Share

3. Poor Zura.

Rencana Edric meloloskan Zura demi mengetahui kabar ibu dari gadis itu akhirnya membuahkan hasil. Zura sengaja ditugaskan menjadi helper sekretaris Edric yang sedang berbadan dua, yang mobilitasnya sudah sangat terbatas. Alhasil intensitas pertemuan mereka cukup tinggi. Ingat ‘kan Edric sudah menyingkirkan Hendry untuk sementara? Sang asisten hanya bisa ke kantor jika Edric yang meminta. Hanya dalam waktu dua minggu, Edric sudah berhasil mengorek informasi tentang ibu Zura dari gadis itu sendiri.

Ketakutan Edric ternyata benar. Hari itu, Zura memang sedang sangat buru-buru karena harus segera membayar deposit rumah sakit. Kalau tidak, ibunya yang sedang mengalami pendarahan di otak, tidak akan ditangani sama sekali. Saat itu Zura baru saja selesai menguras semua uang tabungan miliknya dan uang pensiun sang ibu yang ada di rekening. 

Namun, kecelakaan itu membuat Zura kehilangan banyak waktu. Saat gadis itu masih belum siuman, ibunya sudah terlanjur dipindahkan dari ruang ICU, ke kamar regular yang minim peralatan yang mendukung. Saat Zura sudah sampai ke rumah sakit, sang ibu sudah sekarat dan sudah tidak tertolong. Gadis itu hanya bisa menangis histeris melihat ibunya pergi karena kebodohan yang dia lakukan.

Sampai saat ini, Zura mengaku belum bisa memaafkan dirinya. Ibunya adalah satu-satunya keluarga yang dia punya. Sejak kecil, Zura hanya tinggal berdua dengan sang ibu yang merupakan seorang pegawai negeri sipil biasa. Dia bahkan tidak tau siapa ayahnya. Menyedihkan. Nasib gadis itu begitu menyedihkan. Namun kehidupan harus tetap berjalan. Zura memutuskan berhenti kuliah untuk sementara. Uang di dalam rekeningnya tinggal sedikit. Satu-satunya cara adalah mencari pekerjaan untuk bisa bertahan hidup.

“Kamu bisa mengandalkan saya.” Janji Edric suatu hari. Janji yang ia utarakan dengan tulus di masa-masa pendekatannya terhadap Zura. Edric tidak berbohong, dia menjadi sangat peduli terhadap gadis yang sudah dia renggut keluarganya itu. Katakanlah waktu kecelakaan itu mereka berada di pihak yang benar, karena jelas-jelas lampu sudah berganti menjadi merah. Namun, melihat Zura lah yang banyak dirugikan di sini, Edric menjadi yakin jika memang mereka lah yang salah. Seharusnya Hendry bisa lebih bersabar dan memastikan sudah tidak ada lagi kendaraan yang tertinggal dari jalur yang sebelumnya.

Berawal dari simpati, berujung pada kisah asmara yang sebenarnya sudah sangat bisa ditebak. Zura juga tidak bisa menyangkal jika perasaannya sudah tumbuh terhadap sang bos. Bagaimana tidak? Perhatian dan kasih sayang Edric membuatnya bisa melupakan kesendiriannya di dunia ini. Hanya saja, mereka harus menyembunyikan ini dari siapa pun karena Zura adalah karyawan Inti Global. Selama ini Edric berkencan dengan orang luar, sehingga sah-sah saja jika terekspos oleh media. 

Hubungan backstreet mereka benar-benar bisa tersimpan rapih hingga satu tahun lamanya. Tidak ada satu pun karyawan Inti Global yang menyadarinya selain Hendry. Namun, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Edric tiba-tiba dijodohkan. Ayahnya, Dominic Ethan Louis yang sudah sepuh, merasa harus ikut turun tangan dalam hal memilih jodoh puteranya yang gemar berganti-ganti pasangan. 

“Saya akan menikah dengan perempuan pilihan papa.”

Bagai disambar petir di siang bolong, Zura terkejut mendengar keputusan Edric yang di luar dugaannya. Gadis itu tidak mengira jika Edric akan menerima perjodohan itu. Lalu apa kabar dirinya? Apa Edric berencana meninggalkannya? 

