Share

Pembalasan (Pura-pura minta maaf)

#HDMS

Part 6 Pembalasan (pura-pura minta maaf) 

Kami berjalan menuju meja resepsionis. Si resepsionis yang bernama Wita, terlihat dari id card yang menggantung di jas bagian atas yang ia kenakan. Belum sempat kamu mengutarakan maksud kedatangan, Wita sudah menyambut kami. 

"Selamat Pagi, ada yang bisa kami bantu? " sapanya. 

"Kami mau bertemu ... ," belum sempat aku menyelesaikan ucapanku sudah di potong Ida. 

"Kudanil! " sahut Ida. Aku dan Dina sekejap langsung melihat kearah Ida. Ada-ada saja memberi julukkan. 

"Pak Fadil maksudnya, " ucap Dina. 

Wita pun mengantar kami ke ruangan mas Fadil. 

"Silakan masuk Mbak, " ucap Wita sesampainya kami di depan ruangan mas Fadil. 

Wita pun meninggalkan kami. Karena sebelum mengantar kami, dia sudah memberitahukan perihal kedatangan kami. 

Rasa bad mood kembali menghinggapi perasaanku. Tapi aku harus tetap semangat, karena ini adalah kesempatan langka bisa membalas sakit hati atas penghinaannya terhadapku, walaupun hanya sedikit. 

Kami bertiga pun memasuki ruangan mas Fadil. Berdiri tak jauh dari meja kerjanya. Sementara itu, mas Fadil yang duduk di kursi kerjanya masih membelakangi kami. 

"Mau apa kalian? " tanya mas Fadil seraya membalikkan kursinya kearah kami. Dengan satu kakinya yang diletakkan di atas lututnya yang lain membuat kesan sombong terlihat pada dirinya. 

Kami saling melihat satu sama lain. 

"Kami mau meminta maaf atas kejadian kemarin, " ucap kami bersamaan. 

Mas Fadil berdiri dan berjalan kearah kami. Berhenti tepat di depanku yang berada di sebelah Ida. Lalu berkacak pinggang. "Ratna ... Ratna ... ini semua gara-gara kamu. Pagi ketemu kamu, siang ketemu kamu, makanya aku jadi sial! dasar wanita pembawa si*l! " maki mas Fadil seraya mendorong keningku dengan telunjuk tangannya. 

"Aww!" ucapku yang hampir terjatuh dibuatnya. Tanpa basa-basi aku kembali ke posisiku semula. Berlagak membereskan pakaiannya dan menghelas nafas. 

Mas Fadil tertawa lebar. "Ha ha ha! Untung sudahku ... ."

Ku potong ucapannya dengan menendang bagian sel*ngkang*nnya menggunakan lututku. 

Bugh!! 

"Aww sakit! Dasar gil*!" ucapnya dengan keras. 

Mas Fadil kesakitan hingga terdorong sampai tepi meja kerja yang di belakangnya. Ia terus memengangi celana bagian benda pusakanya yang mungkin terkena dengan tendangannku. Bod* amat! 

Dina dan Ida masih terdiam melongo melihatku. Menunggu instruksiku. Aku bersiap kembali. Mengumpulkan tenagaku. 

Kulihat kearah Dina dan Ida memberi kode. Mereka mengerti dan langsung menuju mas Fadil. Masing-masing memegangi tangan mas Fadil. 

Mas Fadil ditegakkan. Dengan raut wajah yang masih kesakitan, ditambah dengan raut wajah ketakutan. Tentu saja, dia tak pernah melihatku segarang dan seberani ini. 

Selama pernikahan aku hanya menjadi istri penurut dan pendiam, bahkan disaat dia mulai berkencan dengan Sandra secara terang-terangan. Aku merasa sangat di bod*hi kala itu. 

Dina dan Ida memengang erat kedua tangan mas Fadil. Aku berjalan perlahan mendekatinya dengan tatapan tajam kearah matanya. 

Kuinjakkan kakiku pada salah satu kakinya dengan keras. "Aaa! sakit! sakit Ratna, ampun! " ucapnya seraya berusaha melepaskan tangannya. 

"Diam! " bentak Dina dan Ida bersamaan. 

"Kamu bilang aku apa?! " tanyaku dengan mengulangi memginjak kakinya. 

"A-ampun Ratna, ampun, " mas Fadil memohon. 

Ini bukan hanya balas dendam atas kejadin kemarin. Tapi juga balas dendam pribadiku atas hinaan dan pengkhiatannya selama ini. 

Terakhir, ku dorong kening mas Fadil seperti yang ia lakukan tadi padaku. 

Dina dan Ida pun melepaskan tangan mas Fadil. Mas Fadil jatuh tersungkur. 

Kini giliran Ida mendekati mas Fadil. "Berdiri! " perintahnya seraya menarik pakaian bagian pundaknya. 

Dengan tertatih-tatih, mas Fadil berdiri. "Gara-gara kelakuan Lu yang sok-sokan komplain kemarin kita bertiga terpaksa harus minta maaf ke sampa*h macam Lu. Dan ini cara kita minta maaf. Terima nggak terima, Lu harus terima! " ucap Ida. 

"Ingat Mas, kalau kamu berani laporkan kami lagi, akan lebih dari ini yang kamu terima! Bukan hanya kamu, tapi juga keluargamu! " acamku. 

"Ingat itu! " ucap Ida seraya menunjuk mas Fadil. 

Sebenarnya aku hanya menggertaknya saja. Aku sendiri harap-harap cemas, mengingat keluarga mas Fadil adalah keluarga yang nekatan. Bisa saja mereka bertindak di luar dugaanku nanti. 

Tapi, apapun yang akan mereka lakukan padaku nanti, tidak akan ku biarkan begitu saja. Akan ku ladeni, bahkan akan kubalas lebih dari apa yang mereka lakukan. 

Tapi untuk saat ini, paling tidak aku bisa membalaskan sakit hatiku walaupun sedikit. 

Kami pun pergi meninggalkan mas Fadil yang sudah mulai berdiri. 

"Dasar wanita gil* kalian! tunggu saja pembalasanku! " teriak mas Fadil saat kami hendak membuka pintu keluar. 

#

"Akting kamu keren Na, " ucap Ida sesaat kami memasuki mobil. 

"Pasti nggak akting, " sahut Dina. 

Aku tersenyum lebar tanpa membalas ucapan mereka. 

"Tapi emang seharusnya kamu gitu Mbak, lawan terus mereka kalo mereka masih saja berani menghina dan mencaci maki kamu, " ucap Dina kearahku. 

"Iya Din, kamu benar. Selama pernikahan aku sudah seperti wanita bod*h di mata mereka, kali ini tidak akan ku biarkan mereka terus menginjak-injak harga diriku. "

Aku yakin, setelah kejadian ini keluarga mas Fadil pasti tidak akan tinggal diam. Mereka pasti akan semakin mengusik kehidupanku dan tidak akan membiarkanku sampai mereka puas membuatku menderita. 

Dengan ini, akan ku persiapkan mental dan tenagaku untuk menghadapi mereka. Huh! 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Asiani
payah,kurang bermutu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status