapi di jemuran.
Baju juga sudah disetrika. Lantai juga sudah bersih. Mungkin efek dari aku omelin kemren, akhirnya sekarang dia jadi berubah.Ikut senang juga sih, kalau dia mulai memperhatikan pekerjaan rumah.Aku hari ini berniat untuk menemui Hana. Aku mau memberikannya pil KB yang aku belikan kemarin untuknya, sekalian aku mau mengajaknya jalan-jalan. Sebenarnya, aku belum membuat janji sih kepadanya. Ya, semoga saja dia ada di kos."Mas!" Tiba-tiba Sari menghampiriku.Ada yang berubah dengan tampilan Sari. Oh, kulihat lumayan sekarang dia tidak memakai daster. Sekarang dia memakai kaos dan celana pendek yang sedikit menerawang. Baju yang pernah aku belikan saat pertama kali aku ajak liburan saat pengantin baru. Padahal dulu katanya malu sekarang dia mau pakai.Dalam hatiku berkata, "Ya, begitu dong dibelikan baju nggak pernah dipakai.""Ya, Sar. Ada apa?" tanyaku."Ayo cepetan mandi, aku sudah siapkan sarapan untukmu!""Ya, baiklah.""Si ganteng di mana?" Aku menanyakan anak lelakiku kepada Sari."Masih tidur, Mas. Semalam dia begadang.""Kok tumben kamu nggak bangunin, Mas?""Ya, soalnya aku lihat Mas pulas sekali tidurnya. Jadi aku tidak berani bangunin Mas Nanang.""Oh, ya sudah kalau begitu. Terimakasih banyak sudah mengerti aku kalau aku sedang capek.""Iya, mas, maafin aku lagi ya! Aku berjanji aku akan berubah," katanya."Ya, ya," jawabku sambil berlalu.Saat aku selesai mandi. Aku pun langsung menuju tempat makan.Aku kaget setelah membuka tudung saji. Terdapat beberapa macam lauk. Ada tempe, ikan goreng dan ayam bakar serta ada sayur sop, tak lupa ada sambal dan kerupuk sebagai pelengkapnya. Semua masakan ini tersaji dengan rapi, dilihat dari wajahnya sepertinya enak.Kali ini aku sedikit kaget sih, karena biasanya dia cuman masakan aku sayur bening dan sambal teri sudah itu saja, tanpa lauk. Sampai rasanya males banget makan karena masakannya itu-itu saja."Apa, hari ini akan ada tamu, Dek?""Nggak ada mas," jawabnya."Wo, tumben banyak banget menu makanan hari ini?" tanyaku penasaran."Aku sengaja memasak ini untuk kamu, Mas," jawabnya lagi."Wo, masakan semua ini untuk Mas?" tanyaku. Rasanya seperti mimpi di siang bolong istri yang tidak pernah bisa masak ini, membuatkan aku beraneka macam masakan. Semoga saja rasanya juga tidak mengecewakan."Iya, Mas, cobain dulu! Semoga kamu suka.""Baiklah. Ayo duduk sini makan bareng sama Mas. Si ganteng masih tidur, kan?""Iya, mas. Dia masih tidur."Kemudian Sari menyajikan kepadaku nasi dan sayur serta diambilkan nya lagi sambal dan lauk ikan goreng. Tumben dia perhatian banget hari ini. Kesambet apa dia, sampai aku tercengang oleh tingkahnya kali ini."Ayo, Mas dicoba!""Oke, aku makan, ya," kataku sambil aku memasukkan sendok yang berisi makanan ke dalam mulutku. Saat aku mengunyahnya, aku rasa masakan Sari lumayan enak rasanya, jika sekelas Sari, yang tidak bisa memasak. Kalau dibandingkan dengan Hana, ya, jelas kalah jauh! Masih enak masakan Hana, jauh pol."Gimana, Mas? Enak apa nggak?" tanyanya dengan penuh harap atas pendapatku."Ya, lumayan lah. Lebih baik dari masakan yang sebelum-sebelumnya." Mau aku bilang nggak enak kok kesannya aku nggak mau menghargai hasil jerih payah usahanya."Syukurlah mas, kalau lebih baik daripada masakan aku sebelumnya. Aku juga berharap aku bisa lebih pintar lagi buatin masakan untuk Mas Nanang.""Iya, belajar terus nanti pasti kamu bisa. Kalau sudah sering praktek masak, kamu akan jadi terbiasa. Pastinya rasa masakan kamu akan lebih baik dan lebih baik lagi.""Iya kah, Mas?""Iya, yang penting kamu tidak pantang menyerah," jawabku biar dia senang untuk ingin selalu belajar masak."Kalau bisa kamu itu panggil rewang, supaya bisa bantu kamu mengurus rumah. Rewang yang kerjanya dari pagi sampai sore saja