#HDMS
Part 7 Status di Media Sosial
Pov FadilAku yakin, setelah kejadian ini keluarga mas Fadil pasti tidak akan tinggal diam. Mereka pasti akan semakin mengusik kehidupanku dan tidak akan membiarkanku sampai mereka puas membuatku menderita.
Dengan ini, akan ku persiapkan mental dan tenagaku untuk menghadapi mereka. Huh!
***
š Pov Fadil
"Fadil! " pekik ibuku saat membuka pintu ruanganku.
"Mas Fadil, kamu kenapa? " tanya Sandra yang ikut serta menghampiriku bersama ibu.Setelah kepergian Ratna dan gengnya, seketika aku memegangi kembali celanaku di bagian senjata pusakaku. Kur*ng aj*r Ratna, beraninya dia menendang benda berhargaku.
Aku duduk di sofa pojok ruanganku, diikuti ibu dan juga Sandra.
"Ini pasti ulah Ratna, " ucap Sandra.
"Darimana kamu tahu? " tanyaku. "Tadi kami melihatnya di parkiran, sama Dina sepupunya dan nggak tahu siapa satunya, " jelas ibu.Aku jelaskan semuanya perihal maksud kedatangan Ratna dan gengnya, hingga perbuatan mereka padaku.
"Ini nggak bisa dibiarin Mas, kita laporkan saja pada polisi, " ucap Sandra.
"Enggak San, aku nggak akan laporkan mereka. ""Kamu takut acaman mereka? atau? ""Aku nggak takut, aku punya cara sendiri untuk membalas perbuatan mereka. ""Sudah Fadil, nggak usah diladenin mereka, kamy fokus saja sama rencana pernikahan kalian, " ucap ibu.
Sandra menyandarkan kepalanya di bahuku. "Iya Mas, kita fokus ke rencana pernikahan kita saja, " ucapnya lembut.
"Nggak bisa, ini masalah harga diri. Lagian masa iya aku kalah sama cewek, " ku singkirkan kepala Sandra.
"Terserah kamu, tapi kalau nanti hidupmu makin sial gara-gara keseringan berurusan dengan bek*s istrimu itu jangan nyesel, rasakan sendiri! " balas ibuku.Aku bangkit dari dudukku, berjalan sedikit maju di depan mereka yang masih terduduk di sofa. "Dukung aja kenapa sih? Lagian kalau dia berani sama aku, itu berarti dia bisa saja melakukan lebih dari ini pada kalian juga, " ucapku.
"Bener juga ya, terus rencana kamu apa? " tanya Sandra seraya berdiri menghampiriku.
Aku diam sejenak. Sebenarnya aku sendiri masih bingung, dengan cara apa aku membalasnya. Jujur, aku sangat tidak menyangka bahwa dia bisa seberani ini.
Dasar wanita gil*. Untung sudah kuceraikan, kalau tidak bisa-bisa aku akan stroke karena tingkahnya.
Ibu berdiri mendekatiku. "Kita hina terus dia, caci maki, rendahkan martabatnya, permalukan dia, kalau perlu kita buat dia jadi gila beneran!" ucap ibu bersemangat.
Mendengar ucapan ibu, aku langsung muncul ide. Aku yakin dengan ide ini, dia pasti akan merasa terpojokkan. Dan ini akan menjadi langkah awalku untuk membalaskan perbuatannya. Perbuatan yang hampir saja menyelakai benda berhargaku.
Cepat-cepat aku berjalan ke meja kerjaku. Ku buka laptopku dan mulai mencari foto Ratna. Namun si*l, aku tak menemukannya. Aku teringat semenjak kembalinya Sandra di kehidupanku, aku menghapus semua foto Ratna, termasuk foto pernikahanku selama ini. Bahkan namanya di ponselku saja sudah ku ganti yang dulunya 'istriku tercinta' ku ubah menjadi 'nggak penting!'.
Ku buka akun sosial medianya. Dengan cepat aku menemukannya. Ku ambil foto itu, akan ku gunakan sebagai senjata.
Setelah mendapatkan foto Ratna, aku langsung membuka media sosialku. Bersiap menulis di beranda fac*bo*kku.
[WARNING!
Wanita tersebut mengalami gangguan jiwa lantaran tak terima diceraikan oleh suaminya. Jika anda menemuinya dimana pun berada haraplah berhati-hati dan tetap waspada, jika tidak dia akan bertindak diluar pikiran anda. Terimakasih.]Posting.
