Share

Hari Pertama Bekerja

Author: OptimisNa_12
last update Last Updated: 2022-07-02 06:22:05

#HDMS 

Part 2 Hari Pertama Bekerja

Hari ini adalah hari pertama aku bekerja. Di sebuah warung makan tempat Dina, sepupuku bekerja. Meskipun hanya warung makan sederhana tapi warung makan ini sangatlah ramai pembeli. Mungkin karena tempatnya yang di pinggir jalan raya, dan dekat juga dengan beberapa pabrik di sekitarnya. 

Di seberang jalan, sembari memainkan ponselku,  aku menunggu angkot dengan tujuan ke tempat kerjaku. 

Tiin ... !! Tiin ... !! 

Tak disangka dan tak diharapkan, mas Fadil dengan motor matic tipe NM*Xnya berhenti di depanku. Kupalingkan wajahku dari hadapannya, berpura-pura tak melihatnya. 

"Makin kere aja kamu ya! dulu kemana-mana kamu bisa naik motor ini, atau naik taksilah paling nggak, sekarang naik angkot kan ? ha ha ha! " ucapnya menyombongkan diri. 

Sekilas kulirik mas Fadil dengan geram, lalu cepat-cepat memalingkan lagi wajahku. 

"Baru kemarin aku cerai sama kamu, lihat sekarang aku sudah jadi kepala cabang, terbukti kan kalau kamu selama ini benar-benar pembawa si*l padaku. "

'Kepala cabang? ' batinku. 

Apa pedulinya, mau kepala cabang atau kepala monyet sekalipun aku tak memperdulikannya. Mungkin memang sudah saatnya dia naik jabatan. 

Kuhadapkan wajahku padanya. "Mau kamu apa sih Mas?! " tanyaku. 

"Mau pamer doang!  ha ha ha! " melajukan motornya. 

Astagfirullahaladzim, rasanya ingin ku cakar mas Fadil. Pagi-pagi sudah membuat panas hatiku dengan hinaannya. Kalau saja tidak ada hukum di negeri ini, sudah ku kejar dan ku tabrak dia. Tapi sayang, lagipula aku juga tidak punya motor. 

#

Sesaat aku turun dari angkot, bersamaan pula dengan kedatangan Dina. Aku berjalan menghampirinya yang memarkirkan motornya di depan warung makan. 

Belum sempat aku menyapa. "Mbak Ratna, gasik sekali? " sapanya seraya melepaskan helmnya. 

"Iya Din, takut terlambat apalagi kan aku naik angkot. "

Aku dan Dina pun malah asyik ngobrol di parkiran, tanpa sadar sudah lumayan lama kami di sini. 

"Dina buruan! "

Ucap seseorang yang berjalan kearah pintu warung makan. Seorang wanita yang berkisaran usianya tiga puluhan. Dengan postur tubuh yang tidak terlalu tinggi, namun lumayan berisi. Ditambah wajahnya yang khas wajah judes. 

"Siapa Din? " tanyaku pelan. 

"Kill*r! Ha ha ha"

Aku terkenjut mendengar jawaban Dina. Mana mungkin di sebuah warung makan ada kill*r. Ada-ada saja. 

"Sudah ayo! tenang dia baik kok, " ucap Dina seraya mengajakku ke dalam. 

Sebenarnya warung makan ini sudah buka sejak jam enam pagi tadi. Hanya saja, kebanyakan pembeli akan datang diantara jam tujuh hingga jam sembilan. Jam dimana seseorang pada umumnya untuk sarapan. 

Sementara para karyawan diberi kelonggaran untuk datang maksimal jam tujuh tiga puluh. Karena untuk menu penjualannya sudah disiapkan semalam sebelumnya. 

Warung makan biasanya akan tutup pukul sembilan malam. Memang cukup memakan tenaga banyak, karena para karyawan harus bekerja lebih dari dua belas jam. 

Namun, kata Dina meskipun begitu, para karyawan banyak yang tidak mengeluh. Selain karena gajinya yang lumayan tinggi, libur dua kali dalam sepekan, dan sikap bosnyalah yang membuat mereka nyaman dan betah. 

Aku terus mengikuti langkah Dina. Hingga kami pun berhenti di hadapan seorang wanita paruh baya. Terlihat dari penamilannya sangat kalem, sederhana, keibuan, namun juga penuh dengan kewibawaan. 

"Bu Ajeng, ini Mbak Ratna yang akan bantu-bantu di dapur, " ucap Dina memperkenalkanku. 

Ku ulurkan tanganku tanda memberi salam. "Ratna. " ucapku. 

Bu Ajeng membalas uluran tanganku. "Ajeng, " tersenyum. 

