"Gue mau izin Zhui dulu, lo istirahat--" Ucapannya terhenti saat Trisha menggelengkan kepalanya cepat. "Kenapa?" tanya Vanda yang tidak mengerti maksudnya.
"Lo tau Sev, kan? Bisa dipecat gue kalau hari ini izin. Sekarang jam berapa?" tanya Trisha celingukan mencari jam dinding. Matanya terbelalak ketika melihat jam yang menunjukan pukul tujuh pagi. Dia teringat pada ucapan Sev yang akan memecatnya kalau ia terlambat.
"Lo kenapa, sih?"
"Van, panggil perawat. Kita harus pulang!" ujar Trisha dengan nada cemas.
Vanda mengangguk dan langsung pergi memanggil perawat. Sedangkan Trisha, dia meraih ponselnya untuk mengecek apakah lelaki itu mengirimkan pesan. Namun, seketika dia teringat kalau lelaki itu tak mungkin menyimpan nomornya. Secara dia aktor, mana mungkin menyimpan nomor telepon sembarangan.
Saat hendak meletakan kembali ke atas nakas, satu pesan masuk membuatnya mengurungkan niatnya, lalu kembali melihat ke layar ponselnya. Trisha menautkan kedu
Maaf kalau ada typo :(
Trisha langsung masuk ke mobil, dia duduk di samping Sev karena kursi paling belakang sudah penuh dengan barang.Mobil itu pun melaju meninggalkan rumah sakit, dan bergabung dengan kendaraan lainnya di jalan raya. Trisha mendadak canggung dengan Sev, karena mengingat kejadian tadi malam di bar. Meskipun tidak berbuat apa-apa, tapi entah kenapa jantung wanita gemuk itu berdegup kencang saat duduk sebelahan dengan Sev.“Sha, kita langsung menuju lokasi syuting. Itu udah gue bawakan minuman dan camilan untuk Sev,” ujar Zhui memecahkan keheningan.Trisha mengangguk paham. “Baik, Kak. Terima kasih, maaf merepotkan,” ucap Trisha yang merasa tidak enak. Padahal seharusnya semua ini menjadi tugasnya, bukan Zhui.“Sama sekali tidak merepotkan. Justru gue mau berterima kasih sama lo, karena tadi malam lo udah datang tepat waktu. Sev ini tidak kuat minum, tapi selalu saja pergi ke bar. Apa tadi malam dia bikin repot?” tanya Zhui s
Yang masih menjadi pertanyaan di pikiran Trisha adalah, kenapa dia membenci komik dan mangaka? Apakah dulu dia pernah dikhianati oleh mangaka? Benar-benar membuatnya penasaran.“Jangan sering-sering natap gue! Nanti lo suka lagi sama gue!” ketusnya seraya berjalan meninggalkan Trisha yang baru saja tersadar dari lamunannya. Dia berdecak kesal, lalu menoleh dan menatap punggung Sev yang sudah jauh itu.Menyukai Sev? Hanya orang buta yang menyukai Sev. Menjadi asistennya saja sudah menjadi hari tersialnya, apalagi pacaran? Bisa mati di tempat wanita gemuk itu.“Jangan ditatap terus, nanti suka lagi!” Ucapan seseorang dari belakang membuat Trisha terlonjak kaget dan langsung membalikkan tubuhnya. Spontan tangannya itu memukul pelan lengan Vanda yang baru saja datang.“Bikin kaget lo! Cepet banget perasaan?”Vanda terkekeh pelan ketika mendengar suara omelan dari Trisha, dia meletakkan tasnya di meja, lalu duduk deng
“Gimana? Mau, kan, temani Sev?”“Mau, Kak. Tenang aja, gue bakal jaga dia dari penggemar sampai orang yang benci sekalipun.”Zhui tersenyum lebar. “Thank you, Sha. Kapan-kapan gue traktir. Kalau gitu gue ke sana dulu. Beberapa jam lagi selesai. Oh, iya, kalau lo lapar, langsung ke restoran yang nggak jauh dari sini,” ucap Zhui panjang lebar yang hanya dijawab satu anggukan oleh Trisha, lalu dia berjalan meninggalkan wanita gemuk itu untuk mengawasi Sev yang sedang syuting.Trisha mau saja menunggu Sev di restoran atau cafe yang tak jauh dari sini, hanya saja dia sedang berhemat untuk kehidupan sehari-harinya dan membayar rumah sewa bulan depan. Untung saja dia membawa satu bungkus roti dan susu kotak di dalam tasnya. Meskipun tidak membuatnya kenyang, setidaknya bisa mengganjal rasa laparnya.Matanya bergerak mengamati Sev yang sedang melakukan adegan bertengkar, perlahan Trisha menarik bibirnya dengan senyuman tipis sa
Setelah berlari jauh, akhirnya dia sampai di butik yang sesuai dengan perintah Sev. Dia mengatur napasnya sejenak sebelum masuk ke dalam. Saat berhasil menenangkan detak jantungnya yang berdegup kencang, Trisha masuk ke dalam butik dengan senyuman natural yang dia buat-buat.“Apa yang bisa saya bantu?” tanya pegawai itu sedikit ramah setelah melihat penampilan Trisha yang berantakan. Bahkan, dia berbeda saat melayani pengunjung yang lain. Apa karena penampilannya yang tidak terlihat orang kaya?Trisha tersenyum canggung dengan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “Saya mau ambil pesanan.”Pegawai itu mengangkat satu alisnya sambil melihat ke atas sampai bawah tubuh Trisha. Dia tersenyum remeh dengan melipat kedua tangannya di depan perut. “Maaf, di butik ini hanya menjual pakaian kecil.”“Ah, maaf. Bukan pesanan saya, melainkan untuk Tuan Sev.”Pegawai itu yang mendengar sama Sev seketika raut wajahny