“Apa keputusan bapak sudah final?” tanya Zura sambil sekuat tenaga menahan air mata. Ah, selama ini dia memang memanggil Edric dengan sebutan ‘bapak’. Tidak ada panggilan manis seperti yang pasangan lain lakukan. Tapi Edric sama sekali tidak keberatan, karena menurutnya panggilan itu tidak terlalu penting. Yang penting adalah perasaan Zura. Itu dulu. Entahlah sekarang. Sepertinya Edric sudah tidak memikirkan perasaan gadis itu lagi saat mengutarakan niatnya menerima perjodohan sang ayah. 

“Tapi tenang saja. Sebagai kompensasinya, saya akan menyekolahkan kamu. Kamu bisa memilih di kampus mana kamu akan melanjutkan perkuliahan.”

Demi apa pun, Zura tidak sanggup berkata-kata. Dia sudah memberikan segalanya kepada Edric. Segalanya? Ya. Segalanya. Termasuk kehormatan yang seharusnya dia jaga untuk suaminya kelak. Dia sudah membiarkan Edric menyentuhnya, menikmati tubuhnya. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali.

Kenapa dia terlalu berani melakukan dosa terbesar itu? Karena dulu Edric berjanji akan bertanggung jawab. Edric mengiming-imingi masa depan yang indah bersama Zura. Tidak jarang mereka bermimpi memiliki keluarga kecil dengan dua atau tiga orang anak. Sungguh harmonis. Lalu sekarang pria itu dengan mudahnya mengatakan akan menikah dengan perempuan lain. Apakah selama ini Edric berbohong demi kebutuhan biologisnya? Oh Tuhan! 

Zura kehilangan suara untuk mempertanyakan maksud Edric. Harga dirinya benar-benar terluka. Sebanyak apa pun air mata yang tumpah, kenyataannya tidak akan membuat Edric akan tetap berada di sisinya. Mereka ibarat langit dan bumi. Sama sekali tidak ada jalan untuk bersama. Dari segi usia, Zura terbilang masih muda, masih kekanak-kanakan untuk Edric yang sudah memasuki usia matang. Gadis itu juga bukan siapa-siapa bila ingin bersanding dengan putera mahkota seperti Edric. Zura hanya bisa memukul dadanya kuat-kuat untuk meredakan rasa sakit yang kini mendera hatinya sampai ke bagian yang paling dalam.

Edric benar-benar serius dengan keputusannya. Selang sehari dari obrolan terakhir mereka, pria itu menurunkan surat pemberhentian Zura di kantor dengan alasan sang sekretaris sudah tidak memerlukan helper. Edric juga langsung membawanya ke kampus swasta yang cukup terkenal karena Zura tidak kunjung menjawab dia ingin berkuliah di mana.

Bukankah ini terlalu menyakitkan? Gadis itu merasa dibuang setelah Edric mengambil semua apa yang dia mau. Kalau saja gengsi bisa memberinya uang, maka dia tidak akan menerima tawaran kuliah dari Edric. Namun faktanya dia memang ingin kembali ke bangku pendidikan. Bukankah itu alasan utama sehingga dia ingin bekerja dengan segala keterbatasan yang ia miliki?

Sejak hari itu, Edric dan Zura tidak pernah bertemu lagi. Semuanya benar-benar berubah. Zura kembali merasakan pahitnya hidup sendirian. Apartemen mewah yang diberikan Edric kepadanya sebagai tempat tinggal, seakan tidak berarti karena tidak ada pria itu menemaninya. Hidup Zura yang sekarang malahan lebih menyedihkan dibanding bulan pertama dan kedua setelah kepergian mamanya. Dia sudah tidak memiliki apa pun yang berharga. Semuanya sudah habis seperti sampah yang terbuang.

*****

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Tami Andriani
kok cepet thor alurnya
goodnovel comment avatar
Fiiz Hap
berpisah dan kembali pahit
goodnovel comment avatar
Thofu
Edric kayak Dom waktu muda ya. Suka main cewek.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status