Bu Ajeng menjelaskan semua tentang warung makannya. Termasuk dalam hal gaji, sistem kerja, dan bagaimana harus bersikap terhadap pelanggan. 

Tanpa panjang lebar, aku mulai memahami. Karena sebelum menikah, dulu aku  pernah bekerja di warung makan, meskipun tak sebesar ini, dan itu pun hanya beberapa bulan. 

"Bu, dicari bu Susi, " ucap salah satu karyawan bu Ajeng. Perempuan dengan julukan kill*r yang Dina sematkan untuknya. 

Tak seburuk yang aku banyangkan. Dia cukup ramah, entah hanya terhadap bosnya atau memang sudah darisananya. 

'Susi? mungkinkah itu mantan mertuaku? enggak ah! nama Susi kan banyak, ' batinku. 

Aku dan Dina pun saling memandang, seakan memikirkan hal yang sama tentang seseorang yang mencari bu Ajeng. 

"Oh, iya, saya akan temui, " ucap bu Ajeng. 

Aku berusaha menampik rasa penasaranku. Namun, tiba-tiba aku terdiam dan berpikir. Jika Susi yang dimaksud adalah mantan mertuaku, aku takut jika dia bercerita hal buruk tentangku pada bu Ajeng. Tapi jika bukan, aku tak enak jika bu Ajeng mengetahui kalau aku mengikutinya karena penasaran dengan tamunya. 

Aku dibuatnya serba salah. Dilain sisi, aku tidak ingin membuat citraku buruk di hari pertamaku bekerja. 

"Intip saja, soalnya aku nggak pernah tahu bu Ajeng punya pelanggan yang namanya Susi, " ucap Dina berbisik. 

Benar kata Dina, aku cukup memastikan saja. Jika benar, lebih baik aku tidak menampakkan diri, jika salah aku hanya berharap bu Ajeng tidak melihatku. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bunda Wina
semoga aja Susi bukan mantan mertuamu ya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Hinaan dari Mantan Suami   TAMAT

    #HDMSBab 35 TAMATAku masih berusaha untuk bersikap acuh. Aku tak ingin Fadil mendapati kalau diriku bersimpati dengan apa yang menimpanya saat ini. Karena bagiku mungkin saja itu adalah karma yang harus ia terima. Dan aku juga cukup lega lantaran apa yang menjadi dugaanku tadi tidak benar adanya. "Ada satu hal yang ingin aku katakan ke kamu," kata Fadil yang tiba-tiba membuatku terperangah. Duh, mungkinkah dugaanku akan benar? Aku menelan ludahku sendiri. Mendadak sangat penasaran dengan apa yang akan dikatakan Fadil padaku. "Apa? Cepat ya, gak usah pakai drama!" ketusku dengan masih membuang muka. Meski penasaran dengan apa yang akan Fadil katakan, tetapi di sisi lain aku juga mulai muak dengan keadaan ini. Terlebih aku juga tak ingin jika tiba-tiba aku teringat dengan hal-hal masa lalu kami. Karena bagiku itu sangat menganggu! "Aku masih mencintaimu." Baru satu kalimat saja sudah membuat kedua mataku membulat seketika. Perasaan akan dugaanku terasa semakin nyata. Bagaimana

  • Hinaan dari Mantan Suami   Bertemu Kembali

    #HDMSBab 34 Bertemu KembaliSeperti aktivitasku sebelumnya pagi ini aku mengantar Arsya ke sekolah. "Bunda nanti jemput, ya," kata Arsya. "Iya, InsyaaAllah," balas ku sembari tersenyum. Arsya lalu mencium takzim tangan kananku. Lalu bergegas masuk ke dalam ruang kelasnya. Sebagai ibu aku cukup bangga dan bahagia melihat Arsya di usianya yang sekarang selalu bisa mengerti akan keadaanku. Apalagi semenjak kepergian mas Erlangga ia lah yang kerap menjadi pelipur laraku. "Assalamu'alaikum."Mendadak aku terdiam setelah mendengar seseorang berucap salam di dekatku. Bersamaan dengan itu salah satu tanganku telah berhasil menemukan kunci sepeda motorku. Aku menoleh kearah belakang dimana aku mendengar sumber suara yang barusan berucap salam. Dan betapa terkejutnya aku ketika aku mengetahui siapa orang tersebut. "Fadil?" lirihku sambil menatap wajah mantan suamiku itu. "Assalamu'alaikum Ratna," ucap Fadil lagi. "Waalaikumsalam." Dengan nada sedikit pelan aku membalas salam dari Fadi

