Share

Bab 9

Author: Natalie
Apa maksudmu?

Ekspresi Calvin menjadi muram, matanya yang hitam pekat berkilat karena rasa tidak senang dan jengkel.

Jadi begitu cara Jessica memaksakan diri untuk mendekati pria lain?

Jessica tidak menghindari tatapannya, lalu menyahut, "Penggemar gelap Nona Sindy belum diselidiki, kamu memang seharusnya menemaninya. Masalah dengan siapa aku bertemu, itu nggak ada hubungannya denganmu."

Nada suara Jessica sangat tenang, seolah-olah dia memang sudah berpikir demikian.

Tidak ada sedikit pun tanda-tanda kemarahan.

Hati Calvin justru lebih gelisah.

Sejak kapan Jessica berhenti membuat masalah karena masalah Sindy?

Apakah dia benar-benar tidak peduli ... atau dia sedang berpura-pura berada di depannya?

Namun, siapa lagi yang bisa menjadi penggemar gelap selain Jessica?

Calvin mengerutkan bibirnya erat-erat, menatapnya dan ragu-ragu untuk berbicara.

Sindy yang berdiri di sampingnya, mengerutkan bibirnya. Tiba-tiba dia menyela dengan mata memerah, "Nona Jessica, jangan marah, ini salahku. Calvin suamimu, aku nggak pernah berpikir untuk menghancurkan pernikahan kalian. Jangan khawatir, aku bisa mengatasinya sendiri ...."

"Akting Nona Sindy bagus sekali." Jessica menyela penampilannya yang menyedihkan sambil menyahut dan tersenyum tipis, "Tapi itu semua nggak perlu, aku dan temanku punya rencana lain. Serahkan saja penampilanmu pada mereka yang mau menghargainya."

Jessica mengabaikan Sindy dan Calvin. Dia berbalik dan pergi bersama Rowan dan teman-temannya.

Xavier melirik Sindy sambil tersenyum tipis.

"Nona Sindy seharusnya bukan jadi penari, tapi jadi aktris. Kemampuan aktingnya bisa mengalahkan banyak orang di industri hiburan."

Calvin menatap punggung Jessica dan Xavier saat mereka pergi. Ekspresi wajahnya tampak muram.

Vandy melihat kejadian ini tepat di matanya, lalu melirik Sindy dan tiba-tiba berbicara.

"Kak, nggak masuk akal kalau Kak Jessica marah. Keselamatan Nona Sindy nggak bisa dijamin sampai penggemar gelap yang mengancamnya dengan kematian itu tertangkap. Menurutku, lebih baik menangkap orang itu secepat mungkin."

"Kurirnya sedang diselidiki, hasilnya akan terungkap dalam dua hari ke depan."

Calvin sepertinya telah memikirkan sesuatu. Dia menatap Sindy lagi dan berkata dengan tatapan lembut, "Sindy, berhati-hatilah dua hari ini. Hubungi aku kalau ada masalah."

Sindy merasa semburat rasa manis di hatinya, lalu menjawab dengan penuh perhatian, "Aku tahu, Calvin. Kamu nggak perlu khawatir, tapi Nona Jessica ...."

Dia ragu-ragu untuk berbicara, tetapi suara Calvin merendah, lalu dia menyahut dengan nada dingin, "Jangan pedulikan dia. Kalau bukan karena dia, kamu nggak akan merasa ketakutan."

Vandy mengerutkan kening saat mendengarnya.

Dia selalu merasa bahwa Jessica yang dikenalnya bukanlah orang seperti itu.

Namun, di hadapan Sindy, dia tidak bisa banyak bicara.

Calvin takut Sindy akan mendapat masalah, jadi dia secara khusus menugaskan dua pengawal untuknya.

Jessica mengadakan pesta dengan teman-temannya. Pestanya baru berakhir sekitar pukul sebelas malam.

Sebelum pesta berakhir, Xavier menghentikannya.

Malam itu gelap gulita, Xavier membuka matanya yang seperti bunga persik, menatap Jessica sambil tersenyum.

Dia menjentikkan abu rokoknya seraya berkata, "Kamu kelihatannya sudah banyak berubah lagi."

"Benarkah?" tanya Jessica agak terkejut.

