Sev membuka matanya dengan raut wajah marah ketika mendengar suara bising dari luar kamar yang mengganggu tidurnya. Dia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul enam pagi, masih ada waktu satu jam untuk tidur sebelum ke perusahaan. Lelaki itu menarik napas dalam dan mengembuskan perlahan, mencoba untuk kembali tidur.
Namun, suara panci dan teriakan wanita yang nyaring itu membuatnya kembali memejamkan mata dengan mengusap wajahnya kasar. Ia pun memutuskan untuk beranjak dari kasur untuk melihat apa yang terjadi di luar.
“Lo bisa nggak, sih, jangan membuat keributan!” tanya Sev dengan nada marah dan tatapan mata tajam.
Trisha yang terkejut mendengar bentakan Sev pun bersusah payah menelan salivanya dengan menundukkan kepalanya. Dia menyembunyikan tangannya yang terluka akibat air panas. “Maaf ganggu.”
Sev menghela napas panjang dengan mengangguk dan tersenyum paksa. “Oke, gue maafkan. Awas aja kalau lo berisik!” ketus
“Jadi … kabar apa yang mau lo sampaikan. Sepuluh menit dari sekarang, Van.”“Lo buru-buru banget?” tanya Vanda melihat raut wajah Trisha yang terlihat sedikit cemas.“Banget! Jam delapan gue harus udah sampai di perusahaan. Gimana kalau Sev pecat gue lagi?”Vanda mengangguk paham dan mengangkat tangan Trisha yang terbalut perban. “Lo baru satu malam tidur di rumah Sev, tapi udah luka gini? Sev nggak nindas lo, kan?”Trisha pun langsung menarik tangannya dari Vanda dan menghela napas panjang. “Bahas ini belakangan, Van. Sekarang kabar lo. Buruan!”“Oh, oke. Gue cuma ada dua kabar, yang pertama …” Vanda memberikan map biru pada Trisha. Dengan cepat wanita gemuk itu mengambil map itu dan membacanya. “Lomba pemilihan karya baru bulan depan, lo terpilih!” seru Vanda yang sangat bersemangat. Tidak hanya dia yang senang, Trisha pun tidak kalah bahagia mendeng
Sudah dua jam Trisha menunggu dan menemani Sev syuting. Wanita gemuk itu berada tidak jauh dari sang aktor, karena tugasnya sekarang adalah memberikan dia minum ketika istirahat dan menyeka keringat yang ada di wajahnya.Namun, dia beruntung bisa ada diposisi ini. Film yang diperankan olehnya adalah romansa, jadi dia belajar banyak hal tentang keromantisan saat berpacaran.Saat sutradara memberitahu kalau syuting berakhir, Sev langsung pergi begitu saja menuju ruang istirahat. Trisha pun bergegas mengikuti aktor itu dan berdiri di belakangnya. Entah kenapa dia merasa sangat canggung saat berdua dengan Sev.“Ambilin gue minum,” ucap Sev tanpa menoleh dan memainkan game di ponselnya.Trisha mengambil botol yang ada di tas, lalu meletakkan botol itu di meja. Dia kembali berdiri di belakang Sev. Keheningan pun mulai terasa, hanya ada suara dari game yang dimainkan oleh Sev. Trisha sendiri bingung harus berbuat apa.Biasanya ada Zhui yang me
“Hah, lo nggak salah ngomong, kan? Gue jadi asisten lo?” kaget Lio saat mendengar tawaran Trisha untuk menjadi asisten gambarnya. Sebenarnya Lio mau-mau saja, hanya dia sudah sangat lama ingin melepas semua impiannya. Termasuk menjadi mangaka.Trisha menatap Lio dengan penuh harap, cuma lelaki itu satu-satunya orang yang bisa membantunya. Tidak ada lagi yang mereka kenal selainnya. Apalagi mengingat gambaran Lio yang sangat rapi dan halus, tapi kenapa dia terlihat ragu? Apa penawaran yang dia berikan kurang? Pikir wanita gemuk itu dengan mengangat satu alisnya.Dia juga berdoa dalam hati agar lelaki itu mau menolongnya. Kalau saja dia tidak tinggal di rumah Sev, sudah pasti dia bisa mengerjakan itu sendiri. Dia terlalu takut ketahuan kalau menggambar di rumah itu. Bagaimana kalau Sev masuk ke kamar saat ia tertidur? Dengan cepat Trisha menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran itu.“Terlalu jauh pikiran lo, Sha!”
