공유

Sang Manager Hotel

작가: Trioboy
last update 최신 업데이트: 2024-07-26 17:41:00

Nabila terkejut ketika Adnan malah membawa dirinya ke parkiran mobil, apalagi saat lelaki itu membukakan pintu mobil yang berlogo kuda berdiri dengan kaki belakang itu untuk dirinya.

“Mobil siapa ini, Mas?” tanyanya heran,menatap bingung sang suami. Dia tidak lantas masuk ke dalam mobil itu, saking belum percayanya kepada suaminya.

“Ini mobil, Mas. Sayaaang.” Jawaban Adnan tidak membuat Nabila langsung percaya, apalagi lelaki itu sambil tersenyum miring.

“Seriusan, apa pernah mas bohong, Yang?” lanjutnya karena melihat Nabila masih memasang muka bertanya.

Meski masih tidak percaya, Nabila akhirnya masuk ke dalam mobil. Melihat suaminya yang lihai menyetir mobil itu, dia terus memperhatikannya. Adnan mengambil sesuatu di laci mobil di depan Nabila dan menyerahkannya ke tangan Nabila.

“Benar ini namamu, Mas,” ucap Nabila setelah membaca surat kepemilikan mobil itu.

“Hmm, kita akan naik mobil ini besok, ke hotel Sultan milik ibu.” Ikrar Adnan membawa mobilnya meninggalkan wisata Paunjunan, meninggalkan motor tua yang menemaninya selama ini.

*

“Jadi ini istrimu, Adnan, “ sapa seorang pemuda yang seumuran dengan Adnan, begitu mereka sudah sampai di lantai atas tempat mereka akan mengadakan rapat.

“Sayang, kenalin ini Zaky, sepupu mas,” ujar Adnan memperkenalkan anak dari acilnya, yaitu anak dari tantenya.

Zaky yang memang berwajah masam dari lahir, mengulurkan tangannya untuk mengajak bersalaman dengan Nabila, namun cewek itu mengatupkan kedua tangannya di depan dadanya.

“Oh.” Zaky dengan salah tingkah melakukan hal yang sama.

Setelahnya, Adnan masuk ke ruang meeting di lantai itu bersama para tetua keluarganya sementara Nabila menunggu di sebuah kamar suite khusus milik Adnan.

“Well, well, well. Sepertinya kita memang berjodoh, ya. Entah di kampung, di kota pun kita bertemu terus, dunia ini memang kecil, ya.” Tiba-tiba terdengar suara Lukman menyapa Nabila yang berjalan di lantai dasar hotel karena bosan.

Kakak Nabila dan iparnya, juga sepupunya yang bernama Vega hari itu pergi ke ibukota bersama dengan Lukman, merayakan ulang tahun salah satu teman SMA mereka di hotel Sultan.

“Lho, kalian juga di sini,” seru Nabila terkejut melihat hampir separo keluarganya juga ada di hotel milik suaminya.

“Ya, karena kami diundang oleh teman kami yang manajer di hotel ini. Lah kalau kamu ngapain di sini? Jangan bilang kalau kamu lagi honeymoon sama suami miskin kamu itu?” hardik Vega tak suka, apalagi melihat pakaian adik sepupunya yang terlihat lebih elegan dari biasanya.

“Vega, jangan kasar sama tantenya Susan, nanti anakmu menirumu,” bisik Salma menggamit adik sepupunya saat dilihatnya kening Susan mengkerut bingung mendengar suara sang ibu yang keras.

“Emm … bisa dibilang begitu, Mbak,” sahut Nabila setelah pura-pura berpikir. Setelah tahu status suaminya yang sebenarnya, timbul keberanian melawan dihatinya Nabila.

“Jangan bilang kalau suamimu itu sedang melamar pekerjaan disini, Bila. Kalau itu benar, aku bisa minta bantuan teman kami untuk menerima suamimu bekerja disini,” ujar Lukman, berusaha terdengar perhatian dan dekat dengan wanita yang sudah lama ditaksirnya.