Xavier mengangguk, menjawab sambil terkekeh, "Sedikit ... seperti kembali menjadi Jessica yang dulu."

Tidak terbatas dan di luar nalar.

Jessica tersenyum.

Saat waktu keberangkatannya makin dekat, Jessica merasa lebih lega.

"Sudah malam, waktunya pulang."

Dia tidak banyak menjelaskan, hanya mengucapkan selamat tinggal.

Xavier tiba-tiba berkata, "Jessica, kalau aku bisa bersamamu lebih awal ...."

"Nggak bisa."

Jessica tahu apa yang akan dikatakan pria itu, tetapi dia hanya menundukkan kepalanya sambil berkata, "Saat itu kamu sudah mengenalku. Nggak akan ada yang berubah."

Saat itu, sosok Jessica bersemangat dan berani.

Jadi, meskipun sudah tahu akhirnya, Jessica akan tetap seperti seekor ngengat yang tertarik pada api.

Xavier menyahut sambil tersenyum tak berdaya, "Itu benar-benar gayamu."

Dia tidak mengatakan apa-apa lagi.

Jessica juga segera memanggil taksi untuk pulang.

Ricky dibawa ke rumah kakek-neneknya, sedangkan Calvin masih belum pulang. Malam ini, Jessica sendirian.

Dia mengemasi barang bawaan dan pakaiannya. Dia memilah semua yang akan dibutuhkan saat dia pergi.

Sebelum tertidur, Jessica menerima pesan yang aneh.

[Nona Jessica, kondisi bibimu janggal. Apa kamu bisa meluangkan waktu untuk mengunjunginya dalam dua hari ke depan?]

Jessica mengerutkan kening.

Setelah kecelakaan yang terjadi pada Keluarga Sudarso, bibi Jessica juga mengalami gangguan mental karena kematian ibunya dan dibawa ke Sanatorium.

Jessica pernah mencoba menyembuhkan bibinya untuk membantunya kembali normal.

Namun, saat itu kondisi bibinya sangat buruk. Ditambah dengan kekacauan yang ditinggalkan oleh Keluarga Sudarso, Jessica hanya bisa membawa bibinya ke Sanatorium.

Ada sesuatu yang terjadi pada bibinya?

Jessica mulai agak khawatir. Dia bahkan tidak menyadari bahwa nomor yang mengiriminya pesan itu bukan nomor kepala rumah sakit, Pak Hito.

Calvin pulang larut malam.

Sekretaris mengiriminya informasi yang ditemukannya: [Pak Calvin, insiden Nona Jessica memang murni kecelakaan. Malam itu, Nona Jessica tampaknya sedang mabuk dan masuk ke kamar Pak Calvin. Mengenai orang yang memberi Pak Calvin obat bius, kami masih perlu menyelidikinya.]

Mata Calvin membaca serangkai kalimat itu, suasana hatinya menjadi rumit.

Jika bukan Jessica yang membiusnya ... maka selama ini dia sudah salah paham.

[Selain itu, orang yang mengirim ancaman kematian pada Nona Sindy sudah ditemukan. Dia sepertinya penggemar fanatik Nona Sindy. Dia nggak pernah melewatkan satu pun pertunjukan Nona Sindy, tapi motifnya belum diketahui. Kami sedang menyelidiki keberadaannya. Kami juga belum menemukan bahwa Bu Jessica ada hubungannya dengan masalah ini.]

Jadi ... Calvin sudah salah paham pada Jessica?

Rasa bersalah yang samar melintas di kedalaman mata sipit Calvin. Rasa lega juga muncul di wajahnya yang acuh tak acuh dan tampan.

Kesenjangan dan kesalahpahaman antara dia dan Jessica memang terlalu dalam.

Hatinya melunak ketika Calvin mengingat penampilan Jessica yang tenang malam ini.

Malam ini, Jessica dan Xavier sengaja bertemu untuk membuatnya marah.

Itu bagus.

Tunggu sampai orang itu tertangkap, Calvin akan menceritakan semuanya dengan jelas.

Calvin menatap pintu yang sudah tertutup dengan tatapan lembut.

Keesokan harinya, ketika Jessica bangun, Calvin sudah pergi ke perusahaan.

Jessica naik taksi ke Sanatorium sesuai dengan waktu biasanya saat mengunjungi bibinya.