Lio membuka matanya karena mendengar suara seseorang yang sedang memasak di dapur. Apa bibinya datang untuk memasak? Tidak mungkin kalau Trisha datang pagi-pagi sekali hanya untuk membuatkan sarapan. Ditambah lagi di tengah marah karena menolak tawarannya. Dia pun memutuskan untuk kembali tertidur karena masih sangat mengantuk. Di sisi lain, wanita gemuk itu memasak dengan ekspresi penuh rencana. Ya, dia adalah Trisha yang sudah memikirkan cara lain untuk memaksa Lio menjadi asisten. Kali ini dia pasti tidak akan menolak tawarannya. Trisha sudah membeli banyak sekali bahan makanan untuk ke depannya. Sesuai yang diucapkan Vanda tadi malam, membuat perasaannya sampai tersentuh dan menerima menjadi asisten. Kalau hari ini Lio masih menolak tawarannya, setiap hari Trisha akan membuatnya sarapan dan makan malam untuknya. Trisha mempercepat gerakannya agar selesai tepat waktu. Waktu yang tersisa tidaklah banyak, wanita gemuk itu hanya mempunyai waktu satu jam untuk memasak
“Ternyata beneran lo?” tanyanya dengan senyuman menyeringai.Tatapan benci dari sorot mata Trisha pun membuat lelaki itu langsung melepas tarikannya dengan tertawa kecil, dia sedikit membungkukkan tubuhnya dengan mengangkat dagu wanita gemuk itu perlahan. Dia menarik bibirnya membentuk senyuman menyeringai. “Belum berubah lo? Makin lebar pula!” ejeknya dengan menurunkan dagu Trisha dengan kasar.Trisha yang di perlakukan seperti itu memilih diam daripada melawan. Bukan karena takut, dia hanya menghemat tenaga. Kecuali kalau dia semakin keterlaluan.Berbeda dengan lelaki yang berdiri di hadapan Trisha dengan tatapan merendahkan wanita gemuk itu. “Oh, selain semakin lebar, lo juga bisu setelah putus sama gue?” sarkasnya dengan mendorong tubuh wanita berkacamata itu. Untung saja Trisha bisa menjaga keseimbangan tubuhnya, jadi dia tidak terjatuh seperti lima tahun lalu.“Mau lo sebenarnya apa. Dan?!” pekik Trish
“Lo ngapain balik ke rumah lagi?” tanya Lio yang sedang makan.Trisha hanya tersenyum tanpa menjawab ucapan Lio, dia duduk di hadapannya dengan memperhatikan lelaki itu makan dengan lahap. Sedangkan orang yang ditatap itu melihat wanita gemuk curiga. Apa lagi rencananya? Tidak mungkinkan kalau dia langsung menarik paksa menjadi asisten?“Apa lagi?” tanya Lio mengangkat satu alis.“Enak?” tanya Trisha dengan nada lembut.Lelaki itu menganggukkan kepalanya sambil memasukan satu suap ke dalam mulut. Trisha sangat senang melihatnya makan dengan lahap. Wanita gemuk itu seketika bergerak maju ke depan, spontan membuat Lio sedikit memundurkan kepalanya. Keduanya saling bertatapan satu sama lain.Trisha yang merasa suasana mendadak canggung pun langsung berdeham pelan dan mengambil satu butir nasi yang menempel di sudut bibir sambil menyengir. “Maaf, gue cuma ambil ini,” ucapnya menunjukan butiran itu di jarinya. Lio pun hanya tersenyum paksa, ia kemba
Sev menatap engsel pintu sejenak, lalu menarik napas dan membuka pintu itu dengan senyuman paksa. Matanya membuka lebar saat melihat orang yang datang.“Lama banget, sih!” protesnya yang langsung masuk.Sev menatap punggung wanita itu dengan menghela napas lega, ternyata tidak seperti yang ia pikirkan. Ya, bukan Trisha yang datang. Melainkan Tiana, yang datang karena khawatir pada kondisi Sev.“Lo nggak sakit?” tanya Tiana meletakan keranjang buah di meja makan.“Siapa yang bilang?” Bukannya menjawan, lelaki itu malah kembali bertanya seraya kembali menutup pintu dan melangkahkan kakinya ke sofa.“Sutradara yang bilang,” jawabnya seraya duduk di samping Sev dan memberikan piring yang berisi buah.Sev tidak menjawab lagi dan memilih untuk menonton televisi. Tiana pun hanya menatap heran lelaki itu. Dia sedikit beda dari biasanya. Apa dia lagi ada masalah dengan sutradara?“Lo kenapa? Ada masalah?” tanya Tiana dengan memas
Trisha berjalan menuju dapur untuk memasak makan siang, dia melihat Sev dari kejauhan yang tengah mengobrol dengan Tiana. Entah apa yang mereka bicarakan, wanita gemuk itu sama sekali tidak mendengar apa yang diucapkan. Namun, dia bisa melihat raut wajah Sev yang terlihat terkejut.Apa Tiana memberitahu kalau dia sudah mempunyai calon suami? Trisha menggeleng cepat, seharusnya Sev sudah tau akan hal itu.Trisha memilih untuk tidak berpikir terlalu banyak, dia memulai untuk memasak sebelum dia mengomel. Wanita gemuk itu melirik Sev yang kembali duduk di sofa dengan sekilas, ia sendiri masih tidak paham alasan lelaki itu memanggilnya untuk pulang.Saat melihat wajah Sev dari samping, dia merasa kalau wajahnya itu sedikit mirip dengan Lio. Sifat pun hampir sama, hanya saja Lio sekarang tidak seperti saat pertama kali ketemu. Berbeda dengan Sev yang suka berubah-ubah. Kadang baik, kadang sifat iblis kembali muncul.Apa karena Sev tidak mempunyai orang tua yan