Beranda / Romansa / His Dangerous Secret / 2. Zura Taniskha Wijaya.

Share

2. Zura Taniskha Wijaya.

Penulis: Oot
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-10 18:49:57

Selang dua bulan kemudian, gadis itu malah muncul di Inti Global dengan sebuah map cokelat dalam genggamannya. Edric yang masih sangat mengingat wajah itu tidak bisa berbohong bahwa dia terkejut. Gadis itu duduk di salah satu kursi calon karyawan magang yang akan ditempatkan di berbagai divisi.

“Kau mengenalnya?” Edric sengaja keluar dari ruangan dan bebicara dengan Hendry yang selalu stand by di luar. Menunjuk ke dalam ruangan lewat celah transparan berbentuk kotak yang ada di daun pintu.

“Iya, Pak. Dia gadis yang waktu itu.”

“Bagaimana dia bisa ada di sini?” tanya Edric penasaran. Gadis itu tidak membuntuti mereka ‘kan? Dia tidak berencana ingin balas dendam ‘kan?

“Sepertinya dia mengajukan lamaran untuk magang di perusahaan kita dan kebetulan lolos sampai ke tahap ini. Apakah anda ingin saya mengurusnya?” tanya Hendry antusias, seperti mengerti kekhawatiran Edric.

Namun Edric masih memperhatikan ke dalam ruangan. Mengamati gadis yang menurutnya sangat jauh berbeda dengan gadis polos yang dia lihat dua bulan yang lalu. Hari ini dia begitu cantik dan bersinar. Setelan blouse berbahan sifon yang dipadukan dengan celana bahan model pensil, membungkus tubuh mungilnya dengan begitu sempurna.

“Kenapa dia sekarang terlihat sangat cantik?” Edric tanpa sadar bergumam. Alhasil Hendry langsung menoleh dan mengerutkan dahinya. Tunggu-tunggu-tunggu. Apakah bosnya baru saja memuji fisik wanita itu? Jangan bilang dia akan menjadi target Edric yang selanjutnya? Hendry langsung bisa menebak dengan cepat.

“Maaf, Pak?” Hendry ingin berpura-pura bodoh.

“Tidak tidak tidak. Hm. Kau tidak perlu melakukan apa pun selain memastikan kalian tidak akan pernah bertemu. Jangan sampai dia melihatmu.” Edric berucap dengan jelas dan tegas.

Benar ‘kan?! Hendry langsung menepuk jidat. Edric sudah pasti menargetkan gadis itu sebagai mangsa barunya. Ya sudah kalau bos maunya seperti itu. Hendry hanya mengangguk dan perlahan mundur dari posisinya semula. Dia memilih untuk menunggu di ruangannya sendiri. Pria yang lebih tua tujuh tahun dari Edric itu hanya bisa geleng-geleng kepala. Tabiat bosnya sama sekali belum berubah.

Sementara itu, Ed kembali ke kursinya dan mengawasi proses berjalannya interview. Dia tidak berhenti menatap gadis cantik yang duduk sekitar tiga meter di hadapannya. Pria itu masih belum percaya bahwa gadis itu adalah orang yang sama dengan gadis yang mereka tabrak dua bulan yang lalu.

Ah … Edric tiba-tiba teringat akan info yang pernah diceritakan Hendry. Apakah benar waktu itu ibunya sedang sakit keras sehingga dia meninggalkan rumah sakit dengan terburu-buru? Rasa penasaran Edric membuat jari-jarinya menyentuh map putih yang sudah ia sesuaikan dengan nomor urut gadis itu. Di atasnya terdapat tulisan ‘Zura Taniskha Wijaya’. Hm … nama yang unik.

Dalam diam, Edric membaca CV yang berisikan biodata singkat gadis itu. Zura Taniskha Wijaya. Kelahiran Bandung, usia 20 tahun. Pendidikan terakhir, SMA. Berhenti kuliah di semester empat karena suatu hal. Anak tunggal dan … yatim piatu??

What?? Kepala Edric otomatis terangkat melihat lurus ke depan. Yatim piatu?? Apakah waktu itu … ibunya … benar-benar tidak sempat tertolong?? Shit!

Edric menjadi tidak tenang. Pikirannya mulai terbagi antara percaya dan tidak percaya. Matanya menatap Zura dengan intens. Saat gadis itu bergerak karena sudah mendapat giliran untuk diwawancara, barulah Edric memutuskan kontak. Memilih untuk melihat titik lain di tubuh gadis itu yang tidak kalah menarik, yaitu flat shoes yang berwarna senada dengan blouse-nya. Penampilannya begitu simpel, namun begitu menarik perhatian seorang Edric Goldwin Louis.

