#HDMSBab 34 Bertemu KembaliSeperti aktivitasku sebelumnya pagi ini aku mengantar Arsya ke sekolah. "Bunda nanti jemput, ya," kata Arsya. "Iya, InsyaaAllah," balas ku sembari tersenyum. Arsya lalu mencium takzim tangan kananku. Lalu bergegas masuk ke dalam ruang kelasnya. Sebagai ibu aku cukup bangga dan bahagia melihat Arsya di usianya yang sekarang selalu bisa mengerti akan keadaanku. Apalagi semenjak kepergian mas Erlangga ia lah yang kerap menjadi pelipur laraku. "Assalamu'alaikum."Mendadak aku terdiam setelah mendengar seseorang berucap salam di dekatku. Bersamaan dengan itu salah satu tanganku telah berhasil menemukan kunci sepeda motorku. Aku menoleh kearah belakang dimana aku mendengar sumber suara yang barusan berucap salam. Dan betapa terkejutnya aku ketika aku mengetahui siapa orang tersebut. "Fadil?" lirihku sambil menatap wajah mantan suamiku itu. "Assalamu'alaikum Ratna," ucap Fadil lagi. "Waalaikumsalam." Dengan nada sedikit pelan aku membalas salam dari Fadi
#HDMSBab 35 TAMATAku masih berusaha untuk bersikap acuh. Aku tak ingin Fadil mendapati kalau diriku bersimpati dengan apa yang menimpanya saat ini. Karena bagiku mungkin saja itu adalah karma yang harus ia terima. Dan aku juga cukup lega lantaran apa yang menjadi dugaanku tadi tidak benar adanya. "Ada satu hal yang ingin aku katakan ke kamu," kata Fadil yang tiba-tiba membuatku terperangah. Duh, mungkinkah dugaanku akan benar? Aku menelan ludahku sendiri. Mendadak sangat penasaran dengan apa yang akan dikatakan Fadil padaku. "Apa? Cepat ya, gak usah pakai drama!" ketusku dengan masih membuang muka. Meski penasaran dengan apa yang akan Fadil katakan, tetapi di sisi lain aku juga mulai muak dengan keadaan ini. Terlebih aku juga tak ingin jika tiba-tiba aku teringat dengan hal-hal masa lalu kami. Karena bagiku itu sangat menganggu! "Aku masih mencintaimu." Baru satu kalimat saja sudah membuat kedua mataku membulat seketika. Perasaan akan dugaanku terasa semakin nyata. Bagaimana
Hinaan Dari Mantan Suami#HDMSPart 1 Bercerai"Dengan ini, sidang kami tutup! "Tok! tok! tok! Ucap ketua hakim yang menyatakan bahwa aku telah resmi bercerai dengan mas Fadil. Ya, lima tahun aku menikah dengan mas Fadil, namun karena tak kunjung hamil dia menceraikanku. Bukan hanya itu, keluarga mas Fadil selalu menganggapku wanita pembawa si*l. Karena selama pernikahan, mas Fadil tak pernah berubah posisinya di perusahaan. Tetaplah karyawan biasa. "Kita lihat nanti, kamu bisa apa tanpa aku! " ucap mas Fadil menyobongkan diri. "Ya nggak mungkin bisa apa-apalah Mas, dia aja wanita nggak berpendidikan, cuma lulusan SMP! ha ha ha! " ucap Sandra. Sandra adalah mantan kekasih mas Fadil sebelum dia menikahiku. Dulu, mas Fadil sempat ingin menikahinya, namun Sandra memilih melanjutkan sekolahnya di luar negeri. Tak lama setelah itu, mas Fadil bertemu denganku. Tak butuh waktu lama, mas Fadil melamarku. Sosoknya yang kalem, baik, bersahaja dan menerimaku apa adanyalah yang membuatku
#HDMS Part 2 Hari Pertama BekerjaHari ini adalah hari pertama aku bekerja. Di sebuah warung makan tempat Dina, sepupuku bekerja. Meskipun hanya warung makan sederhana tapi warung makan ini sangatlah ramai pembeli. Mungkin karena tempatnya yang di pinggir jalan raya, dan dekat juga dengan beberapa pabrik di sekitarnya. Di seberang jalan, sembari memainkan ponselku, aku menunggu angkot dengan tujuan ke tempat kerjaku. Tiin ... !! Tiin ... !! Tak disangka dan tak diharapkan, mas Fadil dengan motor matic tipe NM*Xnya berhenti di depanku. Kupalingkan wajahku dari hadapannya, berpura-pura tak melihatnya. "Makin kere aja kamu ya! dulu kemana-mana kamu bisa naik motor ini, atau naik taksilah paling nggak, sekarang naik angkot kan ? ha ha ha! " ucapnya menyombongkan diri. Sekilas kulirik mas Fadil dengan geram, lalu cepat-cepat memalingkan lagi wajahku. "Baru kemarin aku cerai sama kamu, lihat sekarang aku sudah jadi kepala cabang, terbukti kan kalau kamu selama ini benar-benar pembaw
