Share

Bab 5

Author: SenjaPa
last update Last Updated: 2022-08-01 04:21:36

Kali ini hatiku sangat kacau dirasuki api cemburu. Yang aku tahu pria itu bukanlah teman kami di kantor.

Aku pun langsung pergi dan segera pulang ke rumah. Sambil menyetir, aku masih saja memikirkan Hana. Aku sangat penasaran dengan siapa dia pergi. Kalau sampai Hana menduakan aku, aku mungkin akan mengakhiri hidupku, sungguh. Entah pelet apa yang diberikan Hana kepadaku sehingga aku tidak bisa melupakannya. Aku sudah terlanjur nyaman dengannya. Bagiku dia adalah segalanya bagiku.

Sampai di rumah aku disuguhi penampakan Sari dengan dandanan ala kadarnya. Pakai daster compang camping yang bolong di sana dan di sini.

"Mas, kok baru pulang?"

"Mm.. " jawabku tak menghiraukan.

Aku paling sebel ketika aku pulang dari luar melihat penampakan Sari menggunakan baju compang camping terus nggak pernah dandan. Dia menuntut aku untuk selalu mengerti dia. Semua tugas rumah tangga 75% yang mengerjakan aku. Kurang pengertian apa sih aku ini.

"Dek, kenapa sih baju sobek-sobek gitu tetep saja kamu pakai? Tau gak kamu? Aku itu muak, Dek lihat kamu jelek kayak gitu."

"Tapi mas, terlanjur nyaman pakai daster ini!" jawabnya.

"Ya ampun Dek, buat apa aku belikan banyak baju untuk kamu trus nggak pernah kamu pakai. Uang belanja nggak pernah kurang, uang perawatan tubuh kamu juga selalu aku kasih, dan itu selalu aku kasih lebih. Semua itu tak pernah ada yang telat. Coba berpikir sedikit saja mengenai perasaanku. Jangan maunya dingertiin terus, sesekali ngertiin aku dong! Aku juga punya perasaan," tandasku.

"Iya Mas, maaf."

Emosi yang sejak lama aku tahan, hari ini aku ungkapkan. Aku sangat tidak suka jika uangku tidak digunakannya dengan baik, aku pun malu kalau dilihat orang. Dikira aku tidak pernah memberikan nafkah dengan layak untuknya.

Aku pun langsung pergi ke kamar. Tanpa berganti baju, aku pun langsung melemparkan tubuhku ke kasur. Sesak rasanya hati ini melihat Hana ditambah dengan ulah Sari.

Beberapa saat kemudian aku terbangun karena tangisan anak bayiku. Ternyata aku sampai ketiduran. Kemudian aku langsung teringat Hana. Seketika aku langsung mengambil ponselku yang sejak semalam aku matikan. Dengan segera aku mengirim pesan kepadanya.

[Dek, lagi ngapain?]

[Aku lagi keluar, Mas. Ini aku bareng sepupuku, Mas Anas. Setelah Mas Nanang pulang tadi, tiba-tiba sepupuku datang, dan mengajakku untuk menemaninya membeli ponsel baru.]

Aku pun agak lega mendapat jawaban dari Hana. Karena memang dia pergi bersama seorang laki-laki, jadi bisa aku simpulkan dia sudah jujur padaku.

Namun, aku juga ingin memastikan anak dari saudara mana si Anas ini. Karena Hana juga sering bercerita tentang keluarganya jadi sedikit banyak aku mulai tahu siapa saja saudaranya.

Saat bertanya pun aku perlu berhati-hati takut dia tersinggung. Dia dulu pernah bercerita jika dirinya putus dengan mantan pacarnya karena Hana selalu dicemburui. Maka dari itu aku juga tak ingin terlihat mencolok jika sebetulnya aku juga adalah pria pencemburu.

[Itu sepupu dari keluarga Ibu atau Bapak, Dek?]

[Dia anak dari Paman Tio, adik Ayahku nomor dua, Mas.]

[Paman, Tio? Aku kok baru tahu Hana punya Paman yang bernama Tio?]

[Nama lengkapnya Bramantio, Mas. Masak lupa sih, yang kemarin lusa sempat ketemu kita saat makan bakso bersama? Kalau di luar panggilannya Pak Bram. Tio itu panggilan dari keluarga kami. Kamu curiga kalau aku selingkuh ya, Mas?]

[Enggak, cuman nanya aja. Aku selalu percaya kok sama kamu. Ya Sudah, nanti kalau sudah selesai cepetan pulang, Ya! Jangan lupa kabari Mas kalau sudah sampai di rumah! Kamu hati-hati, ya!]