"Pak, ke Sanatorium Adra."

Jessica memanggil taksi terdekat dan menunjukkan alamatnya.

Dia khawatir dengan bibinya dan tidak menyadari bahwa mobil itu makin menjauh dan hampir menuju ke daerah yang sepi.

Ini bukan jalan menuju Sanatorium Adra!

"Berhenti!"

Detak jantung Jessica makin cepat dan ekspresi wajahnya berubah. Sedetik kemudian, pria itu menghentikan mobil dan mengeluarkan sebuah cairan dan langsung menyemprotkan isinya pada Jessica.

Bau aneh itu segera menghilang. Jessica merasa pusing dan tidak sadarkan diri.

Sepuluh menit kemudian.

Di kantor CEO.

Sekretaris Calvin buru-buru membuka pintu sambil berkata, "Pak Calvin, gawat! Nona Sindy dalam masalah!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 100

    Calvin mengernyit, suaranya dalam dan berat saat berkata, "Tapi, di hatiku cuma ada kamu."Begitu kalimat itu keluar, Jessica tiba-tiba tertawa.Tawa di dalam ruangan makin keras, membuat ekspresi Calvin tampak khawatir. Dia menatap Jessica dengan cemas.Beberapa detik kemudian.Jessica menyeka air mata di sudut matanya, lalu membuka mulut, mengucapkan setiap kata dengan tegas."Di hatimu benaran cuma ada aku atau cuma karena sifat posesifmu?"Selama tujuh tahun menikah, berapa kali Calvin lebih memilih Sindy daripada dirinya?Sekarang, masih bisa-bisanya pura-pura sangat cinta?Jessica menyunggingkan senyum tipis, lalu berbalik pergi tanpa menoleh sedikit pun.Calvin sempat mengulurkan tangan, tetapi matanya penuh penyesalan.Melihat sosok ramping itu benar-benar menghilang dari pandangan, dia berdiri terpaku dan tak bisa bergerak.Sementara itu.Cahaya pagi menembus jendela dan jatuh ke dalam kamar.Setelah Jessica kembali, dia mendapati Ella sudah terbangun.Gadis itu menatap kosong

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 99

    Calvin mendengar pertanyaan Ricky. Gerakannya sempat terhenti sejenak, teringat akan sikap dingin Jessica kemarin.Karena insiden pura-pura sakit waktu itu, dia tahu Jessica sudah kehilangan kepercayaan pada mereka berdua.Namun.Saat menatap mata Ricky yang penuh harap, Calvin membuka mulut, suaranya agak serak."Ricky, Ayah akan cari cara."Ricky menunduk kecewa karena tak mendapat jawaban pasti.Beberapa saat kemudian.Ricky berkata dengan lirih, "Sayangnya, aku nggak ketemu kunang-kunang."Mendengar itu, ekspresi Calvin langsung dingin. Nada suaranya tegas saat dia berujar, "Lain kali kamu nggak boleh pergi sendiri ke tempat berbahaya. Paham?"Ricky memalingkan wajahnya. Dia menggumam."Tapi, aku mau tangkap kunang-kunang buat Ibu. Kalau Ibu senang, dia mau ajak aku ke taman hiburan. Ayah 'kan sibuk terus, makanya aku pergi sendiri."Kelopak mata Calvin sedikit berkedut. Hatinya campur aduk antara lelah dan perih. Dia hendak bicara saat tiba-tiba ….Tok, tok!Terdengar ketukan pint

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 98

    Jessica bisa memahami perasaan Dany saat ini. Dia mengangguk ringan dan berkata dengan suara pengertian."Ya, kalau butuh bantuan, bilang saja."Setelah Dany pergi, suasana di sekitar langsung hening.Kamar rumah sakit ini cukup luas. Selain ranjang tempat Ella berbaring, di sebelahnya juga ada satu ranjang lipat untuk pendamping.Jessica berencana bermalam di sini malam ini. Dia merogoh saku, hendak mengambil ponselnya, tetapi malah menemukan dua ponsel.Ternyata, saat buru-buru keluar tadi, dia tak sengaja membawa ponsel milik Ella.Tring!Suara notifikasi pesan tiba-tiba terdengar.Jessica melirik ke arah Ella yang tertidur pulas, lalu tanpa sadar matanya menatap ke layar ponsel yang menyala."Kematian Soni itu salah kamu!""Kalau saja kamu nggak minta putus, dia nggak akan nekat bunuh diri.""Kamu masih bisa hidup setelah semua itu?"…Mata Jessica membelalak, pupil matanya menyempit. Melihat pesan-pesan jahat itu, rasa penasaran yang selama ini dia simpan akhirnya terjawab.Pantas