Saat wawancara dimulai, Edric tenggelam dalam kemerduan suara Zura sewaktu menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan kepadanya. Ciri khas anak muda, Zura terlihat begitu bersemangat dan enerjik setiap berbicara. Keceriannya sampai membuat seluruh tim penguji sangat betah berlama-lama dengan dirinya.

“Baiklah, pertanyaan selanjutnya. Mengapa kamu memilih untuk bekerja dan menangguhkan perkuliahan kamu?” tanya salah seorang pewawancara dengan antusias. Membuat Zura seketika terdiam. Sepertinya pertanyaan tersebut langsung merubah suasana hatinya yang sudah enjoy sejak tadi.

“Kebutuhan financial, Pak.”

“Kamu hidup sendiri di Jakarta? Atau ....?”

Zura tanpa sadar menggaruk lehernya. Pertanyaan ini terlalu personal untuk ditanyakan di depan umum seperti ini. Dia khawatir para peserta lainnya mengira dia dispesialkan. Waktu interview untuknya saja sudah hampir dua kali lipat dari peserta yang sebelum-sebelumnya.

“M ... harus dijawab ya, Pak?” Zura menyeletuk begitu saja. Tidak ada pilihan lain. Dia tidak ingin mengumbar kehidupan pribadinya tanpa alasan yang jelas. Memangnya kenapa kalau dia putus kuliah dan melamar kerja? Memangnya kenapa kalau dia hidup sendirian? Aneh.

“Kalau ditanya, kamu harusnya menjawab. Itu termasuk ke dalam penilaian interview.”

Kepala Zura refleks menoleh ke arah sumber suara yang barusan dia dengar. Mendapati seorang pria tampan, tipe wajah indo, berkulit putih dan bertubuh tinggi sedang menatapnya dengan intens. Ya, dia lah yang barusan menegur Zura. Pria yang sudah menarik perhatian sebagian besar peserta interview sejak tadi. Termasuk Zura sendiri.

Siapa dia? Batin Zura yang sama sekali tidak mengenal Edric.

“Kamu dengar tidak? Kenapa malah bengong?”

Zura terhenyak. Berkedip sekali untuk memutus lamunan singkat yang sempat tercipta di dalam pikirannya.

“E ... iya.” Zura langsung menjawab pertanyaan yang tadi. “Saya hidup sendiri setelah kepergian ibu saya,” lanjutnya tegas.

“Tidak ada saudara lain?” Another question, of course. Zura sampai tidak tau kapan ini akan berakhir. Apalagi yang bertanya sudah bukan pihak yang berwenang lagi. Sudah si pria tampan itu. Apa sih jabatannya di perusahaan ini?

“Tidak ada, Pak.”

“Kenapa baru terpikir untuk mencari pekerjaan sekarang? Kenapa tidak dari dulu? Atau kenapa tidak nanti setelah lulus kuliah?” Edric sangat haus akan informasi tentang gadis ini. Dia tidak ingin terbeban dengan prasangkanya sendiri.

“Maaf, Pak. Ini sudah menyangkut ranah pribadi saya.” Namun Zura malah terlihat keberatan menjawab pertanyaan yang memang terlalu menjurus. Perasaan itu tidak ada kaitannya dengan job desc-nya.

“Inti Global cukup ketat dalam penerimaan calon karyawan. Sekalipun itu karyawan magang. Sebenarnya pertanyaan seperti ini cukup lumrah dan tidak ada yang terlalu pribadi, karena itu hanya menyangkut motif kamu dalam melamar sebuah pekerjaan. Pasalnya hanya kamu peserta yang tidak menyertakan surat pengantar dari kampus. Hal ini tentu membuat kami harus mengetahui, apakah kamu punya masalah yang cukup serius di kampus sehingga harus out? Atau kamu punya utang yang harus segera dilunasi, sehingga harus memiliki pemasukan yang tetap sekarang? Setidaknya jawaban kamu bisa membantu kami untuk memutuskan, apakah kami harus menerima kamu atau tidak.” Edric semakin mendramatisir.

Raut wajah Zura langsung berubah setelah dibombardir dengan teori yang menurutnya memang cukup masuk akal. Tapi ….

