Siang ini susana rumah makan sedang ramai. Seperti biasasudah jam makan siang. Ada yang duduk di sini dan ada juga yang memesan nasibungkus. Kesibukanku yang utama hanya mengontrol pekerja, sambil menjaga Raka.Sementara bapak duduk di kasir.
“Tambuah ciek! (tambah satu),” teriak seorang bapak darimejanya sambil mengacungkan tangan.
“Di meja tiga tambah satu, Don!”sahutku pada Doni salah satuyang bertugas menghidangkan.
“Ya, Mbak,” jawabnya segera melaksanakan perintahku.
“Pak, nasi lima bungkus pake rendang,” ucap seorang ibu-ibubaru datang. Ia salah satu pelanggan tetap karena karena bekerja di kantorlurah yang tak jauh dari sini.
“Ditungguya, Bu,” jawab bapak ke
Pov BayuRasanya tak percaya jika Stela mau melakukan sesuatu yangmerugikannya. Setahuku ia gadis yang memikirkan pendidikan ketimbang bergaul.Tapi aku salah, ia melakukan semua demi uang. Seharusnya sebagai kakak akumelindunginya. Tapi apa? Aku justru mengabaikannya. Apa yang terjadi selama iamenghinaku, bukan berarti aku membenci dia. Rasa sayang sebagai kakak masihada. Bahkan saat ini rasanya aku sangat kasihan.“Apakah aku menuntut kalian dengan beban yang berat?”Tiba-tiba ibu membubarkan keheningan. Seketika aku dan Stela menatapnya.“Apa maksud Ibu?” tanyaku.“Apakah aku sebagai Ibu memberikan beban pada kalian berduahingga apapun jalan ditempuh demi permintaan aku?”Aku? Bisanya sebutan
Pov Bayu“Stela!” teriakku, lalu berlari menghampirinya, yangtergeletak di lantai dengan mulut mengeluarkan busa. Tak jauh dari tangan Stelaada botol racun tikus. Kuperiksa denyut nadi tangannya, masih berdetak dantubuhnya masih hangat.“Stela kenapa, Bayu?” sahut ibu terdengar ke dalam kamar.Ya Tuhan, apakah Stela ingin bunuh diri dengan meminum racuntikus? Atau ia ingin mengg*gurkan kandungannya? Tidak! Stela tidak boleh mati.Mendadak ada rasa bersalah karena aku menekannya tadi. Tapi semua dilakukanagar aku tahu siapa yang menghamilinya.“Stela! Stela ....” Ibu menjerit histeris di ambang pintu.Bagas juga ikut mendekat dengan espresi terdiam dengan muka tegang.“Cepat bantu aku membaw
Pov Bayu“Ini tidak benar! Kami tidak pernah meminta Jaka dan Inurmenemuimu. Justru kami menunggu kedatanganmu siang ini.” Aku memperjelas yangsebenarnya. Untuk kali ini pangilan ‘Mas dan Mbak’ untuk mereka terlaluterhormat. Bahkan sekarang ingin rasanya menghajar Jaka.“Tapi mereka sudah menerima uang dariku. Bahkan suratperjanjian yang kalian tandatangani sudah aku simpan sebagai pegangan.”“Persetan dengan surat itu! Kamu harus bertanggung jawab,kalau tidak, kami akan melaporkanmu polisi,”ancamku tidak main-main. Tak peduli jika ia lelaki berduit dan banyak kenalan.“Jadi aku ditipu?”“Siapa yang menipumu? Jika kamu berusan dengan Jaka danInur, temui merek
Pov BayuDi luar duagaan, aku kira akan ada perdebatan panas. Tapijustru sikap kekerasan Stela yang ditunjukkan ke Jaka bentuk membalas sakithatinya. Mungkin tidak sanggup dengan kata-kata hingga kekerasan dilakukanStela. Aku tetap diam menikamti ekpresi Jaka ketakutan, ditambah dengan mukaInur sangat tegang meskipun bedaknya tertutup lumuran kue.“Jangan Stela!” teriak ibu syok.“Kamu udah gila mau membunuh? Mau aku laporkan polisi?” Inurpun ikut mengancam.“Diam!” teriak Stela, namun pandangan matanya tetap ke Jakatanpa merubah posisi. “Mati aja aku tak takut, apalagi dipenjara. Justru akuingin mengulitinya pelan-pelan hingga tidak membuat susah hidup orang lain.”“Ja-jangan