aku juga nggak masalah. Seperti ngerjain mencuci baju, setrika, bersih-bersih rumah dan bantu kamu masak," terangku."Iya, Mas. Nanti coba aku tak cari informasi siapa tahu ada yang punya saudara yang butuh pekerjaan." Jawabnya semangat.Sepertinya Sari mulai bisa membuka pikirannya. Bisa menerima saran dariku.Tiba-tiba Sari mengambil gelas berisi air putih kemudian dimasukkan kepingan vitamin yang berwarna oren itu ke dalam gelas. Mataku langsung terbelalak kaget. Aku merasa vitamin itu adalah vitamin yang aku belikan saat akan bertemu dengan Hana. Tapi kenapa dia bisa meminumnya. Padahal aku belum memberikan vitamin itu kepada Sari."Kalau vitamin itu ada di Sari, pasti Sari tahu kalau aku membeli pil KB. Karena vitamin dan pil KB berada dalam satu plastik yang sama", batinku resah. Sekarang tiba-tiba lidahku menjadi kaku. Mau menelan ludah pun, rasanya aku tak sanggup. Bener-bener aku jadi khawatir.Poh HanaPov HanaTerpaksa hari ini aku mau diajak menginap lagi di hotel ini menemani lelaki tua ini. Selain uang, aku tak ingin jika harga diriku di kosan menjadi jelek gara-gara ulahnya."Aku tunggu di depan ya, Sayang," katanya saat aku masih merapikan penampilanku. Aku hanya diam tak menjawab perkataannya."Jangan, lama-lama siap-siapnya!" katanya lagi sambil berlalu."Iya," jawabku singkat.Ku lihat ponselku masih saja sepi, sama sekali tidak ada pesan masuk dari lelaki yang biasa pergi denganku, salah satunya Nanang, lelaki yang masih aku cintai untuk saat ini.'Kamu sedang apa di sana sih, Nang? Tega sekali kamu tidak memberiku kabar. Apa ini karena ada Sari di sana hingga kamu lupa dengan kekasihmu ini?' batinku kesal.Ah sudahlah, ada baiknya juga jika dia tidak menghubungiku. Kalau begini kan aku bisa leluasa pergi kemanapun, tanpa ada bayang-bayang lelaki yang cemburuan itu.Pokoknya kalau aku sudah punya banyak uang dari lelaki tua ini, aku bakal pergi jauh hingga lelaki
Pov Pak RudiPov Pak RudiSetiap pergi bersamanya aku tak lupa mengajaknya belanja. Namanya juga perempuan paling suka diajak belanja apalagi kalau dikasih uang gepokan, semua masalah langsung hilang seketika.***"Ayo, dimakan makanannya, Mi!" Ku lihat kekasihku hanya diam saja, tak sedikit pun menyentuh makanan yang sudah lima menit berada di meja depannya."Aku suapin ya, Mi," kataku sambil ku pegang tangannya dengan lembut.Aku yakin dia masih saja kepikiran dengan tawaranku semalam. Dia pasti bingung karena harus memilih menantu yang tak tahu d*iriku itu atau memilih uang yang aku punya.Katanya dia tidak menaruh hati ke pada menantuku itu, bagiku itu suatu kebohongan besar. Saat ku intip di rumah sakit, sorot mata kekasihku itu tidak seperti jika dengan seorang lelaki lainnya. Jelas terlihat kalau dia menaruh hati ke pada Nanang.Aku ini orang dewasa yang sudah berumur mana mungkin dia bisa membo
Pov Hana"Kamu jangan gila, Pi! Kalau dibilang aku belum ya belum siap!" Aku kesal sekali mendengarkan perkataan lelaki ini."Sudahlah, Mi! Ini sudah malam, jangan, berisik!""Papi jangan aneh-aneh ya sama aku. Jika apa yang Papi bicarakan itu sampai terjadi, jangan harap Mami akan mau menemui Papi lagi," kataku yang tak memperdulikan perkataannya."Memangnya mau sampai kapan hubungan kita ini? Kamu itu harusnya seneng kalau ada laki-laki yang mau menghalalkan kamu, Mi. Walau cuman dengan nikah siri sudah cukup bagi papi, yang penting kita bisa sah sebagai suami istri walau hanya secara agama.""Meski nikah siri pun aku tidak mau, Pi!" Aku tetap menolak tawarannya. "Terserah! Ini sudah keputusan papi. Kalau Mami tidak mau, papi akan cari wanita yang lebih cantik dan lebih segalanya daripada Mami!""Terserah kalau itu mau Papi. Aku jamin tidak akan ada wanita yang lebih baik daripada mami," kataku setengah meninggi.
