Share

Kamu Lagi

Author: OptimisNa_12
last update Last Updated: 2022-07-02 06:22:32

#HDMS

Part 3 Kamu Lagi

Aku dan Dina berdiri di dekat pintu pembatas antara tempat makan dengan dapur. Mencoba mengintip seseorang yang ditemui bu Ajeng. 

"Orangnya mana Din? " ucapku seraya melihat kesegala arah. 

"Itu, ketutupan bu Ajeng. "

Duh. Sayang sekali. Seorang wanita yang bernama Susi itu harus ketutupan bu Ajeng. Karena inilah membuatku semakin penasaran. 

Aku berdiri tegak, menghela nafas, lalu merapikan penampilanku. Ku persiapkan diri untuk memberanikan muncul dan melihat secara langsung wanita yang ditemui bu Ajeng. 

"Mau kemana? " tanya Dina. 

"Langsung aja yuk, penasaran nih. "

"Biarin aja, kita siap-siap kerja aja. "

"Tapi Din ...."

Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, tiba-tiba muncul seseorang dari belakangku. 

"Woy!"

Orang tersebut ternyata perempuan yang dijuluki kill*r oleh Dina. 

"Ya Allah Da, ngagetin aja deh, " ucap Dina. 

'Oh, Ida namanya, ' batinku. 

"Pada ngapain sih? buruan kerja! ntar siang kita ada pesanan nasi box ke kantor cabang PT Garmen yang di ujung sono, " ucap Ida. 

"PT Garmen? " ucapku lirih. 

"Kenapa Mbak? " tanya Dina. 

"Ekh, nggak papa Din. "

Kami pun bubar. Meskipun masih penasaran dengan wanita yang ditemui bu Ajeng, tapi bagaimana lagi, sudah waktunya untuk bekerja. 

Masih terngiang ucapan Ida mengenai kantor yang memesan nasi box nanti siang. Tentu saja, jelas aku tak asing dengan nama kantor tersebut. Kantor yang sama dengan tempat mas Fadil bekerja. Jika pesanan nasi ini tertuju pada kantor tersebut, mungkinkah kepala cabangnya adalah mas Fadil. Mengingat bahwa baru tadi pagi mas Fadil pindah menjadi kepala cabang. 

#

Siang ini, bersama Dina dan Ida, aku mengantar pesanan nasi box ke kantor cabang PT Garmen. Sengaja, aku menggunakan masker untuk menutupi wajahku, berjaga-jaga jika dugaanku benar kalau mas Fadil bekerja di sini. 

Sesampainya di tempat, kami pun diajak oleh security menuju ke sebuah ruangan. Dimana ruangan tersebut hanya terdapat sebuah panggung kecil dengan beberapa meja panjang di dekat pintu masuk dan tumpukkan kursi di dekatnya. Ruang pertemuan. 

Selesai kami menata nasi boxnya di atas meja, kami pun berpamitan dengan security. Baru beberapa langkah keluar dari ruang pertemuan, terlihat tiga lelaki yang berjalan dari arah berlawanan menuju kearahku. Salah satunya adalah lelaki yang sangat tidak asing bagiku, mantan suamiku. 

Aku berjalan di belakang Dina dan Ida seraya menundukkan wajahku. Meski sudah menggunakan masker, tetap saja aku tidak ingin dikenali. Aku tidak ingin berurusan dengan lelaki bermulut samp*h seperti dia. 

"Tunggu! " ucap mas Fadil saat kami berpapasan. 

Aku menelan ludahku, tetap menundukkan kepala. 

"Dina kan? " tanya mas Fadil seraya mengacungkan jari telunjuknya kearah Dina. 

Tentu saja mas Fadil mengenali Dina. Mereka cukup kenal, mengingat sudah lima tahunan aku menikah dengan mas Fadil. Ditambah, saat ini Dina tidak menggunakan masker seperti diriku. 

Dag dig dug. Sebenarnya aku bukannya takut berhadapan dengannya, hanya saja aku tidak ingun dia menghinaku terus-terusan. Apalagi ini di tempat dia bekerja, bisa saja aku di jadikan bulan-bulanan olehnya. 

"Ekh, Mas Fadil, iya Mas, " balas Dina. 

Mas Fadil tersenyum menyeringai. "Masih awet aja kamu jadi pelayan, " ucapnya. 

"Siapa Dil? " tanya seorang disebelahnya. 

"Sepupunya bek*s istriku. "

'Apa katamu? bekas, kamu pikir aku apaan, ' batinku. 

Rasanya ingin ku remas mulutnya itu, seenaknya berbicara tentang diriku. Untung aku sudah bercerai, kalau tidak aku mungkin  bisa stroke menghadapi kelakuannya yang seperti tak pernah sekolah itu. Astaghfirulloh. 