  • Hinaan dari Mantan Suami   Rahasia

    #HDMSBab 33 Rahasia Fadil"Rahasia?" aku terkejut setengah mati setelah mendengar bapak akan menjelaskan tentang rahasia Fadil kepadaku. Ya, rahasia dimana mantan suamiku itu ternyata masih menyimpan rasa padaku. Lebih tepatnya ia tak pernah menghilangkan perasaannya terhadapku sekalipun kami telah berpisah. "Dia juga yang ingin melamarmu setelah selesai masa iddahmu waktu itu." Kembali aku dibuat tercengang mendengar bapak berkata demikian. Setelah tiga bulan berlalu entah mengapa bapak mengatakan hal ini padaku. Padahal aku sendiri merasa sudah lebih baik tanpa keberadaan Fadil dan keluarganya. Bapak melanjutkan perkataannya yang mana beliau menjelaskan jika ternyata semua perbuatan jahat Fadil terhadapku bukan semata-mata ia ingin menyakitiku. Bukan karena ia membenciku. Bukan! Melainkan karena ia menuruti perkataan dari bu Susi. Ibu kandungnya sendiri. Waktu itu setelah kembalinya Sandra ke kehidupan Fadil, bu Susi yang memang sejak dulu sangat menyukainya dan berharap ia la

  • Hinaan dari Mantan Suami   Pamit

    #HDMSBab 33 PamitSejenak aku terpaku melihat bu Susi yang sedang duduk di kursi roda dengan keadaan seperti mengalami strok. Benar, tamu yang hadir malam ini adalah Fadil dan ibunya. Tanpa Sandra yang biasanya ikut kemanapun kedua makhluk ini berada. Mm, kemana dia, ya? Jujur ketika melihat Fadil lah yang menjadi tamu yang ditunggu-tunggu ibu sejak tadi membuatku kecewa sekaligus prihatin. Kecewa karena awalnya aku mengira tamu yang dimaksud ibu mungkin adalah saudara jauh kami atau teman lamanya. Sebab, selama ini ibu akan selalu tampak bahagia jika ada saudara atau temannya lah yang akan mengunjunginya. Namun, melihat kondisi bu Susi yang demikian aku juga ikut prihatin. Di sisi lain aku juga bertanya-tanya dengan keadaannya yang sekarang. Pantas saja hampir satu bulan ini aku tak lagi menjumpainya dimana pun. Termasuk saat berbelanja sayur atau acara PKK yang belum lama di gelar. "Duduk, Nduk," pinta bapak yang seketika membuyarkan lamunanku. Tanpa berkata apa-apa aku pun me

  • Hinaan dari Mantan Suami   Dilamar

    #HDMSBab 32 DilamarSuatu hari tak sengaja aku mendapati bapak sedang berbincang-bincang dengan seseorang di teras depan. Karena penasaran aku pun bergegas mengintip dari balik horden jendela yang berada tepat di belakang kursi teras. Dan saat aku mengetahui lawan bicara dari bapak kandungku itu membuatku sangat terkejut sekaligus tak percaya. Siapa lagi kalau bukan mantan terburuk. Fadil. "Mau ngapain lagi tuh mahkluk!" umpatku. Jengkel sekali rasanya melihat Fadil lagi-lagi hadir di rumah ini. Padahal baru beberapa pekan yang lalu ia datang ke sini bersama pak Rt dan bu Rt untuk meminta maaf dan berdamai. Tiba-tiba aku agak terkejut ketika melihat bapak dan mantan menantunya itu tertawa bersama. Sependengaranku mereka berdua tadinya tidak membahas hal-hal yang lucu. Atau aku saja yang tidak terlalu memperhatikan. Namun yang jelas, melihat bapak dan Fadil tertawa bersama seperti itu malah membuatku semakin jengkel jadinya. Sebab itu artinya bapakku sendiri sudah mulai kembali ny

  • Hinaan dari Mantan Suami   Kedatangan Tamu Tak Diundang

    #HDMSBab 31 Kedatangan Tamu Taj Diundang Sudah beberapa hari ini aku kembali mengurung diriku di rumah. Termasuk berbelanja dan mengantar Arsya ke sekolah aku meminta bantuan ke orang-orang yang ada di rumah. Bukan tanpa alasan aku memutuskan hal ini. Sebab, aku hanya ingin lebih menenangkan pikiranku saja. Karena sudah beberapa ini aku merasa Fadil selalu mengganggu. Ahh, kesal sendiri aku jadinya jika mengingat mantan terburuk ku itu. "Ibu atau kamu yang anter Arsya?" tiba-tiba ibuku muncul. Selalu saja pertanyaan ini yang beliau utarakan di setiap pagi. "Ibu saja lah," jawabku malas. Kalau hanya membeli bakso keliling yang biasanya lewat depan rumah aku masih bisa mengiyakannya. Tetapi untuk mengantar Arsya aku masih tak ingin. Bukan karena takut bertemu Fadil, tetapi lebih merasa risih jika melihatnya kembali.Dengan senyum manis ibu lantas pergi meninggalkanku. Aku tahu ibu tidak akan marah dengan sikapku barusan. Sebab aku yakin ibuku itu memahami betul apa yang sedang aku

