Aku berangkat kembali ke pelatihanku yang berada di Lobby hotel berbintang ini dengan di antar oleh Roger yang terus tersenyum lebar ketika mendengarkanku memanggilnya Daddy sepanjang hari. Senyumannya tidak luput bahkan ketika pintu lift tertutup. Ia masih setia menatapku sembari melambaikan tangannya. Sungguh pemandangan yang sangat lucu dan menggemaskan. Pelatihanpun pada akhirnya di mulai. Aku harus kembali memfokuskan pikiranku pada pekerjaanku. Roger juga akan berangkat bekerja ketika jam makan siang. Tak luput, nasehatnya selalu terngiang-ngiang di kepalaku mengenai mulut manis pria yang tidak boleh dipercaya begitu saja. Hingga tanpa sadar jam makan siangpun tiba. Aku segera keluar dari ruangan dan kembali menemukan bayangan Roger yang masuk ke dalam mobil yang menjemputnya. Aku memutuskan untuk naik ke kamar karena siang ini aku berjanji akan bertemu dengan Rayes di kamarku untuk makan siang bersama. Sesampainya di kamar, aku menemukan sebuket bunga yang menghias kamarku. De
Malam kini mulai menjelang saat aku kembali ke kamarku setelah lelah mengoperasikan otakku selama pelatihan hari ini. Aku memutuskan untuk ikut bersantai bersama dengan rekan kerjaku dari daerah lain untuk menikmati malam ini. Lebih tepatnya kami menghabiskan waktu di tempat hiburan malam yang memang terkenal dengan alunan musik serta para pengunjungnya yang luar biasa mencuci mata. "Anna! Apa bajumu tidak ada yang lebih terbuka lagi?" Tanya teman wanitaku yang selama pelatihan ini duduk tepat di samping mejaku. "Tidak. Aku tidak suka baju terbuka." Balasku sedikit berteriak. "Tapi begitu saja sebenarnya kau sudah sangat menggoda sih." Balas rekan kerja priaku yang lain. Aku hanya bisa tertawa renyah mendengar ucapan mereka yang sepertinya hanya sebuah lelucon. "Minum-minum. Nih di traktir kepala suku!" Ucap salah seorang rekan kerja pria yang yang memang satu ruang pelatihan denganku. "Asyik!! Thank's Mike!" Seru mereka kegirangan. Mike yang menjabat sebagai kepala suku atau ke
Kukumpulkan seluruh tenagaku untuk membalikkan kepalaku menatap siapa yang sudah berani memeluk tubuhku, melihat tampaknya aku berakhir tidur di kamar hotelku sendiri."Ngh?" Lenguhku keluar saat badanku berputar dan menghadap ke arah Roger yang kini ikut terbangun dari tidurnya."Baby? What's wrong?" Suara parau pria khas baru bangun tidurnya menggetarkan sesuatu yang ada di dalam diriku."Air..." Ucapku singkat.Bibir dan tenggorokanku terasa sangat kering. Aku butuh minum tapi badanku masih sangat lemas untuk mengambilnya sendiri. Bahkan untuk membalikkan badanku saja kepalaku sudah pusing setengah mati.Roger dengan sigap segera melepas tautan tangannya dari perutku dan beranjak mengambil segelas air dari kulkas. Baiklah, sekarang aku sadar kalau ini kamar Roger."Minumlah." Ucapnya membantuku sedikit terduduk dari tempat tidur.Aku meneguk air yang Roger tawarkan padaku untuk menyegarkan tenggorokanku. Setelah itu ia kembali merebahkan diriku ke posisi semula. Rogerpun kembali tid
Aku diam sejenak sebelum menghembuskan nafas kasarku."Pria semalam... Dia Alexandre Rayes. Anak tertua dari Gerald Rayes." Balasku yang mencengkram erat sapu tangan hitam dengan ukiran nama keluarga Rayes berwarna emas di pinggirannya."It's okay, Baby. Itu hanya sapu tangan. Kamu tidak akan pernah bertemu dengannya lagi. Nothing to worry." Roger berusaha menenangku dengan mengelus lembut punggung tanganku.Aku berusaha mempercayai kata-kata Roger yang meyakinkanku untuk tidak khawatir hingga suara ponsel Roger berbunyi dengan lantangnya mengagetkanku."Maaf sayang. Sebentar ya." Ucap Roger yang segera beranjak mengambil ponsenya lalu berjalan ke arah balkon yang memang tersedia di kamar kami.Aku menatap bayangan Roger, mungkinkah itu telepon dari istrinya? Karena kalau diperhatikan Roger tidak pernah sama sekali menghubungi sanak keluarganya setiap ia menghabiskan waktunya bersamaku.Kualihkan fokusku yang mulai terpecah belah dengan menikmati hidangan yang sudah sedari tadi menungg