Nabila menatap sekilas lelaki yang menyebut namanya dengan sebutan Bila. Karena hanya kakak dan ibunya saja yang biasa menyebut nama itu.

“Wah, benar. Mungkin saja ada posisi sekuriti yang kosong.” Suami Salma, Adli ikutan bicara.

“Apa yang kalian gosipkan disini, hingga belum juga masuk ke acaraku?” Tiba-tiba sang manajer hotel yang merupakan teman Lukman, datang menghampiri mereka.

Lukman dengan antusias menceritakan suami Nabila tanpa menyebutkan namanya. “Gimana, Yun. Ada posisi kosong yang cocok buat suami adik kami ini?”

“Boleh lah, nanti suruh menghadap saja ke dalam.” Sang manager menatap Nabila dengan ramah. Nabila pun membalasnya dengan mengangguk ramah.

“Cepat telepon dia, Bila. Mumpung Mahyuni belum sibuk,” desak Salma menggamit kasar adiknya.

“Tapi, Mbak. Dia lagi di lantai atas, sedang ….”

Belum sempat Nabila menyelesaikan kalimatnya, Vega sudah memotongnya.

“Alaaah, jangan sok jual mahal, Nabila. Gak setiap hari ada pekerjaan yang menawarkan diri begini, pekerjaan ini akan merubah kehidupan kalian juga, ingat anak Nabila. Cepat telepon cowok miskin itu.” Ucapan Vega sudah keterlaluan, kesabaran Nabila ada ambang batasnya.

“Nggak bisa, Mbak. Dia sedang di lantai atas, menghadiri rapat.” Penjelasan Nabila malah membuat semuanya tertawa, kecuali Mahyuni, manager hotel itu.

“Rapat? Jangan-jangan suamimu itu ….”

Vega mendadak panik karena melihat putrinya yang sudah ada di dalam ruangan tempat acara Mahyuni diadakan, apalagi anak itu dengan lincahnya menghampiri kue ulang tahun yang berada di samping balon helium.

Setelah kepergian Vega, Salma pun juga pergi menyusul sepupunya dan meninggalkan adik kandungnya bersama dengan Lukman.

“Hubungi aku ya, Bil. Jika suamimu itu sudah selesai rapatnya,” ujar Lukman hampir mendenguskan tawanya di ujung kalimatnya.

“Aku akan membantumu agar dia mendapatkan pekerjaan ini.”

“Gak perlu, Kak. Tapi, terima kasih,” ucap Nabila risih karena mereka hanya berdua saja, sementara Mahyuni ikut meninggalkan mereka.

Tanpa menunggu Lukman membalasnya, Nabila langsung mengambil langkahnya meninggalkan Lukman yang masih berdiri di antara lift dan ruangan tempat acara.

“Suami adikmu itu, Nabila. Siapa namanya? Apa dia orang penting yang bisa menghadiri rapat para tetua?” tanya Mahyuni begitu dia berhasil menyusul Salma.

Salma menutup tawanya dengan tangannya guna meredam suara tawanya yang meledak. “Orang miskin itu orang penting? Mana mungkin, si Adnan udik yang hobinya hanya mancing saja, tidak ada kerjaan lain selain memancing, menafkahi istrinya saja dengan hasil mancing.”