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 97

    Jessica mengernyitkan dahi. Begitu melihat Calvin, reaksi pertamanya adalah menghindar. Dia tak ingin terlibat urusan apa pun lagi dengan mereka.Namun.Tepat saat itu, Calvin seperti menyadari keberadaannya, lalu menoleh dan melihat ke arahnya.Pandangan mereka bertemu. Tatapan mereka saling mengunci.Sorot mata Calvin agak cerah. Dia melangkah cepat mendekat, suaranya terdengar agak terkejut."Jessica, kamu juga di sini?"Lalu, ekspresinya berubah jadi cemas dan perhatian."Ada apa? Kamu sakit?"Jessica menatapnya dingin, menggeleng pelan. Dia menjawab, "Terima kasih atas perhatian Pak Calvin. Aku baik-baik saja."Calvin menghela napas lega, tetapi melihat sikap dinginnya, hatinya terasa sesak.Suasana mendadak jadi canggung.Jessica menatap mereka berdua dengan sorot dingin, lalu berbalik hendak pergi. Namun, Calvin tiba-tiba menarik pergelangan tangannya."Jessica, dengar dulu penjelasanku."Ekspresinya penuh keteguhan. Dia langsung menumpahkan semua yang belum sempat dikatakan di

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 96

    Wajah Ella pucat seperti kertas, tubuhnya sedingin es, dan dia sudah pingsan karena kehilangan terlalu banyak darah.Dany langsung menggendongnya dan melangkah cepat menuruni tangga, sementara Jessica memungut ponselnya dan segera menyusul.Tak lama, mereka tiba di rumah sakit. Ella langsung dibawa ke ruang gawat darurat.Di lorong rumah sakit.Jessica menunduk. Ekspresinya penuh penyesalan dan rasa bersalah. Nada suaranya terdengar berat."Ini semua salahku. Kalau saja aku lebih cepat menyadari perubahan suasana hati Ella, semua ini pasti nggak akan terjadi."Beberapa hari ini, dia terlalu sibuk menyelidiki masalah Keluarga Sudarso, ditambah Ella memang sudah lama tidak kambuh, makanya Jessica menjadi lengah.Namun, Dany sama sekali tidak menyalahkannya. Dia mengepalkan tangan dan memukulkannya ke dinding dengan keras, seolah tak merasakan sakit sedikit pun."Ini bukan salahmu. Aku juga gagal jadi seorang kakak."Suaranya serak, penyesalannya sama dalamnya dengan Jessica.Namun.Karen

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 95

    Ricky terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Wajahnya pucat dan mulutnya terus bergumam."Ibu."Calvin mengernyit. Hatinya ikut teriris. Dia mencoba menenangkannya."Ricky, kalau kamu sembuh, Ayah akan ajak kamu ketemu Ibu, oke?"Mendengar itu, Ricky pun berhenti rewel. Dia memejamkan mata dan tertidur lelap.Sindy menggigit bibir bawahnya.Anak tak tahu terima kasih ini … Dia sampai rela mempertaruhkan nyawa demi menemani anak itu cari kunang-kunang ke luar kota, tetapi yang ada di kepala anak itu tetap saja Jessica.Dia berpikir sejenak, merasa tak terima begitu saja, lalu mulai menjelekkan Jessica di depan Calvin."Calvin, Nona Jessica benar-benar kejam. Dia memanfaatkan kerinduan Ricky padanya buat mendorong Ricky melakukan hal berbahaya begitu."Begitu kata-kata itu meluncur, suasana di dalam kamar seketika membeku.Calvin mengerutkan kening lebih dalam. Dia berkata dengan nada tak senang, "Jessica bukan orang seperti itu. Ini pasti ada kesalahpahaman. Aku nggak mau dengar ucapan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status