Aku mengangguk kikuk, karena posisi kami yang terbilang vulgar saat ini. Roger semakin mempererat pelukannya menuntut jawaban."Yeah, I'm done." Balasku singkat.Roger tersenyum nakal. Sangat nakal tapi juga terlihat sangat seksi di mataku. Gigi taringnya juga sedikit terlihat dan anehnya itu sangat menggairahkanku.Oh tidak! Sesuatu yang salah sudah terjadi pada otakku!!"Sekarang ayo kita masuk. Udaranya panas sekali." Balasnya kemudian lalu melepaskan pelukannya dan menggenggam tanganku untuk berjalan masuk kembali ke dalam kamar.Hm? Kenapa rasanya aku sedikit kecewa? Memangnya apa yang kuharapkan terjadi pada Roger setelah ini?! "Bagaimana perutmu? Apa sudah membaik?" Tanyanya tersenyum sumringah membagikan segelas teh hangatnya untukku.Aku hanya mengangguk."Bagus kalau begitu. Sekarang kamu hanya perlu istirahat. Dan janji pada Daddy kamu tidak akan menyentuh minuman keras jenis apapun lagi." Ucapnya."Permintaanmu hampir sama dengan pria itu." Dengusku.Senyum Roger seketika
So, here I am. Berdiri membatu adalah jalan ninjaku. Kepalaku mendadak kosong meski rambutku sudah basah karena aku berdiri tepat di bawah shower Entah aku menyesali perbuatan nekatku ini atau aku malah kegirangan dengan keputusan bodohku ini, yang jelas aku terlalu malu untuk membalikkan badanku dan menatap langsung Roger yang juga ikut membasuh tubuhnya tepat di belakangku. "Give me the shampoo, Baby. Daddy akan mencuci rambutmu." Pintanya. Aku hanya bisa mengambil Shampo yang ada di hadapanku tanpa sekalipun berpaling sedikitpun. "You know what, mandimu akan jauh lebih bersih kalau kamu juga membuka pakaian dalammu itu. Sayang sekali bra dan panty cantikmu itu jadi basah." Ucapnya yang lalu mencuci rambutku. Aku hanya diam tidak bersuara. "Anna, sayang. Kalau kamu menyesal sudah masuk kemari, kenapa tidak bilang saja. Daddy bisa saja keluar kalau kamu menginginkannya. Daddy tidak mau menjadi beban untukmu. Dan percayalah, Daddy tidak akan menyentuh kehormatanmu sekalipun tanpa
Roger lalu mengangkat kedua pahaku ke atas menahan kedua betisku di bahunya. Ia lalu mulai mengapit kejantanannya yang masih menegang di antara kedua pahaku. "Roger hentikan..." Pintaku yang aku sendiri meragukannya. "I told you not to turn back, Baby. Tapi kamu melakukannya. Kenapa? Apa kamu memang mau dihukum seperti ini?" Tanyanya dengan nada sensualnya. Tubuhku yang masih basah dan sedikit licin karena sabun yang masih belum terbilas sempurna membuat Roger dengan mudahnya memaju mundurkan kejantanannya di sela pahaku. Tubuhnya mulai menghujam tubuhku dengan perlahan tapi pasti. Meski kami belum menyatu dengan sempurna, harus aku akui, di otakku kami sudah melakukan lebih dari ini. Sensasi geli dan menggairahkan itu semakin membuat area kewanitaanku basah terlebih mendengar suara erangan nikmat Roger yang mengalun dengan indah. "Sudah kubilang, jangan percaya kaum sepertiku, Anna. Aku sudah berusaha untuk melawan instingku untuk tidak memakanmu. Tapi maafkan aku, aku juga bisa l
"Tidak juga. Aku hanya tidak nyaman bersamamu, Mike. Permisi." Ucapku segera berpaling dari hadapan Mike yang terlihat sedang memandangku rendah. "Tunggu dulu, aku belum selesai!" Kesalnya menahan bahuku agar tidak berjalan menjauhinya. "Apa lagi? Lepaskan aku!" Pekikku. Mike berdecak kesal akibat suaraku yang membuat kami menjadi pusat perhatian beberapa pengunjung. "Hei! Lepaskan dia!" Tegur salah seorang pengunjung yang menghampiri kami. Mata kami berdua kini berfokus pada sosok pria yang lagi-lagi berhasil membantuku dengan mengangkat kerah baju Mike tinggi-tinggi. "Kulihat dia sudah menolakmu sebanyak 2 kali kawan. Jadi berhentilah mengganggunya. Kalau tidak aku sendiri yang akan melaporkanmu ke kantor polisi." Ancam Alexandre Rayes. Pada akhirnya Mike meninggalkanku dan Alexandre berdua begitu saja tanpa sepatah katapun. Satu yang kutau, Mike tidak suka menjadi pusat perhatian yang negatif. Dia tipe yang menghindari masalah, bukan menghadapinya. "Kau baik-baik saja?" Tan