“Saya tidak punya masalah dengan kampus, saya berhenti sesuai dengan prosedur yang ada. Saya ingin bekerja karena saya punya rencana akan melanjutkan kuliah suatu hari nanti, jika tabungan saya sudah cukup. Itu saja, Pak.” Tapi gadis keras kepala itu sepertinya tetap tau batasan untuk tidak membeberkan persoalan pribadinya di depan orang-orang. Jika jawabannya barusan membuat peluangnya untuk diterima menjadi melayang, Zura sudah pasrah. Sampai kapan pun dia tidak akan pernah mengizinkan orang lain tau jika ibunya meninggal karena kebodohanya.

Edric mengusap dagu perlahan. Dia tidak menemukan jawaban yang dia inginkan. Satu-satunya cara adalah meloloskan wanita itu supaya dia mempunyai kesempatan lain untuk melakukan interogasi lebih lanjut.

*****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
siti yulianti
penasaran yah sama gadis kota kembang yang nnti membuat hati s boss berbunga-bunga layaknya anak ABG tp ABG tua .........
goodnovel comment avatar
Power Ranger
okee okeeeeeee
goodnovel comment avatar
Sofi adi
oke wkwkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • His Dangerous Secret   102. Happy ending (Tamat)

    Pernikahan Edric dan Zura adalah salah satu perhelatan akbar di kalangan para pebisnis di tahun ini. Resepsi mereka sampai diliput oleh banyak awak media baik dari tv swasta maupun tv milik pemerintah. Kisruh yang terjadi antara keluarga Edric dan Zura, yang sempat mencuat di hadapan publik membuat hadirin bertanya-tanya bagaimana semuanya bisa berakhir di pelaminan seperti ini. Dan tentu saja tidak ada yang perlu dijelaskan karena tidak semua orang perlu mengetahui apa yang terjadi di antara Edric dan juga Zura.Acara resepsi berlangsung cukup lama. Semua orang berbahagia, terutama keluarga Louis dan juga Ellordi. Acara ini juga bagaikan sebuah reuni untuk semua rekan-rekan bisnis Chris, Dominic dan juga Brandon. Chalondra dan juga Janice tak kalah heboh dengan istri-istri pejabat yang mereka kenal. Embun tak kalah menjadi sorotan. Sejak acara pemberkatan hingga resepsi, dia selalu berada di antara kedua orang tuanya. Bahkan Edric ikut memasangkan cicin kecil di jari manis Embun set

  • His Dangerous Secret   101. Menjelang pernikahan.

    Satu bulan berlalu dengan begitu cepat. Heidy sibuk bukan main. Tiada hari tanpa pergi ke sana-sini. Bukan hanya Heidy, keluarga calon pengantin juga tidak kalah sibuk. Sibuk jahit baju untuk seragam di hari H nanti. Satu minggu terakhir, undangan sudah ready dan siap untuk dibagikan. Semua orang berpencar untuk mengantar semampunya. Entah kenapa, semakin tinggi status sosial kalian, semakin kurang pantas jika mengundang hanya lewat panggilan telepon. Dominic dan Chalondra berkeliling ke rumah-rumah maupun ke kantor-kantor rekan bisnis Inti Global. Berbagi dengan Zac dan Zoey. Sedangkan Edric dan Zura, menyebarkan undangan ke teman-teman sejawat yang masih stay di Jakarta.“Oh My God. Ternyata ngurus nikahan akan sampai secapek ini.” Zac bergumam setelah mereka masuk ke dalam mobil lagi. Keduanya baru saja mengantar undangan untuk salah seorang investor. “Padahal bukan nikahan sendiri. Gimana kalau nikahan sendiri?” timpal Zoey.“Hm-m. Udah siap belum?”“Udah.” Zoey menjawab dengan

  • His Dangerous Secret   100. Bertemu Wedding Organizer.

    Dominic dan Chalondra menyambut rencana baik Edric untuk segera menikah dengan Zura. Memang itulah yang harus mereka lakukan sekarang. Apalagi sudah tidak ada alasan untuk menunda. “Kalau bisa secepatnya aja, Ed. Setelah itu kalian tinggal di sini.” Chalondra memberi saran. Mereka sedang sarapan pagi seperti biasa.“Kenapa harus tinggal di sini?” Edric langsung fokus pada ucapan Cha yang terakhir.“Memangnya kamu mau ninggalin mama, Ed?”Edric langsung tidak bisa berkata-kata. Diliriknya Zura yang menikmati sup ikannya dalam diam.“Percaya deh, mama bukan ibu-ibu resek yang bakal ngatur ini itu. Cukup mama atur papa kalian aja. Nggak usah takut kalau kalian tinggal di sini, kalian akan kehilangan privasi. Rumah ini terlalu besar untuk kita-kita saja. Lagian, mama sudah nyaman ada Embun di rumah. Kalau kalian pindah, rumah bakal balik sepi lagi.” Selera makan Cha sepertinya langsung hilang hanya membayangkan Embun akan meninggalkan rumah.“Udah, jangan bikin anak-anak mikir dulu, Cha.