"Aku duluan ya Mas. "

Kami pun berjalan meninggalkan mas Fadil. Syukur dia tidak mengenaliku. Namun, baru beberapa langkah kami pergi, dia pun kembali meneriaki kami. 

"Din! kalau ketemu si Ratna ajakin dia jadi pelayan kek kamu ya, kalian cocok! dasar jiwa-jiwa babu! "

Tiba-tiba Ida menghentikan langkahnya. Tanpa basa-basi Ida berbalik berjalan kearah mas Fadil. Mungkin dia geram mendengar ucapan mas Fadil. Maklumlah, bisa saja dia baru kali ini melihat lelaki model mas Fadil. 

Tak berani mengikuti Ida, aku dan Dina hanya terdiam melihat dari kejauhan. 

"Kamu bilang apa tadi?!" ucap Ida berkacak pinggang. 

"Ma-mau apa kamu? " tanya mas Fadil. Terlihat jelas raut ketakutan di wajahnya. 

"Emang kenapa kalau pelayan?! kalau babu?! baru kerja di kantor beginian aja udah bangga! PLAK! " 

Aku terkejut melihat Ida menampar mas Fadil. Sangat berani. Dulu aku saja tidak berani, mungkin karena aku masih berstatus istrinya. Dengan ini, Ida mengajarkanku bahwa lelaki macam dia memang harus di lawan. 

"Ha ha ha! " aku tertawa lebar hingga tak sadar aku melepas maskerku. 

"Ratna!" ucap mas Fadil kearahku. 

Mataku membelalak. Ida menoleh kearahku. 

"Kabuurrr ... !!" teriaku menarik tangan Dina dan diikuti Ida. 

Rasanya apes sekali aku hari ini. Harus bertemu dengan mantan suami yang bermulut samp*h. Huh. Kamu lagi kamu lagi mas. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bunda Wina
senang ya qm mantan suami mu kena tampar tapi qm nya terima aj di hina sama mantan suami
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Hinaan dari Mantan SuamiĀ Ā Ā TAMAT

    #HDMSBab 35 TAMATAku masih berusaha untuk bersikap acuh. Aku tak ingin Fadil mendapati kalau diriku bersimpati dengan apa yang menimpanya saat ini. Karena bagiku mungkin saja itu adalah karma yang harus ia terima. Dan aku juga cukup lega lantaran apa yang menjadi dugaanku tadi tidak benar adanya. "Ada satu hal yang ingin aku katakan ke kamu," kata Fadil yang tiba-tiba membuatku terperangah. Duh, mungkinkah dugaanku akan benar? Aku menelan ludahku sendiri. Mendadak sangat penasaran dengan apa yang akan dikatakan Fadil padaku. "Apa? Cepat ya, gak usah pakai drama!" ketusku dengan masih membuang muka. Meski penasaran dengan apa yang akan Fadil katakan, tetapi di sisi lain aku juga mulai muak dengan keadaan ini. Terlebih aku juga tak ingin jika tiba-tiba aku teringat dengan hal-hal masa lalu kami. Karena bagiku itu sangat menganggu! "Aku masih mencintaimu." Baru satu kalimat saja sudah membuat kedua mataku membulat seketika. Perasaan akan dugaanku terasa semakin nyata. Bagaimana

  • Hinaan dari Mantan SuamiĀ Ā Ā Bertemu Kembali

    #HDMSBab 34 Bertemu KembaliSeperti aktivitasku sebelumnya pagi ini aku mengantar Arsya ke sekolah. "Bunda nanti jemput, ya," kata Arsya. "Iya, InsyaaAllah," balas ku sembari tersenyum. Arsya lalu mencium takzim tangan kananku. Lalu bergegas masuk ke dalam ruang kelasnya. Sebagai ibu aku cukup bangga dan bahagia melihat Arsya di usianya yang sekarang selalu bisa mengerti akan keadaanku. Apalagi semenjak kepergian mas Erlangga ia lah yang kerap menjadi pelipur laraku. "Assalamu'alaikum."Mendadak aku terdiam setelah mendengar seseorang berucap salam di dekatku. Bersamaan dengan itu salah satu tanganku telah berhasil menemukan kunci sepeda motorku. Aku menoleh kearah belakang dimana aku mendengar sumber suara yang barusan berucap salam. Dan betapa terkejutnya aku ketika aku mengetahui siapa orang tersebut. "Fadil?" lirihku sambil menatap wajah mantan suamiku itu. "Assalamu'alaikum Ratna," ucap Fadil lagi. "Waalaikumsalam." Dengan nada sedikit pelan aku membalas salam dari Fadi

