Diikuti semua anak didiknya, dr. Han masuk ke kamar pasien pertama nya.
"Selamat pagi, Nona Anie..." sapa dr. Han.
Wanita berumur 40 an itu tersenyum manis.
"Apa itu?" IIe berbisik pada Gina
"Tumor," jawab Gina pelan.
Alex muncul dengan sangat percaya diri ke kamar itu. Memang dia yang bertugas untuk merawat Anie selama di RS. "Selamat pagi, Annie. Bagaimana kabarmu? Ini Dr. Bailey, dan ini semua teman-teman magangku."
dr. Han melotot pada Alex, Alex dianggap tidak sopan karena telah memanggil pasien langsung dengan nama. Diluar dugaan. Annie ternyata baik-baik saja saat dipanggil hanya namanya saja.
"Aku yang suruh dia panggil aku "Annie." Nona Annie membuatku merasa tua dan gendut, memang aku gendut sih, tapi kenapa harus merasa gendut?" Annie bergumam sendiri
Dr Bram masuk untuk visite dokter rutin.
"Annie, ini Dr. Burke.
Gina yang ditugaskan menangani Tn. Edward tampak sangat disukai oleh pasien, pasien terlihat sangat menurut dengan apapun yang dikatakan Gina. "Oke Tuan..Kami akan membuatmu lebih nyaman, ya? aku akan kebawah dulu, dan segera kembali kesini." "Oke." Tn Edward menjawab sambil menahan sakitnya. Gina bergegas keluar karena ada panggilan dari pasien lainnya, Tami, anak Tn. Edward memanggil Gina untuk berbicara mengenai rencana operasi yang akan dijalankan oleh ayahnya. "Permisi. Maaf, dokter..." "Gina." "Ayahku sepertinya menyukaimu. Dia selalu suka pada wanita kurus berambut lurus." Tami terdiam merasa kalau ucapannya sangatlah keterlaluan. "Apa itu tidak sopan? Maaf. Aku sangat lelah." "Apa ada sesuatu...?" Gina mencari tahu apa penyebab kegundahan yang diperlihatkan oleh Tami. "Aku ingin tahu apakah kau bisa bicara dengan ayahku." "Tentang?" "Operasi otak. Dokter t
Waktu makan siang tiba, Gina mengajak Cristina makan bersamanya di cafetaria luar yang langsung bersebelahan dengan taman. Sambil berjalan mencari spot terbaik. Gina mulai bercerita pada Cristina. "Dia secara terang-terangan membantuku di depan Hitler dan lalu secara terang-terangan menolakku," keluh Gina bicara tentang perlakuan dr. Daniel dan Nazi padanya hari ini. "Bagaimana kau tahu dia membantumu?" tanya Cristina sambil menarik kursi makan di sudut yang pas. "Lihat, kau punya otak pintar. Kau masuk ke program magang ini. Daniel mengunyah kuemu bukan berarti kau tidak berhak atas apa yang kau kerjakan," sahut Cristina yang diam-diam merasa diuntungkan karena tidur dengan Bram. "Tapi dia membuatku terlihat jelek," ungkap Gina. "Aku harus mengakhirinya." Alex dan Izie muncul dan bergabung dengan mereka berdua. "Apa benar kau ikut operasi tumor itu?" tanya Izie pada Cristina. "Kau ikut operasi? Bagaimana perasaanmu?" tanya Alex meskipun dia s
Operasi otak Tn. Edward akan segera dilaksanakan, operasi dilakukan dengan keadaan otak yang sedang sadar. Pada kondisi-kondisi tertentu memang diperlukan operasi otak sadar karena dokter bedah saraf membutuhkan pasien dapat merespon selama operasi berlangsung yang menentukan penanganan selama operasi … operasi dimaksudkan agar ketika operasi berlangsung dokter tidak merusak area otak yang mempengaruhi fungsi berbicara dan pergerakan.“Neuro sponge. Bagaimana keadaanmu, Tn. Edward?” tanya dr. Daniel.“Baik,” jawab Edward sedikit tegang.“Bor diisi daya,” ucap perawat pada Daniel.“Mana si kurus cantik?” Tn. Edward mencari-cari Gina.“Aku disini. Bisa melihatku?” Gina bergeser dan berdiri tepat disamping kasur Tn Edward.“Aku
Alarm darurat Izzie terus berbunyi tak henti-hentinya. Dia berlari ke kamar Tn Hari karena panggilannya memang dari sana. Izzie masih belum faham keadaan gawat apa yang dialami pasiennya. Karena dari pagi dia tampak stabil dan baik-baik saja. “Tidak, tidak, tidak, Hari! Tidak, tidak, tidak!” tiba di kamar Tn. Hari, Izzie disambut oleh Ami, istrinya Tn. Hari yang sedang histeris. “Ada apa?” tanya Izie pada perawat. “Tekanan darah jatuh ke 64 per 22, dan V-tach* berdetak sangat kencang yang tidak menyembur. Tekanan vena sentral melambung tinggi.” Izie langsung memerintahkan pada perawat pembantunya “Beri dia dopamine* 10 ml.” “Dia sudah kelebihan dosis,” tolak perawat. “Dokter residen sudah kesini sejam yang lalu. Sekarang aku tidak bisa mengubunginya.” “Lakukan sesuatu! Ada apa?!” Ami marah d