#HDMSPart 3 Kamu LagiAku dan Dina berdiri di dekat pintu pembatas antara tempat makan dengan dapur. Mencoba mengintip seseorang yang ditemui bu Ajeng. "Orangnya mana Din? " ucapku seraya melihat kesegala arah. "Itu, ketutupan bu Ajeng. "Duh. Sayang sekali. Seorang wanita yang bernama Susi itu harus ketutupan bu Ajeng. Karena inilah membuatku semakin penasaran. Aku berdiri tegak, menghela nafas, lalu merapikan penampilanku. Ku persiapkan diri untuk memberanikan muncul dan melihat secara langsung wanita yang ditemui bu Ajeng. "Mau kemana? " tanya Dina. "Langsung aja yuk, penasaran nih. ""Biarin aja, kita siap-siap kerja aja. ""Tapi Din ...."Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, tiba-tiba muncul seseorang dari belakangku. "Woy!"Orang tersebut ternyata perempuan yang dijuluki kill*r oleh Dina. "Ya Allah Da, ngagetin aja deh, " ucap Dina. 'Oh, Ida namanya, ' batinku. "Pada ngapain sih? buruan kerja! ntar siang kita ada pesanan nasi box ke kantor cabang PT Garmen yang di
#HDMSPart 4 KomplainKami berlari sekencang mungkin menuju mobil. Takut-takut kalau mas Fadil ataupun security di kantor ini mengejar, karena ulah Ida. Aku senang melihat mas Fadil begitu kesakitan karena tamparan Ida. Itu berarti tanpa aku harus mengotori tanganku, mas Fadil mendapatkan karma atas ucapannya. "Ida? ngapain kamu di situ? " ucap Dina melihat Ida yang duduk di kursi belakang. "Ya Allah! keliru, " ucapku. "Buruan tuker, keburu datang orangnya, " perintah Dina. Saking buru-burunya kami berlari, hingga tak sadar bahwa aku yang seharusnya duduk di kursi belakang malah tertukar dengan Ida yang harusnya duduk di kursi depan setir. Ida pun segera menghidupkan mesin mobilnya lalu kami pun pergi meninggalkan kantor ini. "Kamu kenal sama pria tadi? " tanya Ida ditengah perjalanan. "Kenal banget Da, kenal luar dalam malah, hahaha, " sahut Dina. Ida menoleh kearah Dina yang duduk di sebelahnya. Sekejap Dina langsung menghentikan tawanya. "Maksudnya apa Din? " tanya Ida. "C
#HDMSPart 5 TerpaksaMas Fadil bersama temannya meninggalkan kami. Kali ini ketakutanku benar-benar terjadi. Dia membuat citraku buruk di hari pertama bekerja. Tak hanya itu, dia juga menjadikan bahan tontonan para pelanggan, ditambah akan ada sanksi dari bu Ajeng. Dasar, lelaki pembawa si*l. ***Dilain tempat kini aku dan kedua temanku sudah kembali ke tempat bekerja. Dimana kami akan di"sidang" langsung oleh bu Ajeng selaku pemilik rumah makan. "APA?! "Ucap kami serentak. Ya, bu Ajeng memintaku, Dina dan juga Ida untuk meminta maaf kepada mas Fadil. Karena jika tidak kami akan di proses dengan pihak yang berwajib. Sebagai tuduhan kekerasan fisik yang dilakukan oleh Ida, terlebih ternyata di kantor itu terdapat CCTV yang dimana rekamannya akan menjadi penguat tuduhan mas Fadil. Sebenarnya setelah mendengar penjelasan kami, bu Ajeng memaafkan kami. Namun ia juga takut jika harus berurusan dengan polisi. Apalagi tak hanya kami yang akan dirugikan, namun juga nama baik warung makan
#HDMSPart 6 Pembalasan (pura-pura minta maaf) Kami berjalan menuju meja resepsionis. Si resepsionis yang bernama Wita, terlihat dari id card yang menggantung di jas bagian atas yang ia kenakan. Belum sempat kamu mengutarakan maksud kedatangan, Wita sudah menyambut kami. "Selamat Pagi, ada yang bisa kami bantu? " sapanya. "Kami mau bertemu ... ," belum sempat aku menyelesaikan ucapanku sudah di potong Ida. "Kudanil! " sahut Ida. Aku dan Dina sekejap langsung melihat kearah Ida. Ada-ada saja memberi julukkan. "Pak Fadil maksudnya, " ucap Dina. Wita pun mengantar kami ke ruangan mas Fadil. "Silakan masuk Mbak, " ucap Wita sesampainya kami di depan ruangan mas Fadil. Wita pun meninggalkan kami. Karena sebelum mengantar kami, dia sudah memberitahukan perihal kedatangan kami. Rasa bad mood kembali menghinggapi perasaanku. Tapi aku harus tetap semangat, karena ini adalah kesempatan langka bisa membalas sakit hati atas penghinaannya terhadapku, walaupun hanya sedikit. Kami bertiga