Pov StelaRasanya dada ini sesak dan badanku terasa lemah. Bahkanuntuk berucap lagi sulit. Tapi keinginan membalas dua orang manusia yang masihbertatus kakak dan kakak ipar belum juga terbalas. Begitu teganya mas Jaka memanfaatkankeadaanku demi mendapatkan uang. Sementara ibu, sudah jelas terbukti kesalahanmas Jaka, masih juga membela. Meskipun ibu sekarang diam, tapi aku tau betapaibu sangat terluka melihat mas Jaka diperlakukan seperti ini.“Kalian gila apa?Awas kalau berani menyentuhku.” Mas Jaka masih berusaha melawan meskipunpercuma. Seperti biasa, ia berlagak sok berani padahal takut. Keberaniannya hanya demi uang.“Kalian sangat keterlaluan! Kami bukan binatang,” umpatanmbak Inur.“Aku beri waktusepuluh hitungan
Alhamdulillah semua usahaku lancar. Mulai dari menulis,jualan skincare, dan buka rumah makan Padang. Bahkan sampai saat ini, takhentinya bersyukur karena juga bisa membuka lapangan kerja. Rencananya, akuakan buka cabang. Tak lupa jualan nasi Padang juga dipromosikan di media sosial,serta mendaftar untuk jualan melalui aplikasi online yaitu go fo*d. Aku yakin,selagi ada usaha pasti ada jalan.“Nasi tambuah ciek! (nasi tambah satu)” sahut seorangpembeli, duduk di meja nomor tiga.Dengan cekatan, salah satu yang bertugas menghidangkandatang membawa apa yang diminta bapak itu.“Nasi rendang tiga bungkus, Mas,” pinta seorang ibu-ibu keDoni.“Di tunggu ya, Bu,” jawab Doni dengan ramah.“Jangan
Pov Bu Ida/Ibunya BayuTadinya aku merasa sedih dan kecewa karena Stela hamildiluar nikah. Bahkan ia masih sedang kuliah. Susah payah aku banting tulangdemi agar ia bisa berpendidikan tinggi. Tapi, rasa sedih ini sudah hilangsetelah melihat banyaknya uang yang diberi Bagas. Rumah ini lunas dan bahkanStela akan mendapatkan sebuah rumah dan mobil. Jika begini, buat apa kerjasedangkan Bagas bisa memenuhi kebutuhan Stela. Ternyata Stela pintar juga. Takapalah Bagas mungkin seumuran denganku, yang penting ada uang. Uang, uang danuang. Kapan lagi aku bisa menikmati jadi orang kaya.“Pernikahannya jangan sampai ketahuan Rt atau warga, Bu.Nggak usah berlebihan. Stela cukup pakai baju gamis saja,” ucap Bayu sambil meletakkansekardus minuman mineral di meja makan.“Iya, aku nggak suka pakai keb
Pov BayuDulu, aku menuduh Rina selingkuh. Bukan saja satu kali, tapidua kali. Namun sekarang, justru adikku adalah pelakor. Yang lebih parahnya iahamil setelah menjual di*i. Jika sekarang Stela ditampar berulang kali oleh istri Bagas, itu wajar.Istri mana yang mau suaminya direbut oleh wanita lain, apalagi oleh teman anaksendiri. Tapi tetap saja Bagas harus bertindak tegas. Lah dia yang menghamili Stela.“Maafkan aku, Tante. Bayi yang aku kandung tetap anak OmBagas,” ucap Stela menantang mata wanita itu meskipun air matanya berlinang.“Dasar pelac*r! Kamu bangga dengan hamil anak har*m, apabegini cara didikan orang tuamu agar mendapatkan uang?”Ucapan wanita itu sangat tajam. Bahkan aku sebagai kakakStela juga ikut tertampar. Ibaratnya