Trisha menarik napas panjang untuk memberikannya sedikit ketenangan, lalu menepuk pundak lelaki itu pelan.“Apa?!” sentak lelaki itu mengangkat kepalanya menatap Trisha dengan tatapan mata tajamnya. Bukan sikap lembut yang dia dapatkan, melainkan sikap menyebalkan.Trisha hanya tersenyum canggung sambil memperlihatkan kertas. Lelaki itu sontak langsung berdiri saat selesai membaca tulisan peringatan itu, lalu dia melihat ke bagian belakang yang sudah terkena noda. “Kenapa kertas itu lo ambil?! Orang jadi enggak tau kalau cat di kursi ini masih basah!” marahnya seraya mengambil kertas itu secara paksa.Trisha menarik bibirnya membentuk senyuman paksa. “Kertas itu terbang, bukan gue yang ambil!” Trisha pun melepas jaket yang dia kenakan, lalu memberikannya pada lelaki itu sambil mengucapkan, “Ambil, untuk menutupi cat yang ada di belakang.”Setelah lelaki itu mengambil jaket Trisha, wanita gemuk itu langsung m
Trisha duduk di halte dengan menyandarkan tubuhnya di tembok. Kakinya terasa sangat pegal akibat berlari jauh, tubuhnya juga terasa tidak enak dan ingin cepat-cepat sampai rumah. Besok adalah hari yang paling dia nanti, karena dia akan menikmati waktu istirahatnya sebaik mungkin.Dia benar-benar merindukan bangun siang dan bermalas-malasan di kasur.Setelah menunggu sepuluh menit, bus datang dan berhenti di halte. Trisha pun beranjak berdiri, lalu berjalan cepat masuk ke dalam bus. Dia duduk di kursi kosong yang berada di belakang. Pandangan mata wanita itu melihat ke luar jendela, pikirannya memikirkan banyak hal.Setelah lima belas menit perjalanan, bus terhenti di halte depan minimarket yang tidak jauh dari rumahnya. Wanita gemuk itu melangkahkan kakinya keluar bus, dan duduk sejenak di kursi halte karena ponselnya berdering.Satu panggilan masuk dari Vanda membuat dia menghela napas panjang. Apa lagi masalah yang akan disampaikan olehnya? Pikir Trisha
Sesampainya di rumah, Trisha langsung mengunci pintu rumah, lalu berjalan masuk ke kamar. Ia menyalakan lampu terlebih dulu, kemudian merebahkan tubuhnya di kasur dengan memejamkan matanya menikmati kenyamanan yang dirasakan oleh punggungnya. Sangat nyaman sekali.Setelah beberapa menit kemudian, wanita gemuk itu kembali duduk dan beranjak dari kasur. Dia berjalan gontai menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya yang terasa lengket karena bekerja seharian.Sepuluh menit berlalu, Trisha keluar dari kamar mandi dengan handuk yang ia kalungkan di leher. Kakinya melangkah menuju meja kerja dan duduk di sana. Dia menyalakan komputer untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai mangaka.Seharusnya dia sudah berencana untuk mengerjakan besok, hanya saja semua yang dia pikirkan menjadi berantakan karena pesan yang dikirimkan oleh aktor iblis itu. Tak ada pilihan lain, Trisha harus menyelesaikan besok.Menunggu komputernya menyala, dia kembali beranjak dan berjalan
Setelah memakan banyak waktu, Trisha selesai membuat dua chapter untuk ke depannya. Wanita gemuk itu meletakkan pen dengan memundurkan kursi seraya merenggangkan ototnya yang terasa sangat pegal.“Akhirnya selesai!”Matanya melirik jam dinding yang menunjukkan pukul tiga pagi, dia menguap lebar dan langsung berjalan gontai ke kasur setelah mematikan komputernya itu. Dalam hitungan detik, ia pun langsung terlelap.Tepat pukul tujuh pagi, alarm di ponsel wanita itu berbunyi dengan kencang. Trisha yang sedang bermimpi indah pun terpaksa harus bangun karena terkejut dengan nada alarmnya sendiri. Dia terlihat masih sangat mengantuk, ingin rasanya kembali terlelap. Namun, dia harus datang ke studio untuk rapat.Trisha mengusap wajahnya kasar seraya beranjak dari kasurnya cepat, karena kalau terlalu lama di kasur membuatnya semakin malas. Dia langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan badan sekaligus menghilangkan rasa kantuknya.