Ya. Ku buat status diatas disertai foto Ratna. Tak hanya di fac*bo*k namun juga di status wh*ts*ppku. Aku yakin, jika dia tak melihatnya pasti keluarga atau teman-temannya akan mengetahuinya.
Terserah apapun reaksinya. Tak kupedulikan. Cara ini lebih ku sukai daripada harus repot-repot lapor ke polisi. Lagipula sebenarnya aku juga takut jika dia tak main-main dengan ucapannya. Bisa-bisa aku kehilangan benda pusakaku beneran nanti, kan serem.
#
Sesampainya di rumah, aku tak sabaran membuka ponselku, ingin melihat seberapa banyak respon setelah aku membuat status tentang bek*s istriku tadi.
Karena setelah membuat status tadi siang, aku sengaja mematikan ponselku. Takut saja kalau ada yang tiba-tiba menyerangku saat jam kerja.
Aku duduk bersantai di belakang rumahku, tak lupa secangkir kopi yang setia menemaniku di atas meja yang bersebelahan dengan tempat dudukku.
[Maksud kamu apa Mas?]
Ini dia yang ku tunggu-tunggu akhirnya muncul. Sebuah pesan masuk dari si bek*s istri. Untung saja setelah perceraian beberapa hari yang lalu aku belum sempat menghapus nomernya. Sebenarnya tak terlintas di pikiranku untuk menghapus nomernya, kalau dia masih menyimpan nomerku bisa ku gunakan untuk pamer kesuksesanku suatu saat nanti. Hehee.
[Apa yang salah? Aku tahu Ratna, kamu itu sebenarnya masih mencintaiku, jadi mulai nggak waras kamu karena aku lebih memilih Sandra. Hahaa!]
Ku balas pesan dari Ratna. Aku yakin sebenarnya dia bekerja di warung makan itu karena dia tahu kantor baruku dekat dengannya. Dan, setelah dia mengantar pesanan nasi box itu dia sengaja ingin meminta maaf padaku semata-mata karena dia ingin lebih menarik perhatianku.
Tapi sampai kapanpun cintaku tetap untuk Sandra seorang. Dan Ratna selamanya tetap akan menjadi mantan.
Cukup lama aku menunggu balasan dari Ratna. Ku buka pesanku kembali, sudah centang biru yang itu berarti dia sudah membacanya. Tapi kenapa tak dibalas-balas?
[Hey! Wanita gil*!]
Ku kirim kembali pesan untuknya.
[Wanita mandul! Pembawa si*l!]
Ku kirim pesan lagi, hingga beberapa kali dan Ratna hanya membacanya, terlihat dari tanda centang yang sudah berwarna biru.
Kesal aku dibuatnya. Menunggu pesan yang hanya di baca tanpa ada balasan, membuatku tersulut emosi sampai ke ubun-ubun. Sudah nggak berpendidikkan, sombong lagi. Awas kamu Ratna!
#HDMSPart 8 DilabrakTiga hari berlalu. Setelah kejadian status mas Fadil di media sosial itu, aku memilih mendiamkannya. Dengan harapan dia takkan menggangguku lagi. Memang benar. Selama tiga hari ini dia tak muncul dihadapanku ataupun membuat ulah di media sosialnya. Tetapi .... Hampir semua keluarga besarku yang mengetahuinya ikut menuduhku gila. Tak hanya itu, bahkan teman-teman ku pun menganggapnya benar. Hingga aku bertubi-tubi mendapat cercaan dari mereka. Bahkan dalam tiga hari ini, beberapa orang yang melihatku tampak memandang aneh. Saat di angkot pun tak jarang dari mereka yang duduk agak menjauh dariku. Begitu besar efek dari ulah mas Fadil terhadapku. Astaghfirullohal'adzim. Setelah perceraian itu, aku lebih memilih mengontrak rumah sendiri, karena jika harus pulang ke rumah orang tuaku, rasanya hanya akan menambah beban mereka. Mengingat, aku bukanlah dari keluarga yang berkecukupan seperti keluarga mas Fadil. Pagi ini, seperti biasa aku menunggu angkot untuk ber