Jam 6 pagi, alarm Gina berbunyi nyaring. Tangan Gina meraba-raba kesana kesini hendak mematikan alarm.{Diary Gina/ Baiklah, siapapun yang bilang kau bisa mati saat tertidur. Beritahu mereka untuk datang berbicara dengankusetelah beberapa bulan mencoba sebagai Dokter magang. Tentu saja, Itu bukan hanya pekerjaan yang membuat kami terjaga sepanjang malam.}"Kamu harus bangun sekarang," Gina mencium Daniel yang terlihat masih sangat mengantuk."Apa? Ya Tuhan, jam berapa sekarang? Ini jam 06:00, dan aku ada jadwal pre-round," bisik Gina di telinga Daniel. Daniel mendesah malas-malasan. Dan kau juga harus pergi sebelummereka melihatmu." lanjut Gina."Oh, ayolah, sekarang. Kenapa kau tidak membiarkan mereka melihat saja?"Gina tertawa, "Tidak boleh!"~~~~Di dapur Izzie masih tampak lelah dengan tugasnya yang kemarin. Ditambah, ranjang Gina sangat berisik semalaman. Membuat Izzie makin kurang tidur. Alhasil, pagi ini mood dia b
Seorang pria bertampang preman, bertubuh kekar dan memakai jaket hitam berdiri di depan meja pendaftaran. "Boby, Boby Owen," si pria menyebutkan namanya. "Aku punya janji temu."Kebetulan saja Alex melintas disana, dia melihat gerak-gerik yang aneh pada diri Boby. Genangan yang cukup banyak berwarna merah mengelilingi pijakan kakinya. Ternyata tetesan darah yang keluar dari tubuh Boby,"Permisi, pak, eh, kau berdarah, apa kau tidak keberatan jika aku ..." Alex berusaha mencari sumber luka."Tentu tentu," pria bertampang preman berhati pramuka ini masih cengengesan meski tubuhnya terluka. Dia lantas membuka jaket nya."Lihatlah, Ini sebuah tembakan," Sekonyong-konyong mata Alek terbelalak melihat lubang peluru di lengan kiri atas Boby.""Yeah," jawab Boby santai."Kita mendapat luka tembak. Kita harus membawanya ke IGD. Duduk, Tuan ..." Alex berteriak panik minta bantuan."Uh ... Aku Boby. Baiklah, tapi ini bukan keadaan
Izzie masih memberikan arahan mengenai tindakan yang akan dia lakukan pada Mario. Hanya saja dia merasa, terlalu banyak drama yang harus dia tonton dari pasangan Mario dan Maya."Akan lebih aman untuk menunggu sampai makan siangmu dicerna sebelum kita melakukan prosedurnya.""Sempurna," cetus Maya. "ini seharusnya sempurna, aku berharap bisa berada di Bali sekarang juga."Izzie tidak memberi kesempatan pada Maya untuk bicara. "Kamu akan berada di bawah sedasi* yang berarti kau akan terjaga, tapi tak akan merasakan apapun."Tunggu tunggu. Apakah ini akan menyakitkan?" tanya Mario pada Izie."Kami akan memberimu sesuatu untuk rasa sakit.Ternyata Maya belum puas memarahi Mario. "Kamu tahu bagaimana kau membuatku terlihat bodoh?""Kupikir kau akan menganggap ini lucu." Meskipun dengan susah payah, tetap saja Mario berusaha menjawabnya. Posisi Izzie yang dipaksa ada di tengah-tengah mereka
Sementara perhatian Izzie terfokus dengan tindakan yang dilaksanakan pada Mario. Ocehan Maya yang tak ada letihnya membuat Izzie sedikit kesal."Aku tidak akan berada di sini jika tidak..." [Monitor bip] Apa kamu benar ingin tahu.mengapa saya pergi?!" Maya berteriak di telinga Mario. "Bagaimana bila alasanya karena kau mulai bersikeras bahwa aku harus keluar dari pekerjaanku, ketika aku menghasilkan lebih banyak uang daripada kamu?"Mario tidak menjawab karena sedang ditindak. Sedangkan kesabaran Izzie sendiri sudah mencapai ubun-ubun. "Itu seharusnya menjadi sedotan terakhir." Maya masih belum juga mau berhenti. "Sedotan terakhir seharusnya terjadi ketika aku mengetahui telepon tersebut yang terus Kamu tolak dari wanita lain benar-benar berasal dari ibumu!""Ini tidak sehat. Diamlah!" Akhirnya Izzie membentaknya. "Bisakah kalian berdua berhenti?!"Maya tetep saja nyerocos. "Kau tidak mencintai aku, Rio. Ka