Mendengar jawaban Salma membuat kepala Mahyuni seperti meledak, antara ingin berteriak histeris dan tertawa ngakak. Tentu saja dia mengenal Adnan dengan baik, dan dia sangat penasaran kenapa kakak sepupunya itu sampai dikira orang miskin yang menyedihkan.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Hinaan Ipar untuk Sang Raja Bisnis    Pernikahan Bisnis

    Amin masih terdiam, pikirannya berputar cepat, berusaha mencerna setiap kata yang diucapkan ayahnya. Darrel yang terlihat sudah akrab dengan Daran, terlepas mereka bertetangga sedari kecil, sekarang diikuti oleh sosok Lisa, gadis yang tak pernah ia bayangkan akan berinteraksi dengannya, apalagi di acara sebesar ini. Semua ini terasa sangat diluar dugaan, seolah hidupnya yang sederhana tiba-tiba berubah menjadi sebuah cerita yang tidak pernah ia pahami sebelumnya."Saya masih penasaran dengan Aminah, kapan kalian pernah bertemu?" Amin kembali menanyakan tentang saudari kembarnya.Lisa menyimpan senyumnya dan menatap Amin dengan penuh minat, “Ya, aku tahu banyak tentang Aminah. Kami sering bertemu di beberapa acara penting. Bahkan, dia pernah menyebutkan tentang kamu.” Lisa melirik sepintas ke arah Daran yang terlihat tidak mendengarkan pembicaraan mereka.Amin merasa semakin tenggelam dalam kebingungannya. Aminah? Saudarinya ada di acara penting? Ia tahu Aminah selalu menyembunyikan s

  • Hinaan Ipar untuk Sang Raja Bisnis    Ketenangan Daran yang Tengil

    Amin merasakan jantungnya berdebar kencang. Dia mencoba menyembunyikan kecanggungannya di balik senyum tipis yang dipaksakan. Situasi yang tidak biasa ini benar-benar membuatnya bingung. Lisa, gadis yang sering dibicarakan oleh rekan-rekannya di kantor karena kecantikan dan kecerdasannya, sekarang berdiri di hadapannya, tersenyum hangat sambil mengulurkan tangan.“Saudara kembarnya Aminah, bukan?” Lisa tersenyum lembut.Amin merasa lidahnya kelu, dan pertanyaan bodoh meluncur begitu saja dari mulutnya. “Anda kenal dengan Aminah?”Lisa tertawa kecil. “Oh, hanya pernah mendengar cerita sedikit dari beberapa orang di kantor. Kalian keluarga yang harmonis, katanya.”Sebelum Amin sempat merespon, Daran menepuk bahu putranya dengan bangga. “Perkenalkan, ini putraku satu-satunya. Seorang pria pekerja keras yang selalu memberikan yang terbaik. Dia anak yang berbakti kepada orang tua.”Amin kembali tersenyum, kali ini dengan perasaan semakin tidak nyaman. “Ayah, aku rasa mereka sudah tahu.”“

  • Hinaan Ipar untuk Sang Raja Bisnis    Ayah yang Tidak Terduga

    Suara tegas dari seorang pria membuat mereka berdua menoleh. Darrel, sang atasan yang dulu giginya pernah dipatahkan oleh Aminah, tiba-tiba muncul di dekat pintu masuk, menyusul Amin dan Daran. Dengan senyum dingin yang membuat suasana semakin canggung, dia melangkah mendekati mereka."Apa yang sedang terjadi di sini?" Darrel bertanya, meskipun jelas dia sudah tahu jawabannya. Pandangannya tertuju ke Daran, seakan menilai pria yang berdiri di depannya. "Jadi, ayahmu datang, Amin?" lanjutnya, menekankan kata 'ayah' dengan sedikit nada mengejek.Amin tergagap, tidak tahu harus menjawab apa. Dia ingin sekali menyembunyikan kenyataan bahwa ayahnya, yang disangkanya pengangguran, muncul di acara ulang tahun ayah bosnya itu. Dia khawatir Darrel akan menganggap rendah dirinya atau mempermalukannya di depan rekan-rekan kerja."Ya, Pak. Ini ayah saya," jawab Amin akhirnya, suaranya terdengar lemah.Namun, yang terjadi kemudian sungguh di luar dugaan. Darrel mengulurkan tangannya ke arah Daran