#HDMSPart 9 Akun BaruAku dan Dina masih terdiam di depan Bu Ajeng. Bu Ajeng mulai mendekati kami."Siapa mereka?" tanya bu Ajeng.Aku menjelaskan semuanya. Tentang Sandra dan mantan mertuaku dan maksud kedatangan mereka pagi ini. Aku juga meminta maaf pada bu Ajeng, karena ulah mereka yang sudah membuat kegaduhan di area warung makan.Bu Ajeng duduk di bangku didekatnya. "Saya maafkan kamu, pandanganku kamu nggak salah. Merekalah yang salah, karena sejak kedatangan mereka saya sudah berdiri di balik pintu utama. ""Terimakasih Bu, terimakasih. " Aku tersenyum kegirangan. Bu Ajeng tersenyum tipis. "Silakan bekerja kembali. "Aku lega. Bu Ajeng sama sekali tak menyalahkanku. Baru beberapa hari mengenalnya, sudah dapat ku simpulkan bahwa bu Ajeng adalah orang yang sangat baik, selalu menilai seseorang dari data dan fakta bukan dari kejadian yang hanya sekilas dia lihat. Bahkan, saat kejadian tiga hari yang lalu dimana mas Fadil membuat postingan di media sosial tentang diriku, bu Aje
#HDMSPart 10 Langkah AwalSesampainya aku di kontrakan, ku letakkan ponselku di ruang tamu. Sementara aku pergi ke dapur mengambil minum dan cemilan ringan. Inilah tempat tinggalku setelah bercerai dengan mas Fadhil. Sebuah kontrakan yang hanya ada satu kamar tidur, ruang tamu dan dapur yang menjadi satu dengan kamar mandi. Aku kembali ke ruang tamu. Mengambil ponselku lalu membuka aplikasi fac*bo*k. Begitu banyak pemberitahuan, termasuk bahwa mas Fadhil sudah menerima pertemananku. 'Saatnya bermain, 'batinku. Ku buka profil mas Fadhil, berandanya hampir penuh dengan foto-fotonya dengan Sandra atau keluarganya. Ku kirimkan pesan pribadi padanya, dan kebetulan dia sedang online. [Hay Fadhil] [Hay juga, siapa?] [Sinta] Tak butuh waktu lama mas Fadhil membalas pesanku. Cukup panjang aku memperkenalkan diri dengan akun yang dibuat oleh Ida. Entahlah, perasaanku berkata seakan mas Fadhil cepat merespon karena akunku ini berfotokan profil wanita muda. Ditambah dengan data diri seba
Ting! Pesan masuk dari aplikasi wh*ts*ap muncul. Aku pun segera membukanya, dari mas Fadil. [Kok nggak sampai-sampai, aku dah lama nunggu nih, pesanan juga udah datang] [Ban mobilku bocor, aku harus ke bengkel dulu. Aku sudah menyuruh asistenku untuk menemuimu, sebentar lagi dia datang] Baru tiga puluh menit berlalu dari jam perjanjian mas Fadil rasanya sudah tak betah menunggu. Lagipula mana ada ban mobil bocor apalagi asisten yang datang, karena aku sudah di pos parkiran sejak tadi pagi. Tentu saja ini adalah bagian dari rencanaku. Ku buat mas Fadil lama menunggu, di tambah dengan pesanan paket yang terlanjur ia pesan, itu akan membuatnya mengeluarkan uang begitu banyak. Waktu hampir jam delapan pagi. Karena jam delapan adalah batas waktu ia masuk kerja. Dan aku tahu mas Fadil pasti semakin kesal karena semakin lama ia menunggu. Derrt ... Derrt ... Mas Fadil menelponku. "Asistennya mana? kok nggak sampai-sampai juga? kamu ngerjain aku ya? "'Emang iya, ' batinku.Aku menahan
Sesampainya aku di rumah (kontrakan) ku rebahkan badanku diatas kasur, mengambil istirahat sejenak setelah hampir setengah hari aku 'bermain'. Rencana hari ini berhasil semuanya. Lega hatiku. Dan dengan uang ini aku bisa mengganti kerugian atas pesanan mas Fadil di cafe tadi. Hanya berpura-pura mengganti, karena pada dasarnya ini bukan uangku. [M-Bangkingku sedang error, tadi aku nggak sempet juga ke atm, bisa kita atur lagi pertemuan kita?] - SendKu kirim pesan pada mas Fadil. Hanya sebagai alasan m-banking error, karena pada nyatanya aku tak mungkin mentransfer uang lewat rekeningku, selain tak cukup uang juga karena rekeningku atas namaku. Kebayang kan kalau aku sampai transfernya pakai rekeningku?[Baik, tapi aku yang akan tentukan waktu dan juga tempatnya] Balas mas Fadil. [Baik] Ku turuti kemauannya untuk menentukan waktu dan tempat pertemuan kita selanjutnya, dengan harapan semoga saja di warung tempatku bekerja. Jadi aku tak perlu repot-repot meminta izin libur. [Kantor