  • His Dangerous Secret   99. Hon-Babe.

    Zura kembali ke kamar dan mendapati kedua belahan jiwanya sedang bermain di dalam kamar. Dominic dan Chalondra sudah menyerah untuk memisahkan mereka bertiga, karena pada akhirnya Edric akan selalu berakhir di kamar tamu, dimana Zoey dan Embun berada. Pagi harinya mereka tetap bergelung di dalam selimut layakya pasangan suami istri. “Sayang? Kamu dari mana?” Edric langsung menyadari kedatangannya.“Dari kamar kak Zoey.” Zura ikut naik ke atas kasur. Embun langsung melompat ingin memeluknya.“Anak mama belum tidur? Tadi katanya mau tidur sama papa?” tanya Zura dengan nada penuh kelembutan. Oh iya, sejak peristiwa itu, mereka melatih Embun untuk memanggil Edric dengan sebutan papa. Bukan om lagi. Dan sepertinya Embun sudah terbiasa sekarang. Bagaimana tidak? Edric memberinya pengertian dengan cara yang aneh bin ajaib.‘Pokoknya papa itu adalah laki-laki yang tidur dengan mama’. Simple dan Embun langsung mengerti, karena memang yang dia perhatikan setiap malam adalah mamanya tidur denga

  • His Dangerous Secret   98. Rencana surprise.

    Malam berlalu, Edric sama sekali tidak bisa tidur. Dia menjaga Embun yang sedang terlelap dan juga menunggu Zura terjaga. Yang lain jadinya memilih tidur di kamar ini juga. Ada yang tidur di sofa, ada yang menambah bed. Setelah percakapan mendalam tentang status Zoey, semuanya merasa lega karena ‘kembaran’ Zac itu sama sekali tidak berniat untuk meninggalkan rumah. Juga banyak air mata yang berjatuhan karena rasa haru setelah semuanya terungkap. Kini semua orang tidur dengan pulas. Kini masalah yang tersisa adalah Morgan dan Radesh. Mereka akan memikirkannya setelah kembali ke kota besok.Zura Taniskha Wijaya … wanita yang selalu ada dalam hati Edric. Dulu, sekarang dan sampai mereka menua nanti. Tak sekalipun Edric merasa cintanya luntur. Bahkan saat mereka terpisah selama empat tahun lamanya, atau saat Edric tau Zura akan mengkhianatinya, dia tetap mencintai wanita ini. Edric tau Zura adalah wanita sederhana dengan hati yang lembut, yang tidak mungkin bisa membencinya. Kini mereka

  • His Dangerous Secret   97. Tangis rindu Embun.

    Ruang operasi terbuka dan sejumlah perawat mendorong hospital bad keluar. Edric, Zac dan Zoey langsung menghampiri dengan setengah berlari. Terutama Edric, langsung mengambil posisi di sisi kasur Zura karena ingin melihat wajah sang wanita itu. Pucat, jelas. Dan Zura masih dalam pengaruh obat bius. Dia masih belum siuman. Edric sangat tau itu karena dia pun mengalaminya kemarin lusa.“Gimana hasilnya, Dok?” Dia bertanya kepada Dokter sambil berjalan.“Operasi berjalan dengan baik, Pak. Mari ikut saya ke ruangan sebentar.”Edric mengangguk. Kemudian memberi kode kepada Zac dan Zoey agar mengikuti perawat sampai ke kemar Zura. Edric sudah memesan kamar persis di sebelah ruangan Embun. Hanya untuk malam ini saja, karena besok mereka akan pindah ke Cakrawala.Pembicaraan dengan dokter terbilang sebentar. Dua puluh menit setelahnya, Edric sudah kembali ke ruangan. Over all, operasi Zura berjalan dengan lancar dan tidak ada kendala yang terlalu berarti. Setelah ini Zura akan siuman, setelah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status