Share

HMT 9 - PESONA

Tidak tahu seluas apa kekuasaan yang dimiliki seorang Andrew Lewis. Pasalnya bahkan hanya untuk masuk ke bioskop pun mereka tidak melakukan seperti yang biasanya orang lakukan. Selimut ditiap kursi telah tersedia berikut dengan popcorn serta minuman.

Anna mengunyah popcorn dengan perasaan kesal yang belum hilang. Dia benar-benar merasa dipermainkan oleh pria disampingnya.

“Kau tidak suka filmnya?” bisik Andrew Lewis lirih di telinga Anna yang membuat wanita itu kaget setengah mati.

Mata mereka saling beradu. Senyum pria itu kembali membuat Anna tidak bisa berkata-kata. Sepertinya seperti inilah cara pria itu menaklukkan hati wanita-wanita di sekitarnya.

“Kalau kau merasa film ini membosankan, kita bisa tinggalkan tempat ini sekarang,” lanjutnya kemudian.

Anna menelan ludahnya. “Sebenarnya apa yang Anda inginkan dari saya, Tuan Lewis?”

Senyum Andrew Lewis kembali menghampiri. “Kau boleh memanggilku Andrew, Anna.”

“Tidak bisa. Saya tidak memiliki wewenang memanggil nama Anda.”

“Wewenang?” Andrew Lewis menaikkan salah satu alisnya.

Anna kembali tidak menjawab. Namun sebagai gantinya Andrew Lewis menarik tangan Anna serta membawanya keluar, tanpa mempedulikan film di depan mereka yang belum usai.

“Tuan Lewis, kita ….”

Andrew Lewis telah menjulang di depan Anna, menutupi terik matahari hingga Anna bisa menatap pria itu tanpa kesulitan. Tangan yang menarik tangan Anna masih berada di tempatnya dan tidak tahu sampai kapan akan tetap di sana. Anna kembali mengekori ke mana tarikan tangan itu membawanya—semakin menjauh dari tempat mereka berdua sebelumnya, menimbulkan tetesan keringat di sela-sela jemarinya serta menambah ketidakpahaman Anna. Ini adalah hari liburnya dan Anna ingin memanjakan diri di apartemen saja bersama Pamela, tapi kenapa dia malah terjebak bersama pria ini? Di tambah lagi dengan adanya kejadian semalam tentu saja patut untuk Anna pertanyakan. Oh Anna, kenapa hidupmu begitu rumit?

“Jadi, apa sudah tiba waktunya kau mengeluarkan pertanyaan yang berputar di sini?” Andrew Lewis mengetuk pelipis Anna pelan tanpa meninggalkan senyumannya. “Aku tidak keberatan kalau kau ingin menumpahkannya sekarang.”

“Tuan Lewis—”

“Andrew, Anna. Aku lebih suka kau memanggil namaku,” pinta pria itu kembali.

Anna mengalah. Dia tidak mungkin membiarkan tangannya yang mulai berkeringat berada di dalam kungkungan tangan Andrew Lewis seharian. Anna meletakkan bokongnya di salah satu kursi taman di Hyde Park sambil menikmati chocolate frappe berukuran besar di tangannya. Anna mengamati segala pergerakan Andrew Lewis. Dari cara pria itu membetulkan long coat serta duduk di sebelahnya saja benar-benar tanpa celah. Semua terlihat sempurna di mata Anna.

“Jadi, apa yang ingin kau tanyakan?” Andrew Lewis langsung menyembur pada intinya. Dia bukanlah tipe pria bertele-tele untuk urusan komunikasi.

“Kalau kau ingin bertanya kenapa bisa aku yang membawamu pulang dan bukan Chris Rowell jawabannya adalah karena aku menginginkannya, Anna.”

Anna tertegun. Dia sungguh tidak menyangka akan menerima jawaban seperti itu.

“Sebenarnya alasannya cukup simpel, Anna. Pria itu membiarkanmu begitu saja di sana, tidak mempedulikan sekitar hanya terlalu fokus pada teman-temannya. Dan aku tentu saja tidak bisa menerima semua itu.”

Bahkan pria berkelas seperti Andrew Lewis saja menyadarinya. Kenapa Chris Rowell tidak?

“Tapi, bagaimana kau bisa … maksudku, sedang apa kau di sana?” Anna seketika menyela.

“Aku sengaja mengikutimu. Aku minta maaf. Aku menyadari kalau ini tidak seharusnya kulakukan.”