[Iya, Mas]

Aku sedikit lega jika Hana pergi bersama sepupunya. Rasanya aku tadi mau pingsan saat menyaksikan Hana akrab dengan pria lain.

Sekarang sudah sore, langsung saja aku pergi mandi. Tak lupa baju kotorku langsung aku taruh di tempatnya. Karena besok pagi jadwalku mencuci baju.

***

"Mas, tadi siang sudah makan belum?" tanya Sari yang tiba-tiba muncul dari belakang saat aku asik menonton TV.

Aku hanya diam saja tidak menjawab.

"Mas!" Sekarang Sari menghampiriku dan duduk di sampingku. Namun, aku tetap saja diam. Rasanya kesal dengannya. Nggak pernah ada perubahan dijelasin pun sampai panjang kali lebar nggak pernah berubah. Rasanya sampai ingin pingsan.

"Maafin Sari ya, Mas. Maaf jika selama ini Sari banyak kurangnya," ucapnya sambil memelukku dari samping.

"Iya," jawabku singkat.

"Mas Nanang jangan marah-marah seperti itu lagi ya. Aku tadi sangat sedih saat Mas Nanang marah karena aku."

"He'em," Aku masih saja malas bicara dengannya. Setelah pulang tadi aku tidak membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Karena aku sangat lelah.

Ku lirik Sari sudah tidak memakai baju compang camping lagi. Syukurlah kalau dia mau pakai baju yang lebih pantas. Seharian ini aku tak pegang pekerjaan rumah. Biarin Sari saja yang mengerjakannya.

Selama ini aku terus yang mengerjakan, dia hanya suka menyuruh-nyuruh aku. Kalau mau gerak paling cuman nyapu dan masak saja. Kadang nyapu pun dia tidak mau, alasannya capek. Semenjak hamil bawaannya malas terus. Pekerjaan rumah tangga nggak pernah dipegang apalagi aku dianggurin terus.

Padahal aku dari dulu juga sudah menyuruhnya cari rewang tapi nggak berangkat-berangkat sebetulnya uang dari aku itu dikemanakan sama dia.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hilangnya PIL KB Di Kantong Celanaku   Bab 70

    Poh HanaPov HanaTerpaksa hari ini aku mau diajak menginap lagi di hotel ini menemani lelaki tua ini. Selain uang, aku tak ingin jika harga diriku di kosan menjadi jelek gara-gara ulahnya."Aku tunggu di depan ya, Sayang," katanya saat aku masih merapikan penampilanku. Aku hanya diam tak menjawab perkataannya."Jangan, lama-lama siap-siapnya!" katanya lagi sambil berlalu."Iya," jawabku singkat.Ku lihat ponselku masih saja sepi, sama sekali tidak ada pesan masuk dari lelaki yang biasa pergi denganku, salah satunya Nanang, lelaki yang masih aku cintai untuk saat ini.'Kamu sedang apa di sana sih, Nang? Tega sekali kamu tidak memberiku kabar. Apa ini karena ada Sari di sana hingga kamu lupa dengan kekasihmu ini?' batinku kesal.Ah sudahlah, ada baiknya juga jika dia tidak menghubungiku. Kalau begini kan aku bisa leluasa pergi kemanapun, tanpa ada bayang-bayang lelaki yang cemburuan itu.Pokoknya kalau aku sudah punya banyak uang dari lelaki tua ini, aku bakal pergi jauh hingga lelaki

  • Hilangnya PIL KB Di Kantong Celanaku   Bab 69

    Pov Pak RudiPov Pak RudiSetiap pergi bersamanya aku tak lupa mengajaknya belanja. Namanya juga perempuan paling suka diajak belanja apalagi kalau dikasih uang gepokan, semua masalah langsung hilang seketika.***"Ayo, dimakan makanannya, Mi!" Ku lihat kekasihku hanya diam saja, tak sedikit pun menyentuh makanan yang sudah lima menit berada di meja depannya."Aku suapin ya, Mi," kataku sambil ku pegang tangannya dengan lembut.Aku yakin dia masih saja kepikiran dengan tawaranku semalam. Dia pasti bingung karena harus memilih menantu yang tak tahu d*iriku itu atau memilih uang yang aku punya.Katanya dia tidak menaruh hati ke pada menantuku itu, bagiku itu suatu kebohongan besar. Saat ku intip di rumah sakit, sorot mata kekasihku itu tidak seperti jika dengan seorang lelaki lainnya. Jelas terlihat kalau dia menaruh hati ke pada Nanang.Aku ini orang dewasa yang sudah berumur mana mungkin dia bisa membo