Pov Fadil Karangan BungaTok! Tok! Tok! "Permisi Pak. " Terdengar dari balik pintu ruang kerjaku. Meskipun baru beberapa hari pindah kerja di sini, aku cukup mengenal suara bawahanku, termasuk dia, Damar. "Masuk! "Pintu di buka, Damar berjalan dan berhenti tepat di depan meja kerjaku. Damar meletakkan sebuah amplop berwarna coklat di atas mejaku. "Pagi Pak Fadil, maaf ini ada titipan dari bu Sinta. ""Sinta? Kamu kenal? ""Cukup kenal Pak, dulu saya pernah bekerjasama dengan beliau. ""Oh, begitu, terimakasih. ""Sama-sama Pak, saya permisi. "Damar meninggalkan ruanganku. Ya, dulu sebelum aku menjabat sebagai kepala cabang, aku dan Damar sama-sama hanya karyawan biasa. Namun di tempatkan di kantor yang berbeda. Damar di sini, dan aku di tempatku sebelumnya. Setelah pensiunnya kepala cabang di kantor ini, aku dan Damar menjadi kandidat calonnya.Ku akui, Damar memiliki potensi lebih dari aku, selain itu attitudenya juga lebih baik dari aku. Tapi karena aku lebih lama menjadi kary
#HDMSPart 14 Pemuda itu ... [Maksud kamu apa ngirim karangan bunga seperti itu, heh!]Aku terkenjut membaca pesan dari mas Fadil. Karena aku merasa tak mengirimkan karangan bunga. Jangankan mengirim, beli saja aku tidak ada uangnya. Kalaupun ada lebih baik buat bayar kontrakan. "Da, lihat ini," ku berikan ponselku ke Ida.Ida membaca pesan dari mas Fadil. "Oh, ini pasti kelakuan Damar deh, balas aja salah cetak.""Damar siapa?""Sepupuku. Dia satu kantor dengan mantan suamimu itu."Aku mengerti. Ini adalah bagian dari rencana yang dibuat Ida. Ida mengembalikan ponselku, dan aku segera mengirim balasan pesannya mas Fadil.[Kenapa? Ada yang salah?] send.Aku berpura-pura tak tahu dengan pesan mas Fadil yang sepertinya penuh emosi.Derrt ...Mas Fadil membalas pesanku. Mengirimkan sebuah gambar karangan bunga dengan tulisan turut berduka cita disertai nama lengkapnya.Seketika aku melongo melihat gambar tersebut. Pantas saja mas Fadil marah. Orang mana yang nggak marah kalau dapat kir
#HDMSPart 15 Mengikuti Kemauannya Fadil (Menyusun Rencana)Sesampainya kami di cafe, pemuda tersebut pun ikut membersamai kami. Rasanya dugaanku semakin kuat, bisa saja ia adalah kekasih Ida. Ida memesankan kami makanan. Sembari menunggu pesanan datang kami mengobrol ringan sekaligus Ida memperkenalkan pemuda yang duduk di sebelahku ini. Bikin deg-degan rasanya."Dia ini Damar, sepupu aku," ujar Ida memperkenalkannya pada kami. Ternyata aku salah menduga, itu berarti kemungkinan masih ada kesempatan buat aku. Hihihi.Damar ternyata bekerja di kantor yang sama dengan mas Fadil. Ia adalah kompetitor mas Fadil, saat menjadi kandidat kepala cabang.Namun, di hari dimana pengumunan siapa yang akan menjadi kepala cabang, ia tak terpilih. Sehari sebelumnya, mas Fadil mendatangi rumahnya, memintanya untuk mundur sebagai kandidat, namun Damar menolaknya. Karena itulah, mas Fadil menyogok dan mengimingi-imingi beberapa karyawan di kantornya sekarang untuk membantunya. Memberi keterangan yan