Pov HanaKu perhatikan dari tempat tidur, lelaki tua itu mengambil bajunya kemudian dia kenakan. Rasanya dia beneran ingin pergi dari hotel ini."Pi!" teriakku. Aku pun bergegas menyusulnya."Papi!" Lelaki tua itu tetap tak menjawab panggilanku bahkan terus saja meneruskan aktifitasnya."Jangan, marah gitu dong, Pi. Mami itu hanya kecapekan saja, banyak pekerjaan di kantor yang membuat pikiran mami jadi pusing. Maaf ya, jika perkataan mami membuat Papi marah," rayuku."Papi, kok diam saja, sih!" kataku sambil memeluk tubuhnya dari belakang.Bukannya dia membalas pelukanku, malah dia justru menghempaskan tanganku."Papi jangan marah sama mami, ya. Mami itu sebenarnya juga sayang sama Papi. Mami dengan dia tidak ada hubungan yang serius. Hanya hubungan saling membutuhkan saja tanpa ada cinta. Sama seperti yang mami lakukan dengan yang lainnya, tanpa ada rasa cinta sama sekali," kataku. Aku berani berbicara seperti itu kare
Pov Hana"Apa susahnya Mi jawab pertanyaan papi? Kalau Mami tidak kasih jawaban sekarang, yang ada papi tidak bisa tenang. Mami sudah tahu sendiri kan papi ini cinta mati sama Mami."Aku hanya terdiam menanggapi perkataannya."Ayolah, Mi. Memangnya yang masih dipikirin apa sih, Mi?" Dia sekarang terlihat lebih memaksa."Papi kan juga sudah punya segalanya. Punya perusahaan, punya uang banyak. Mami minta apapun pasti papi bakalan turuti. Minta mobil minta rumah pasti akan papi belikan.""Lihat, mata papi!"Tangannya melingkar ke pundakku dan menatapku dengan lekat."Papi ini sangat mencintai Mami. Nggak mau kalau ada lelaki lain menyentuh Mami selain papi. Di dunia ini hanya Mami yang papi cintai. Mami tahu sendiri kan, kalau istri papi itu selalu sibuk dengan usaha kuenya mana ada waktu untuk memperhatikan papi. Satu-satunya wanita yang selalu perhatian ya cuman Mami seorang," katanya lagi."Aku sih sebenarnya s
Pov Hana"Maaf, Ma. Aku harus ke luar kota sekarang. Soalnya ada pertemuan penting. Terus kabarin papa tentang perkembangannya. Nanti kalau papa longgar papa akan telepon Mama lagi ya.""Iya, Ma. Papa sedang nyetir ini.""Ya sudah ya, Ma." Kemudian sambungan telepon itu dia matikan."Maaf ya, Sayang. Ada sedikit gangguan.""Nggak apa-apa, kok," jawabku santai.Perjalanan untuk kami sampai di pusat pembelanjaan tidaklah lama, dan sekarang sudah sampai di tempat parkir.Tak lupa saat mah turun, dia selalu membukakan pintu untukku. Berasa seperti tuan putri saja aku dibuatnya."Papi kenapa repot-repot segala. Mami bisa buka sendiri.""Ah, tidak.apa-apalah, Mi. Sesekali kan boleh," jawabnya.Ku lihat dia memperhatikanku sangat detail hingga beberapa menit dia masih terpaku melihatku."Ada apa, Pi?" tanyaku heran."Mi, papi tadi nggak begitu memperhatikan penampilan Mami. Ya ampun,