  • Hilangnya PIL KB Di Kantong Celanaku   Bab 68

    Pov Hana"Kamu jangan gila, Pi! Kalau dibilang aku belum ya belum siap!" Aku kesal sekali mendengarkan perkataan lelaki ini."Sudahlah, Mi! Ini sudah malam, jangan, berisik!""Papi jangan aneh-aneh ya sama aku. Jika apa yang Papi bicarakan itu sampai terjadi, jangan harap Mami akan mau menemui Papi lagi," kataku yang tak memperdulikan perkataannya."Memangnya mau sampai kapan hubungan kita ini? Kamu itu harusnya seneng kalau ada laki-laki yang mau menghalalkan kamu, Mi. Walau cuman dengan nikah siri sudah cukup bagi papi, yang penting kita bisa sah sebagai suami istri walau hanya secara agama.""Meski nikah siri pun aku tidak mau, Pi!" Aku tetap menolak tawarannya. "Terserah! Ini sudah keputusan papi. Kalau Mami tidak mau, papi akan cari wanita yang lebih cantik dan lebih segalanya daripada Mami!""Terserah kalau itu mau Papi. Aku jamin tidak akan ada wanita yang lebih baik daripada mami," kataku setengah meninggi.

  • Hilangnya PIL KB Di Kantong Celanaku   Bab 67

    Pov HanaKu perhatikan dari tempat tidur, lelaki tua itu mengambil bajunya kemudian dia kenakan. Rasanya dia beneran ingin pergi dari hotel ini."Pi!" teriakku. Aku pun bergegas menyusulnya."Papi!" Lelaki tua itu tetap tak menjawab panggilanku bahkan terus saja meneruskan aktifitasnya."Jangan, marah gitu dong, Pi. Mami itu hanya kecapekan saja, banyak pekerjaan di kantor yang membuat pikiran mami jadi pusing. Maaf ya, jika perkataan mami membuat Papi marah," rayuku."Papi, kok diam saja, sih!" kataku sambil memeluk tubuhnya dari belakang.Bukannya dia membalas pelukanku, malah dia justru menghempaskan tanganku."Papi jangan marah sama mami, ya. Mami itu sebenarnya juga sayang sama Papi. Mami dengan dia tidak ada hubungan yang serius. Hanya hubungan saling membutuhkan saja tanpa ada cinta. Sama seperti yang mami lakukan dengan yang lainnya, tanpa ada rasa cinta sama sekali," kataku. Aku berani berbicara seperti itu kare

  • Hilangnya PIL KB Di Kantong Celanaku   Bab 66

    Pov Hana"Apa susahnya Mi jawab pertanyaan papi? Kalau Mami tidak kasih jawaban sekarang, yang ada papi tidak bisa tenang. Mami sudah tahu sendiri kan papi ini cinta mati sama Mami."Aku hanya terdiam menanggapi perkataannya."Ayolah, Mi. Memangnya yang masih dipikirin apa sih, Mi?" Dia sekarang terlihat lebih memaksa."Papi kan juga sudah punya segalanya. Punya perusahaan, punya uang banyak. Mami minta apapun pasti papi bakalan turuti. Minta mobil minta rumah pasti akan papi belikan.""Lihat, mata papi!"Tangannya melingkar ke pundakku dan menatapku dengan lekat."Papi ini sangat mencintai Mami. Nggak mau kalau ada lelaki lain menyentuh Mami selain papi. Di dunia ini hanya Mami yang papi cintai. Mami tahu sendiri kan, kalau istri papi itu selalu sibuk dengan usaha kuenya mana ada waktu untuk memperhatikan papi. Satu-satunya wanita yang selalu perhatian ya cuman Mami seorang," katanya lagi."Aku sih sebenarnya s

  • Hilangnya PIL KB Di Kantong Celanaku   Bab 65

    Pov Hana"Maaf, Ma. Aku harus ke luar kota sekarang. Soalnya ada pertemuan penting. Terus kabarin papa tentang perkembangannya. Nanti kalau papa longgar papa akan telepon Mama lagi ya.""Iya, Ma. Papa sedang nyetir ini.""Ya sudah ya, Ma." Kemudian sambungan telepon itu dia matikan."Maaf ya, Sayang. Ada sedikit gangguan.""Nggak apa-apa, kok," jawabku santai.Perjalanan untuk kami sampai di pusat pembelanjaan tidaklah lama, dan sekarang sudah sampai di tempat parkir.Tak lupa saat mah turun, dia selalu membukakan pintu untukku. Berasa seperti tuan putri saja aku dibuatnya."Papi kenapa repot-repot segala. Mami bisa buka sendiri.""Ah, tidak.apa-apalah, Mi. Sesekali kan boleh," jawabnya.Ku lihat dia memperhatikanku sangat detail hingga beberapa menit dia masih terpaku melihatku."Ada apa, Pi?" tanyaku heran."Mi, papi tadi nggak begitu memperhatikan penampilan Mami. Ya ampun,