  • Hinaan Ipar untuk Sang Raja Bisnis    Ayah Pengangguran

    "Putri kesayanganmu itu sudah mematahkan giginya, Daran!”Mendengar itu Daran ternganga, terkejut mendengar penjelasan istrinya. “Kamu pikir itu bermain, itu sudah taraf melukai, apa kamu tidak pernah berantem semasa kecil?” ujar Diana lagi, suaranya penuh kekhawatiran.“Pernah sih, aku lebih seringnya dikeroyok oleh orang lain,” jawab Daran, dengan tampang yang masih ada gurat keterkejutan. Dia mengingat masa kecilnya yang penuh dengan kenangan pahit.“Orang kaya seperti kamu juga dibully?” Diana bertanya tidak percaya. Matanya membesar, seolah-olah tidak bisa menerima kenyataan bahwa suaminya yang tampak kuat dan berwibawa itu pernah menjadi korban bullying.“Lebih tepatnya, mereka dibayar oleh Kak Agung untuk membuatku tidak percaya diri.” Daran termenung mengingat masa kecilnya, karena dia merasa bodoh waktu itu sebab menganggap Agung sebagai malaikat tak bersayapnya. Kak Agung, saudara tirinya, selalu tampak baik di depan orang tua mereka, tetapi di belakang, dia adalah sumber pe

  • Hinaan Ipar untuk Sang Raja Bisnis    Muhammad Aminuddin & Siti Aminah

    Fatimah menengok ke belakang, menatap Agung yang berteriak memanggil namanya. Ada rasa berat di hatinya meninggalkan Agung yang selalu mendukungnya, meski lelaki itu sangat dingin.“Sudahlah, Sayang. Sudah waktunya kamu move on. Pria gak guna itu wajib ditinggalkan.” Seorang lelaki bertampang bule mengelus pelan pundak Fatimah.“Ya, kamu benar,” jawabnya seraya berpaling dan tersenyum ke arah lelaki yang bernama Bram, teman lelakinya selama ini.“Untung aku menemukanmu setelah menelusuri jejak yang kamu tinggalkan, Sayang. Suamimu itu bukan darah biru seperti aku, kalau sama aku, kamu hanya bisa senang-senang dan uang ngalir terus ke rekening kamu,” seloroh Bram sombong, sambil meremas-remas pundak Fatimah.Fatimah tertawa lebar mendengarnya, dan si Bram langsung mengecup bibirnya, lalu terjadilah adegan dewasa yang tak diinginkan.Sementara Agung jatuh berlutut, dia tidak menyangka Fatimah yang penurut ternyata mengkhianatinya. Dia tidak pernah menduga, wanita itu bakal berselingkuh

  • Hinaan Ipar untuk Sang Raja Bisnis    Pulau Karang

    Diana dan Daran sudah menempati rumah almarhum Nabila. Seperti rencananya dulu, Daran bakal pergi ke perusahaan menggunakan helikopter. Sedangkan Adnan sudah kembali ke rumahnya dan sudah jarang pergi ke kantor, karena dia mempercayakan perusahaan ke tangan Daran, kecuali ada keadaan darurat barulah pria itu turun tangan. Adnan hanya menyibukkan dirinya dengan bersantai di halaman belakang rumahnya, atau akan berjalan-jalan menjenguk cucu kembarnya.“Pintar sekali sih cucuku, Amin dan Aminah. 4 bulan sudah bisa duduk, sedangkan bapakmu dulu 4 bulan masih belum bisa membalikkan badannya,” ucap Adnan, sambil memangku kedua anak Daran yang sudah beranjak usia 5 bulan.“Diminum, Yah, kopinya.” Diana membawa secangkir kopi dan sepiring pisang goreng ke hadapan ayah mertuanya.“Kenapa Daran belum pulang, sudah sore seperti ini?” tanya Adnan, menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 6 sore.Diana menghela nafas panjang. “Palingan mampir dulu ke sungai, Yah. Daran lagi keracunan hob

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status