  • Hinaan dari Mantan SuamiĀ Ā Ā Rahasia

    #HDMSBab 33 Rahasia Fadil"Rahasia?" aku terkejut setengah mati setelah mendengar bapak akan menjelaskan tentang rahasia Fadil kepadaku. Ya, rahasia dimana mantan suamiku itu ternyata masih menyimpan rasa padaku. Lebih tepatnya ia tak pernah menghilangkan perasaannya terhadapku sekalipun kami telah berpisah. "Dia juga yang ingin melamarmu setelah selesai masa iddahmu waktu itu." Kembali aku dibuat tercengang mendengar bapak berkata demikian. Setelah tiga bulan berlalu entah mengapa bapak mengatakan hal ini padaku. Padahal aku sendiri merasa sudah lebih baik tanpa keberadaan Fadil dan keluarganya. Bapak melanjutkan perkataannya yang mana beliau menjelaskan jika ternyata semua perbuatan jahat Fadil terhadapku bukan semata-mata ia ingin menyakitiku. Bukan karena ia membenciku. Bukan! Melainkan karena ia menuruti perkataan dari bu Susi. Ibu kandungnya sendiri. Waktu itu setelah kembalinya Sandra ke kehidupan Fadil, bu Susi yang memang sejak dulu sangat menyukainya dan berharap ia la

  • Hinaan dari Mantan SuamiĀ Ā Ā Pamit

    #HDMSBab 33 PamitSejenak aku terpaku melihat bu Susi yang sedang duduk di kursi roda dengan keadaan seperti mengalami strok. Benar, tamu yang hadir malam ini adalah Fadil dan ibunya. Tanpa Sandra yang biasanya ikut kemanapun kedua makhluk ini berada. Mm, kemana dia, ya? Jujur ketika melihat Fadil lah yang menjadi tamu yang ditunggu-tunggu ibu sejak tadi membuatku kecewa sekaligus prihatin. Kecewa karena awalnya aku mengira tamu yang dimaksud ibu mungkin adalah saudara jauh kami atau teman lamanya. Sebab, selama ini ibu akan selalu tampak bahagia jika ada saudara atau temannya lah yang akan mengunjunginya. Namun, melihat kondisi bu Susi yang demikian aku juga ikut prihatin. Di sisi lain aku juga bertanya-tanya dengan keadaannya yang sekarang. Pantas saja hampir satu bulan ini aku tak lagi menjumpainya dimana pun. Termasuk saat berbelanja sayur atau acara PKK yang belum lama di gelar. "Duduk, Nduk," pinta bapak yang seketika membuyarkan lamunanku. Tanpa berkata apa-apa aku pun me

  • Hinaan dari Mantan SuamiĀ Ā Ā Dilamar

    #HDMSBab 32 DilamarSuatu hari tak sengaja aku mendapati bapak sedang berbincang-bincang dengan seseorang di teras depan. Karena penasaran aku pun bergegas mengintip dari balik horden jendela yang berada tepat di belakang kursi teras. Dan saat aku mengetahui lawan bicara dari bapak kandungku itu membuatku sangat terkejut sekaligus tak percaya. Siapa lagi kalau bukan mantan terburuk. Fadil. "Mau ngapain lagi tuh mahkluk!" umpatku. Jengkel sekali rasanya melihat Fadil lagi-lagi hadir di rumah ini. Padahal baru beberapa pekan yang lalu ia datang ke sini bersama pak Rt dan bu Rt untuk meminta maaf dan berdamai. Tiba-tiba aku agak terkejut ketika melihat bapak dan mantan menantunya itu tertawa bersama. Sependengaranku mereka berdua tadinya tidak membahas hal-hal yang lucu. Atau aku saja yang tidak terlalu memperhatikan. Namun yang jelas, melihat bapak dan Fadil tertawa bersama seperti itu malah membuatku semakin jengkel jadinya. Sebab itu artinya bapakku sendiri sudah mulai kembali ny

  • Hinaan dari Mantan SuamiĀ Ā Ā Kedatangan Tamu Tak Diundang

    #HDMSBab 31 Kedatangan Tamu Taj Diundang Sudah beberapa hari ini aku kembali mengurung diriku di rumah. Termasuk berbelanja dan mengantar Arsya ke sekolah aku meminta bantuan ke orang-orang yang ada di rumah. Bukan tanpa alasan aku memutuskan hal ini. Sebab, aku hanya ingin lebih menenangkan pikiranku saja. Karena sudah beberapa ini aku merasa Fadil selalu mengganggu. Ahh, kesal sendiri aku jadinya jika mengingat mantan terburuk ku itu. "Ibu atau kamu yang anter Arsya?" tiba-tiba ibuku muncul. Selalu saja pertanyaan ini yang beliau utarakan di setiap pagi. "Ibu saja lah," jawabku malas. Kalau hanya membeli bakso keliling yang biasanya lewat depan rumah aku masih bisa mengiyakannya. Tetapi untuk mengantar Arsya aku masih tak ingin. Bukan karena takut bertemu Fadil, tetapi lebih merasa risih jika melihatnya kembali.Dengan senyum manis ibu lantas pergi meninggalkanku. Aku tahu ibu tidak akan marah dengan sikapku barusan. Sebab aku yakin ibuku itu memahami betul apa yang sedang aku