  • Hinaan dari Mantan Suami   Teringat Kembali

    #HDMSBab 30 Teringat Kembali"Kamu kenapa, Nduk? Ibu perhatiin seharian ini, kok, cemberut gitu? Ada masalah?" ibu menatapku dengan wajah gelisahnya. "Aku gak pa-pa, Bu. Ibu tenang aja," balasku berbohong. Sebab sebetulnya aku sedang berada di titik tidak baik-baik saja. Benar, setelah pulang berbelanja tadi pagi aku memilih untuk tidak menceritakan apapun kepada ibu dan bapakku. Mengingat umur mereka yang sudah mulai tua, aku juga tidak ingin menambah beban karena masalah yang dibuat mantan besannya itu. Namun ternyata pilihanku untuk tidak bercerita itu malah tanpa sadar membuatku tak banyak bicara sepanjang hari. Dimana hal itu membuat kedua orang tuaku khawatir. Astagfirullah. "Yakin? Jangan sungkan kalau mau cerita apa-apa. Aku ini ibumu, tau, lho kalau kamu sekarang ini pasti lagi kepikiran sesuatu," ujar ibuku yang entah mengapa tebakannya memang tepat. "Iya, Bu," balasku sambil tersenyum tipis. Lagi-lagi aku sungguh tak ingin membuat ibuku khawatir. Setelah ibuku pergi

  • Hinaan dari Mantan Suami   Sepeninggal Mas Erlangga

    #HDMSBab 29 Sepeninggal Mas ErlanggaTepat hari ini adalah hari terakhir masa iddah ku usai kepergian mas Erlangga yang menurutku sangatlah mendadak. Masih teringat jelas bagaimana akhir kehidupan dari suamiku itu. Sejujurnya aku bersyukur dan yakin jika mas Erlangga bisa mendapat tempat terbaik dari-Nya. Namun, di sisi lain aku juga kerap merasa menyesal ketika mengingat kembali kejadian-kejadian sebelum mas Erlangga meninggal. "Kenapa waktu itu aku gak tegur kamu,sih, Mas .... ?" pertanyaan inilah yang sampai detik ini masih menghantuiku. Menyesal. Sangat menyesal. Bahkan sekedar memanggil pun tidak aku lakukan. Mencari keberadaanmu yang jelas-jelas sebelum subuh mas Erlangga tak kembali ke dalam kamar. Astaghfirullah .... "Nduk?" terdengar lembut suara ibuku memanggil. Lekas aku mengusap air mata yang telah membasahi kedua pipiku. Aku berjalan menghampiri ibuku yang berdiri di ambang pintu. "Iya, Bu?" tanyaku. "Sudah, ya." Ibu mengelus bahu kananku sembari mengulas senyum m

  • Hinaan dari Mantan Suami   Yang Terjadi Pada Mas Erlangga

    #HDMSBab 28 Yang Terjadi pada Mas ErlanggaDi suatu malam aku tiba-tiba terbangun dari tidurku lalu menyadari mas Erlangga tak lagi ada di sisiku. Ketika ku lihat jam yang menempel di dinding waktu telah menunjukkan pukul tiga dini hari. "Tumben Mas Erlangga sholat gak ngajakin aku," keluhku. Karena tidak biasanya jika suamiku itu menunaikan sholat malam tidak mengajakku. "Astaghfirullah ... Pantesan aku gak diajak. Aku kan belum selesai haid." Ku usap wajahku dengan agak kasar. Menyadari alasan yang membuat mas Erlangga tak mengajakku untuk sholat aku pun memutuskan untuk kembali tidur. Namun, entah mengapa tiba-tiba aku malah tak bisa melanjutkan tidurku. Mataku seakan segar bugar dan tak merasa kantuk sama sekali. Dan kebetulan juga tiba-tiba aku merasa haus. Aku pun keluar kamar menuju dapur untuk mengambil segelas air. Saat berjalan menuju dapur dan melewati ruang sholat aku melihat mas Erlangga yang sepertinya sudah selesai menunaikan sholatnya. Tetapi, karena ingin mengam

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status