  • Hilangnya PIL KB Di Kantong Celanaku   Bab 64

    Pov Hana"Kenapa?" tanyanya keheranan setelah aku memperhatikan perut buncitnya."Oh, kamu memperhatikan perutku yang buncit ini, ya? Aku jadi terlihat gemukan ya, sekarang?" katanya tertawa kecil sambil mencolek pipiku.Aku hanya mengangguk-angguk saja menyetujui apa yang dia katakan."Pasti kalau makan sudah nggak terkontrol lagi, ya?" kataku sambil ku cubit perut gendutnya."Iya, lama tidak berjumpa dengan kamu sih, Sayang. Ya beginilah jadinya aku kurang terurus lagi. Papi janji setelah ini papi akan diet ketat.""Heleh," kataku sambil ku cebikkan bibirku."Apa sih, yang nggak demi Mami? Apapun yang Mami minta pasti akan papi lakukan," katanya sambil nyengir kuda.Aku sebenarnya nggak masalah sih kalau dia gemuk atau kurus, toh dia bukan pacar atau suamiku. Cuman, aku hanya khawatir kalau dia sampai jatuh sakit. Aku bakalan yang repot. Bisa-bisa aku kehilangan sumber penghasilanku. Apalagi dia adalah orang kaya kan lumayan juga uangnya."Nanti kita nginap di tempat biasa, ya," kat

  • Hilangnya PIL KB Di Kantong Celanaku   Bab 63

    Pov Author"Papa ini ke kamar mandinya lama sekali sih?" Bu Jingga nampak kesal."Namanya juga kebelet, Ma. Papa tadi sakit perut. Makanya lama di kamar mandinya," jawab lelaki yang mempunyai tahi lalat di bawah bibirnya."Jangan, cemberut gitu dong! Memangnya da apa sih, Ma?" Pak Rudi berusaha membujuk istrinya agar tidak lagi marah ke padanya."Papa ini sih lambat sekali. Harusnya cepetan kembali ke sini!" kata Bu Jingga sambil mengerucutkan mulutnya. Terlihat jelas perempuan setengah baya itu masih kesal dengan suaminya."Ada apa sih, Ma? Bicara dong sama papa. Bicaranya jangan setengah-setengah gitu, papa kan jadi bingung kalau begini.""Papa itu sih sudah bikin mama sebel.""Sudahlah, Ma. Jangan, manja begitu. Ini kita sedang di rumah sakit. Malau kalau sampai dilihatin besan kita. Ayo, cepetan bicara, agar semuanya jelas!" tutur pak Rudi."Tadi selingkuhannya si Nanang datang ke sini, Pa. Posisi Sari sedang terancam," kata bu Jingga yang terlihat sangat tidak suka dengan kehadira

  • Hilangnya PIL KB Di Kantong Celanaku   Bab 62

    Pov AuthorPak Norman dan Bu Nanda pergi menjauh karena muak melihat Hana dan Nanang. Mereka pergi melihat cucu kesayangannya dari balik pintu kaca ruang PICU. Mereka sangat khawatir dengan keadaan Putra.Pak Norman dan Bu Nanda sangat kecewa dengan Nanang. Mereka merasa tertipu oleh atas omongan Nanang sebelumnya. Nanang menuduh Sari yang sudah mengkhianatinya. Sedangkan kenyataannya yang sudah berkhianat adalah Nanang sendiri.Saat kedatangan Hana Pak Rudi langsung kaget. Dia merasa kenal dengan perempuan itu namun dia segera menjauh."Mau kemana, Mas?" tanya istrinya."Aku mau ke kamar mandi," jawabnya."Oh, ternyata wanita itu yang telah menghancurkan keluarga anakku." Melihat Hana mendatangi Nanang membuat Bu Jingga menjadi geram."Yang!" Kini Hana berjalan mendeket ke Nanang.Dengan segera Nanang menyahut tangan Hana dan mengajaknya pergi ke tempat yang agak sepi.Nanang geram karena kehadiran Hana. Hana tak merasa sungkan atau punya rasa bersalah tiba-tiba datang dan memperkenal

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status