  • Hinaan dari Mantan SuamiĀ Ā Ā Teringat Kembali

    #HDMSBab 30 Teringat Kembali"Kamu kenapa, Nduk? Ibu perhatiin seharian ini, kok, cemberut gitu? Ada masalah?" ibu menatapku dengan wajah gelisahnya. "Aku gak pa-pa, Bu. Ibu tenang aja," balasku berbohong. Sebab sebetulnya aku sedang berada di titik tidak baik-baik saja. Benar, setelah pulang berbelanja tadi pagi aku memilih untuk tidak menceritakan apapun kepada ibu dan bapakku. Mengingat umur mereka yang sudah mulai tua, aku juga tidak ingin menambah beban karena masalah yang dibuat mantan besannya itu. Namun ternyata pilihanku untuk tidak bercerita itu malah tanpa sadar membuatku tak banyak bicara sepanjang hari. Dimana hal itu membuat kedua orang tuaku khawatir. Astagfirullah. "Yakin? Jangan sungkan kalau mau cerita apa-apa. Aku ini ibumu, tau, lho kalau kamu sekarang ini pasti lagi kepikiran sesuatu," ujar ibuku yang entah mengapa tebakannya memang tepat. "Iya, Bu," balasku sambil tersenyum tipis. Lagi-lagi aku sungguh tak ingin membuat ibuku khawatir. Setelah ibuku pergi

  • Hinaan dari Mantan SuamiĀ Ā Ā Sepeninggal Mas Erlangga

    #HDMSBab 29 Sepeninggal Mas ErlanggaTepat hari ini adalah hari terakhir masa iddah ku usai kepergian mas Erlangga yang menurutku sangatlah mendadak. Masih teringat jelas bagaimana akhir kehidupan dari suamiku itu. Sejujurnya aku bersyukur dan yakin jika mas Erlangga bisa mendapat tempat terbaik dari-Nya. Namun, di sisi lain aku juga kerap merasa menyesal ketika mengingat kembali kejadian-kejadian sebelum mas Erlangga meninggal. "Kenapa waktu itu aku gak tegur kamu,sih, Mas .... ?" pertanyaan inilah yang sampai detik ini masih menghantuiku. Menyesal. Sangat menyesal. Bahkan sekedar memanggil pun tidak aku lakukan. Mencari keberadaanmu yang jelas-jelas sebelum subuh mas Erlangga tak kembali ke dalam kamar. Astaghfirullah .... "Nduk?" terdengar lembut suara ibuku memanggil. Lekas aku mengusap air mata yang telah membasahi kedua pipiku. Aku berjalan menghampiri ibuku yang berdiri di ambang pintu. "Iya, Bu?" tanyaku. "Sudah, ya." Ibu mengelus bahu kananku sembari mengulas senyum m

  • Hinaan dari Mantan SuamiĀ Ā Ā Yang Terjadi Pada Mas Erlangga

    #HDMSBab 28 Yang Terjadi pada Mas ErlanggaDi suatu malam aku tiba-tiba terbangun dari tidurku lalu menyadari mas Erlangga tak lagi ada di sisiku. Ketika ku lihat jam yang menempel di dinding waktu telah menunjukkan pukul tiga dini hari. "Tumben Mas Erlangga sholat gak ngajakin aku," keluhku. Karena tidak biasanya jika suamiku itu menunaikan sholat malam tidak mengajakku. "Astaghfirullah ... Pantesan aku gak diajak. Aku kan belum selesai haid." Ku usap wajahku dengan agak kasar. Menyadari alasan yang membuat mas Erlangga tak mengajakku untuk sholat aku pun memutuskan untuk kembali tidur. Namun, entah mengapa tiba-tiba aku malah tak bisa melanjutkan tidurku. Mataku seakan segar bugar dan tak merasa kantuk sama sekali. Dan kebetulan juga tiba-tiba aku merasa haus. Aku pun keluar kamar menuju dapur untuk mengambil segelas air. Saat berjalan menuju dapur dan melewati ruang sholat aku melihat mas Erlangga yang sepertinya sudah selesai menunaikan sholatnya. Tetapi, karena ingin mengam

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status