Pria dihadapan Anna tidak berbohong. Andrew Lewis mengakui tindakan yang dia perbuat. Tangan bebas Anna bahkan telah kembali terperangkap dalam punggung tangan Andrew Lewis—membuat Anna semakin tidak mengerti—membuat Anna semakin kesulitan menerka kemauan pria itu.

Anna membalas tatapan pria dihadapannya. Mata segelap malam itu entah sejak kapan telah berhasil menghipnotis dirinya. Anna juga tahu jika mata itu pula yang telah membuat debaran jantungnya tidak beraturan ketika awal pertemuan mereka di Sydney Opera House waktu itu. Tidakkah pesona Andrew Lewis sejak itu mulai mendominasinya?

“Tapi, kau membawaku di situasi yang tidak mengenakkan, Andrew,” tukas Anna.

Dengan cepat Anna menarik tangannya, beranjak dari kursi taman, berjalan sedikit menjauh dari Andrew Lewis yang masih tampak heran menatapnya. Ya, Anna tiba-tiba salah tingkah.

“Maafkan aku. Sepertinya bicaraku mulai melantur karena terlalu lama berada di bawah terik matahari. Sebaiknya kita lupakan saja.”

“Bagaimana jika aku menolaknya, Anna?” Andrew Lewis juga ikut beranjak dari duduknya. Pria itu menghampiri Anna. “Aku tidak ingin pembicaraan kita hari ini malah berujung salah paham.”

“Salah paham seperti apa yang kau maksud? Sudah kukatakan. Sebaiknya kita lupakan saja,”

“Tidak bisa, Anna.”

“Kenapa kau ngotot sekali?”

“Karena aku tidak menyukainya.”

Mata itu kembali menghipnotis Anna. Mata itu kembali membuat Anna terpaku tak berdaya. Siàlan! Kenapa kau berubah menjijikkan seperti ini, Anna?

***

“Kalian bersenang-senang?”

Pamela menampakkan setengah tubuhnya ketika pintu berwarna putih itu terbuka. Senyum Anna merekah melihat ulah ibu biologisnya itu.

“Masuklah, Mom.”

Anna segera berganti pakaian yang lebih santai dan bersiap ikut bergabung merebahkan diri.  

“Kami hanya meluruskan apa yang harus diluruskan, Mom. Meskipun kami sempat menonton film di bioskop,” kata Anna menjelaskan.

“Wow. Dia mengajakmu kencan juga rupanya.”

“Ah, tidak. Kami tidak melakukan hal yang kau pikirkan itu, Mom. Aku justru malah terkejut karena kau memberinya izin.”

“Well ….” Pamela meninggikan letak bantal di kepalanya. Wanita itu tiba-tiba menerawang ke langit-langit kamar. Mendadak dia mengenang kenangan membahagiakan semasa suaminya, Richie masih hidup.

“Kau tahu kalau segala hal yang berhubungan dengan Richie selalu membuatku hilang kendali. Dan ….” Pamela kembali menjedanya. Dia menatap Anna dengan ragu. “Aku menemukannya pada diri Andrew pagi ini.”

“Apa?” Anna tiba-tiba melebarkan matanya. “Mom, jangan bilang kalau tipe pria kesukaanmu sekarang berubah.”

Pamela terkekeh. “Aku tidaklah segila itu, Sayang. Lagi pula, tidak ada pria yang menggantikan posisi Richie di sini.” Pamela menunjuk dàdanya. Ya, tentu saja hanya Richie yang akan selalu dicintainya.

Kemudian Pamela melanjutkan. “Entahlah. Aku merasa mereka berdua sedikit mirip. Andrew pria yang baik, tapi kita pun tahu benar siapa dirinya. Sikap baiknya kepada kita hanya sekadar bisnis, Anna. Dan aku tidak akan menjual putriku pada siapa pun hanya demi uang.”

“Tapi, nyatanya kau menjual waktu putrimu untuknya, Mom,” celetuk Anna tidak mau kalah.

Pamela kembali terkekeh. “Kau benar dan aku sedikit menyesalinya sekarang. Harusnya aku meminta izinmu dulu. Apakah dia berlaku kasar?”

Giliran Anna yang menggeleng. “Dia bersikap sangat sopan padaku. Malah terlalu sopan.”

Anna mengubah posisi rebahan—menarik selimut dan menenggelamkan diri di pelukan satu-satunya wanita yang dipunyainya.

“Kemarilah, Sayang. Aku tahu hari ini begitu melelahkan untukmu.”

Pamela benar. Anna memang lelah. Lelah dengan semuanya. Lelah menghadapi pesona dari seorang Andrew Lewis yang ternyata tidak semudah itu untuk dihadapi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status